3 Bab Memperhatikan

Ini chapter selanjutnya, semoga suka mohon komen dan bintangnya yaa kalau suka dengan cerita ini.

Dara membuka pintu rumahnya dengan lemas, menaruh kantung berisi es krim dari café To di atas meja. Pelayan yang menjatuhkan es krim Dara membungkuk meminta maaf padanya dan akan mengganti pesanannya dengan yang baru. Ia berusaha melupakan rasa kesalnya, Dara lagi-lagi harus menunda proposal skripsinya. Ia yang sengaja mengerjakan di luar agar lebih fokus justru mendapat musibah seperti kejadian tadi. Mau tidak mau Dara menutup laptopnya saat kehebohan terjadi.

Dara masih ingat saat ia tetap terdiam ketika pria bernama Haris menanyakan keikut sertaannya dalam kepanitiaan, dan akhirnya hanya melihat pria itu berjalan menuju mejanya dan membantu kawannya berdiri. Mengamati situasi yang terasa kikuk Dara hanya tersenyum melangkah menuju kasih untuk meminta pesanananya di bawa pulang saja.

Ia terkenal keras kepala dan tidak mudah goyah, tapi melihat dengan jelas perawakan laki-laki bernama Haris tadi, Ia tidak menyangka kata-kata dari laki-laki bernama Harris tadi mampu mengubah keputusannya. Pria itu memang menarik, dengan tubuh yang tinggi, bahu yang lebar proporsional dan oh! hidung yang sangat macung-- apa dia blasteran? Tapi dengan penampilan yang tak ubahnya seperti model, justru kesan pertama Dara pada laki-laki itu adalah orang yang tidak memiliki tujuan hidup dan prinsip.

"Bagaimana bisa, kata-kata dari laki-laki seperti itu," Dara melirik proposal event yang terlihat menyembul dari dalam tasnya. Dara mendengus, ia terlalu berlebihan memikirkan hal ini. Ia akhirnya beranjak menuju kamar dan memanggil adiknya.

"Dimas! Kakak bawakan es krim."

***

"Wah tadi heboh juga ya cuy." Dika merebahkan dirinya di kursi café . Tak lama setelah membereskan kegaduhan yang mereka buat, mereka langsung bertemu dengan Vian dan teman-teman mereka yang lain.

Haris mendudukan dirinya disamping Dika dan memberikan sohibnya tatapan malas. Sebenanrnya Dika lah biang masalah dari kejadian tadi, tapi Haris memutuskan untuk mengabaikannya. Ia justru teringat dengan wanita yang membawa proposal event 'The Lost Key', bukannya Haris sangat antusias dengan event itu hanya saja mulutnya refleks bertanya.

Event itu event yang penting bagi Haris, atas desakan orang tuanya tentu saja. Dengan nilai-nilai kuliahnya yang biasa saja, menjadi bagian dari event besar bisa menambah point aktivitas di portofolionya. Ia tidak terlalu memikirkan masa depannya, ia menjalaninya begitu saja sebagaimana harus ia jalani. Dan saat mendapati tatapan wanita tadi menatapnya menyelidik, entahlah, ia tidak suka. Wanita itu seperti membaca dirinya, dia menatap matanya tajam hingga Haris harus memutuskan kontak terlebih dahulu.

"Yah bukan sesuatu yang harus dipikirkan," ia mendesah malas.

"Hah? Gimana?" Vian menyahut bingung.

"Mikirin apa Ris? Mikirin cewek tadi ya. Kalian liat-liatan lama banget. Naksir lu? Inget Mia noh." Dika dan celotehannya membuat beberapa temannya ikut menggoda Haris.

"Bacot lu." Haris menjawab singkat diikuti dengan gelak tawa Dika.

"Masih sama Mia ya?" kali ini salah satu temannya Yogi yang bertanya. Dibandingkan teman-temannya yang lain Yogi adalah orang yang tidak banyak bicara, Haris cukup nyaman bercerita hal yang serius dengan Yogi.

"Ya gitu lah," jawab nya tersenyum.

"Heh, belum tentu jodoh tau. Kalau nanti lu tiba-tiba suka cewek tadi gimana?" Dika dan celotehannya lagi. Belum sempat Haris menjawab Dika, ponselnya bordering singkat tanda pesan masuk. Haris membuka ponselnya dan bangkit dari duduknya.

"Udah lah Dik, gue mau pacaran dulu. Cari pacar juga lu jangan jumbo mulu." Haris menatap Dika dengan tatapan meremehkan.

"Eh berani ya lu—"

"Gue duluan semuanya." Haris memotong ucapan Dika dan beranjak pergi.

Satu persatu dari mereka menatap punggung Haris yang menjauh hingga akhirnya mereka menatap Dika. "Parah lu Dik."

"Hehehe Santai aja lah bro." Dika hanya terkekeh pelan melihat teman-temannya.

***

Haris melangkahkan kaki nya menuju mobil dengan dongkol. Sohibnya itu terlalu banyak bicara. Bagaimana bisa ia menggodanya dengan sosok wanita yang bahkan namanya saja ia tidak tahu. Selama itu kah mereka saling bertatapan tadi? Gurauan bodoh itu bahkan bisa mempengaruhinya.

Haris menjalankan mobilnya pelan hingga dering ponselnya terdengar lagi. Ia memutuskan menjawab dengan mode loud speaker

"Halo?"

"Halo? Haris kamu jadi datang? Aku udah siap ya," jawab seorang gadis diseberang telepon. Haris tersenyum mendengar suara diseberang telepon.

"Iya aku lagi di jalan." Haris menjawab sambil memperhatikan jalanan di depannya.

"Yasudah aku tunggu di lobi tempat aku menginap ya."

"Iya." Haris menutup teleponnya. Wanita yang menelpon tadi adalah Mia kekasihnya. Mia adalah sosok wanita yang perhatian. Ketika masih di Jakarta dulu mereka memiliki jadwal rutin untuk sekedar jalan bersama. Bahkan setelah kepindahannya ke Jogja Mia masih sering bertanya kapan ia akan kembali ke Jakarta untuk liburan. Seperti sekarang, bahkan Mia rela menghampiri nya ke Jogja dan ia senang mendapatkan perhatian itu.

Dan seketika ia teringat kata-kata Dika lagi. Bagaimana bisa ia akan berpaling ke wanita lain, bahkan susah membayangkan ia akan berpaling dari Mia. Dika sialan.

***

Seorang gadis tampak duduk sambil meminum minuman yang akhir-akhir ini sedang viral. Ia tampak tersenyum menatap jendela, walaupun begitu tatapannya tampak sedikit kosong.

"Hei," sapa seseorang, sedikit tersentak sebelum senyum gadis itu makin lebar.

"Lama ya kamu," jawab gadis bernama Mia tersebut.

"Iya tadi aku ngumpul bentar bareng Dika sama yang lain." Haris mendudukkan dirinya di sofa lobi di samping gadis itu. Haris melihat Mia dengan seksama sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu. Gadis itu masih sama, ceria seperti biasa dengan senyumannya yang lebar menampakkan sedikit giginya yang gingsul. Teman-temannya selalu mengatakan Mia tidak begitu cantik tapi baginya Mia sudah lebih dari cukup.

"Habis ini mau kemana?" Haris menawarkan terlebih dahulu. Mia terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab keinginannya untuk pergi ke bioskop. Mia merangkul tangan Haris lembut menyenderkan kepalanya di bahu laki-laki itu sesaat sebelum mereka beranjak.

"Ada apa?" Haris bertanya, tersenyum dengan kelakuan manja kekasihnya.

"Tidak apa," jawab gadis itu pelan sebelum akhirnya mereka memulai kencan mereka malam ini.

Haris melihat Mia sedikit murung malam ini walaupun sudah berusaha gaids itu tutupi dengan senyuman. Haris menatap khawatir, hatinya sedikit bergemuruh.

Semua baik-baik saja.

***

Hoo siapa sih tokoh utamanya kok masing-masing belum saling kenal?

hehe ini masih awal guys stay tune yaa 😁😁(。・∀・)ノ゙ヾ(•ω•')o

avataravatar