webnovel

First Date

Tidak lama terdengar suara pengumuman bahwa pintu teater sudah dibuka bertepatan dengan Edgar yang baru selesai menelepon.

"Hanna, ayo kita masuk ke dalam teater," kata Edgar.

"Eh iya. Kamu sudah selesai menelepon?" tanya Hanna.

"Sudah, Hanna," jawab Edgar tersenyum sambil merangkul Hanna.

Hanna masuk ke dalam bioskop sambil membantu membawa camilan mereka, lalu mereka duduk. Dia tersenyum pada Edgar, dia tidak menyangka akhirnya impian dia terwujud. Sudah lama sekali dia ingin menonton ditemani seseorang. Dia jarang banget, bahkan hampir tidak pernah nonton di bioskop. 

Tidak lama para pengunjung lain mulai masuk dan lampu mulai diredupkan. Film berputar menampilkan film romantis yang terdapat sedikit actionnya. Sesekali Hanna dan Edgar tertawa kalau ada adegan lucu. Mata mereka tanpa sengaja saling beradu dan entah sejak kapan bibir mereka menempel, tapi tautan bibir mereka terlepas saat Hanna mendadak menundukkan kepala. Perempuan itu sangat malu dan tidak menyangka pertemuan pertama ini sangat berkesan bagi dia.

"Maaf," kata Edgar yang merasakan Hanna menjadi malu dan takut padanya.

Hanna menatap Edgar. "Tidak apa-apa. Aku tadi juga terbawa suasana," balas Hanna.

"Oke. Aku takut kamu illfeel padaku," kata Edgar.

"Tidak akan," balas Hanna sambil tersenyum.

"Kita lanjutkan menonton dan habiskan camilan kita," kata Edgar.

Mereka fokus menonton hingga film selesai lalu mereka keluar dari teater sambil bergandengan tangan. Edgar dari jauh melihat beberapa pengawal dia yang ada di sana mengkodekan mereka untuk mencari taksi untuknya.

"Kita makan dulu ya," ajak Edgar.

"Kamu lapar?" tanya Hanna.

"Ya aku lapar, kita makan di luar saja. Mallnya sudah mau tutup," jawab Edgar.

"Iya. Aku tahu tempat yang enak," kata Hanna.

"Di mana?" tanya Edgar.

"Apa kamu tidak keberatan kalau kita makan makanan yang sederhana?" tanya Hanna.

"Jelas tidak keberatan, memang aku anak bangsawan," jawab Edgar terkekeh.

"Ya mana aku tahu kamu anak bangsawan atau bukan," balas Hanna.

Tring

Ponsel Hanna berdering. Hanna membuka ponselnya dan langsung terkejut saat melihat siapa yang menelepon.

"Siapa? Angkat saja," kata Edgar.

"Hanya orang yang tidak penting," balas Hanna.

"Kenapa tidak penting?" tanya Edgar.

"Nanti aku ceritain," jawab Hanna.

"Oke, Hanna," balas Edgar.

Edgar tentu saja tahu siapa yang menelepon Hanna. Edgar mengirim pesan pada suruhannya untuk mengurus orang bodoh itu.

"Berani sekali dia menelepon Hanna lagi," gumam Edgar.

Mereka keluar dari mall bertepatan dengan sebuah taksi yang berhenti di hadapan mereka.

"Hanna, itu ada taksi tuh," kata Edgar.

"Wah, kita sangat beruntung hari ini langsung dapat taksi," balas Hanna dengan senyum lebarnya.

"Iya," kata Edgar 

Taksi itu mulai melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat makanan yang Hanna sebut menyajikan makanan enak. 

Tidak lama taksi mereka berhenti di tempat yang menyajikan berbagai macam makanan enak.

"Beli itu yuk," ajak Hanna menggandeng tangan Edgar.

Mereka mencoba berbagai macam jajanan street food. Saat mereka sudah kenyang, mereka mendudukkan diri di kursi yang ada di sana dan saling tertawa.

"Tadi ada beberapa pakai uang kamu, aku ganti berapa?" tanya Edgar.

"Tidak ingat. Tidak apa-ap,  gantian traktir," jawab Hanna.

"Terima kasih, Hanna," kata Edgar.

"Kita pulang yuk, ini sudah malam. Aku pulang sendiri aja naik taksi, kamu juga langsung pulang aja," kata Hanna.

"Tidak apa-apa, Hanna. Aku laki-laki dan pulang malam wajar dong, sedangkan kamu perempuan masa pulang sendirian. Nanti kamu diculik," kata Edgar.

"Ya sudah kalau kamu memaksa," balas Hanna.

Hanna dan Edgar yang sudah selesai berbincang-bincang memutuskan mencari taksi dan langsung menaikinya saat sudah dapat. Selama di perjalanan, Edgar menggenggam tangan Hanna dan mengecup punggung tangan perempuan itu membuat Hanna tersenyum canggung ditatap seperti itu.

"Si Edgar ganteng ganteng banget sih. Apakah dia memang jodoh untuk aku?" gumam Hanna.

"Aku jadi tidak mau berpisah dengan kamu, Hanna. Aku pengen bersama kamu terus," kata Edgar.

"Hahaha, dasar perayu. Kamu aja baru pertama kali ketemu sama aku," balas Hanna.

"Apakah kamu tidak percaya sama namanya jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanya Edgar mencebikkan bibirnya.

"Ya aku percaya, tapi itu masih meragukan," jawab Hanna. 

"Iya deh akan aku buktiin ke kamu kalau kamu itu pantas bersamaku," kata Edgar.

"Ya sudah lamar aja aku langsung ke orang tua aku," balas Hanna.

"Pengen dilamar sekarang?" tanya Edgar.

"Ya tidak sekarang. Kalau kamu lamar aku sekarang, nanti kamu digebukin sama papa aku," jawab Hanna.

"Oke, Hanna," balas Edgar.

Mereka saling mengobrol kembali dan bertanya tentang kehidupan masing-masing hingga tanpa sadar mereka sudah tiba di apartemen Hanna.

"Aku antar kamu sampai dalam," kata Edgar.

"Tidak usah, Edgar. Aku masuk ya, kamu hati-hati di jalan dan ini juga sudah makan juga," balas Hanna.

"Oh iya, besok mau lari pagi bersama enggak? Nanti aku jemput," kata Edgar.

"Hhm, lihat besok dulu ya aku masuk kerja atau tidak," balas hanna.

"Memang jadwal kerja kamu tidak nentu?" tanya Edgar.

"Iya tidak nentu. Kan aku shift-shifan juga. Kalau ada keramaian, aku juga disuruh masuk," jawab Hanna.

"Oke. Kabarin aku ya kalau kamu mau ikut biar kita bisa janjian," kata Edgar.

"Siap. Ya sudah aku naik dulu ya, bye," balas Hanna.

"Bye," kata Edgar sambil melambaikan tangan.

Hanna masuk ke dalam gedung apartemen sambil tersenyum setelah menatap taksi yang ditumpangi Edgar sudah pergi. Setelah Hanna sudah sampai di depan unit apartemennya, dia membuka pintu dan langsung masuk ke dalam.

Ctak

Lampu menyala hingga terlihat siapa yang menyalakan lampu itu.

"Hanna, kamu selarut ini habis dari mana?" tanya Louis.

"Habis pergi sama teman, Pa," jawab Hanna terkejut, sambil memegangi dadanya.

"Kamu pergi sama siapa? Kenapa tidak kenalin ke Papa?" tanya Louis.

"Pa, aku pergi sama teman. Lain kali aku kenalin, sekarang aku sudah mengantuk," jawab Hanna.

"Hanna, Papa tidak suka melihat kamu berbohong," kata Louis.

"Iya, Papa, tapi Hanna kan bukan anak kecil lagi," balas Hanna.

"Kamu tetap tanggung jawab Papa karena kamu masih berada di rumah ini," kata Louis.

"Iya, Pa. Maafin Hanna ya," balas Hanna

"Iya. Kembali ke kamar kamu dan jangan berulah. Jangan main ponsel terus, ini sudah malam waktunya tidur," perintah Louis.

"Siap, Pa," balas Hanna.

Hanna masuk ke dalam kamar dan langsung membersihkan dirinya. Setelah itu, dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menatap langit-langit kamar.

"Apa Edgar laki-laki yang baik, ya?" gumam Hanna.

Drt drt

Ponsel Hanna bergetar. Dia menatap malas ponselnya yang menampilkan nama Victor.

"Ngapain dia telepon aku lagi," kata Hanna.

Hanna mengambil ponselnya lalu langsung menjawab panggilan itu.

"Victor, ada apa?" tanya Hanna.

"Hanna, aku mau minta maaf karena membuat kamu kesal malam-malam dan mengganggu.Aku minta tolong sama kamu untuk jauhi semua pria yang mendekati kamu sekarang," jawab Victor.

"Kamu kenapa sih tidak jelas banget? Sudahlah, hapus saja kontakku. Aku malas berbicara sama kamu," kata Hanna.

"Berhati-hatilah, Hanna," balas Victor.

Hanna melihat panggilan itu sudah terputus merasa heran dengan Victor yang mendadak aneh.

"Apa-apaan sih dia? Dasar orang stres. Heran sekarang banyak orang stres dan cari perhatian," kata Hanna.

Ting

Suara pesan masuk terdengar. Hanna menatap pesan itu dari Edgar langsung membacanya.

"Aku sudah sampai tempat tinggalku. Kamu jangan malam-malam tidurnya. Besok kabarin aku ya," kata Edgar.

Hanna tersenyum menatap pesan dari Edgar lalu dia menaruh ponselnya dan memejamkan mata.

Nächstes Kapitel