webnovel

Bagian 1

Seorang cewek dengan topi terbalik menatap tinggi tembok sebelah sekolah, hari ini dia telat. Bukan hanya hari ini hampir setiap hari dia telat, dan ini entah sudah keberapa kalinya dia telat seperti ini.

Dan alhasil dia pun harus melompat tembok samping sekolah dengan bantuan tangga tambal ban di samping sekolahnya.

Dia juga harus rela membayar uang 50 ribu rupiah untuk parkir di sini.

Tidak masalah toh uang bisa di cari kalau gak minta aja jatah kakaknya itu. Dengan memasang wajah memelas pasti sang kaka tidak akan tega melihat adiknya kesusahan. Ide bagus pikirnya.

Tanpa banyak mikir dan negosiasi lagi cewek itu langsung mengambil tangga dan menaikinya sampai di atas tembok.

Dia berjalan pelan dan menatap sekeliling sekolah ini yang nampak sepi. Tentu saja sepi ini sudah jam 8 pagi dan semua murid pasti sudah KBM.

Cewek itu langsung melompat ke bawah saat dirasas semuanya aman terkendali, dia pun menepuk tangannya dua kali dan tersenyum.

Setidaknya dia bebas dari hukuman pagi ini.

"Lo telat dua jam." Ucap seseorang dan membuat cewek itu terlontar kaget.

Dia pun menoleh ke arah samping kiri dan mendapati ketua osis yang berdiri menatap cewek itu dengan tatapan ingin mengajaknya berkelahi.

"Ehh, lo sejak kapan di situ?" Kata nya sambil menunjuk cowok yang bersandar di dekat pohon mangga.

"Sejak lo celingukan di atas tembok." Jawab nya santai.

Cewek itu diam. Dia ingin kabur tapi kalau sudah berurusan dengan cowok songong yang baru saja menjadi ketua osis. Yang ada dia akan emosi dan yang jelas papi bakalan datang dan potong uang jajan cewek itu.

Sedangkan cowok itu terus mengomel tanpa henti, bahkan dia sudah menentukan bukuman buat cewek uang tadi melompat dari atas tembok.

"Bryna lo gak denger gue." Katanya berteriak.

"Apaan sih Za gue capek mau ke kelas."

"Bersihin taman belakang baru lo boleh ke kelas, kalau gak gue bakal---"

"Ngancem mulu kerjaan lo " Potong Bryna cepat dan berlalu.

Kalau saja bocah bren*sek itu tidak mengadukannya kepada kepala sekolah, dan hasilnya bakalan ngundang papi.

Yang ada Bryna sudah mendorong Mozza hingga terlentang di bawah mobilnya, dan setelah itu menggilingnya dengan ban mobilnya biar mampus sekalian.

Agar hidup Bryna juga gak seribet ini.

Karena geram dan emosi Bryna pun langsung mengambil sapu dan menuju taman belakang.

Tapi saat sampai di sana ternyataozza tidak ada. Bryna tersenyum penuh kemenangan dan dia pun langsung kabur menuju kelasnya.

Masa bodo dengan hukuman yang Mozza berikan, dia hanya di suruh Om Miko buat ngehukum Bryna kalau telat. Gak ada hak buat ngatur hidup Bryna mau atau engak.

Sampainya di dalam kelas. Bryna tidak langsung masuk dia pun mengirim pesan lebih dulu pada kedua temannya dan ternyata ada guru yang sedang menerangkan sesuatu disana.

Dengan pelan dan pasti Bryna pun membuka pintu itu, bersamaan dengan itu guru itu pun menoleh dan menatap tajam ke arah Bryna.

Yang bisa di lakukan Bryna adalah nyenggir tanpa dosa. Dia pun menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal dan melangkah masuk.

"Guten Morgen." Sapa Bryna tanpa dosa.

"Yang suruh kamu masuk siapa?" Ketus Bu Dewi.

"Enggak ada ya bu?" Tanya

Bryna bingung dan menatap satu kelas.

Inilah istimewa Bryna yang selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, bukan jawaban atau pernyataan. Unik dan hal itu selalu membuat semua orang emosi dengan dia.

"Enggak ada, keluar sana." usir Bu Dewi.

"Yah yah yah, padahal mau sekolah." Jawab Bryna dengan wajah memelasnya.

"Enggak usah memelas saya enggak akan terjebak sama permainan mu."

"Yaudah"

"Yaudah apa??" Tanya Bu Dewi bingung

"Yaa pokok nya yaudah Bu, ih Bu Dewi maa tanya mulu." jawab Bryna kesal.

" Keluar kamu." usir Bu Dewi.

"Siaaappp."

Bryna pun akhirnya keluar kelas sendirian dia pun langsung menuju rooftop, menatap langit biru dengan gumpalan awan putih yang berjalan.

Hingga bayangan satu tahun yang lalu membuat Bryna memejamkan matanya perlahan.

Sakit. Itu yang dia rasakan saat ini, semoga Tuhan berbaik hati mengobati lukanya.

"Sialan, galau kan gue dasar bangsat." guman Bryna lirih menatap ke bawah.

Dia pun menatap banyak anak yang berlu lalang di bawah sana. Apa malagi saat Bruna melihatnua dari atas,terlihat sangat kecil. Mungkin seperti makenik tengkorak kecil yang berjalan.

"Kek semut semua." Katanya lagi sambil menatap beberapa orang yang berjalan di bawahnya.

Setelah merasa puas Bryna pun langsung turun dari rooftop. Apa lagi telinganya mendengar suara bel yang berbunyi tanda jika waktunya istirahat.

Bryna turun dan langsung menuju kantin, tapi baru juga menaiki tangga pertama tiba-tiba ada cowok yang datang-datang langsung menghantam wajah cantik Bryna hingga tersungkur di lantai.

Bugh.

"Ban*sat." Umpat Bryna mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

Karena tidak terima Bryna pun langsung berdiri dan memukul cowok yang baru saja memikul dirinya saat ini.

"Nyali lo tinggi berani mukul gue, bren*sek." Geram Bryna khas dengan umpatannya saat ini.

Bryna memukul cowok itu membabi buta. Walau cowok itu kadang membalas pukulan Bryna. Dan membuat beberapa luka lebam di wajah Bryna saat ini.

Apa lagi semua murid langsung berkumpul dan melihat aksi brutal Bryna dan juga cowok yang notabene adik kelas ini.

Tidak ada yang memisahkan karena mereka tau siapa Bryna di sini. Apa lagi gosip yang beredar Bryna ini pandai berkelahi dan juga balap mobil sedikit troblemaker tapi tidak mau di sebut Troblemaker. Lalu siapa yang berani? Kecuali orang itu memiliki nyawa sepuluh kayak kucing.

Hingga terdengar suara peluit yang memekarkan telinga. Tapi tidak menghentikan aksi brutal Bryna saat ini.

Hingga dia di seret oleh seseorang dan membuat Bryna menjauh dari cowok itu.

Bryna marah siapa yang berani menyeret dia secara paksa. Tapi saat ingin melayangkan tinjuannya, Bryna pun mendelik menatap papimya yang ada di belakangnya.

"Bryna ikut papi sekarang." Kata Adam tegas dan membuat nyali Bryna menciut

Mampus papi di sini, tamatlah riwayat gue gaes. Batin Bryna.

*****

"Blen pesen apaan." Kata Daisy.

"Bakso aja deh sama es teh ya gulanya dikit aja " Jawab Blenda tersenyum manis.

"Kalau lo pesen apaan Flo ."

"Soto aja, gausah pakai sayur, minumnya jus jeruk." Jawab Flora.

Daisy pun mengangguk dan memesan makanan mereka dan juga dirinya. Setelah sudah Daisy pun langsung kembali ke tempat duduknya sambil menunggu pesanan mereka semua.

"Blen, Hanzel liatin lo dari tadi." Kata Daisy menyiku Blenda.

Blenda menoleh ke arah pojok kantin ini, karena Blenda tau di sana pasti tempat tongkrongan Hanzel dan juga dia temannya.

"Udah biarin aja, lagian dia juga punya mata masa iya liat gue aja gak boleh." Jawab Blenda dan membuat Daisy dan juga Flora menepuk jidatnya sendiri.

Ini nih yang paling istimewa dari Blenda dia tidak terlalu peka dengan keadaan. Apa lagi kalau menyangkut Hanzel sudah tiga tahun lamanya, Hanzel menganggu Blenda selama ini dan Blenda pun hanya diam saja, apa lagi saat Hanzel terang-terangan minta jatah makanannya selama ini. Dan dengan senang hati Blenda pun memberikan pada Hanzel, tak peduli jika dia juga laper.

Makanan yang mereka pesan pun langsung datang Daisy langsung menyantap mie ayamnya. Sedangkan Flora dia langsung meniup soto tanpa sayurnya saat ini. Begitu juga dengan Blenda yang langsung menyantap bakso miliknya.

Tapi baru juga satu suapan bakso itu sudah di rebut oleh Hanzel yang tiba-tiba duduk di samping Blenda.

Udah kayak setan yang datang tak di undang, pergi tak di antar.

"Han lo apaan sih itu kan makana Blenda kenapa lo makan, dia belum makan sejak tadi." Protes Flora tidak Terima.

Hanzel pun menatap Flora tajam sambil melanjutkan makannya yang tertunda.

"Masalah buat lo, Blenda aja gak masalah kenapa lo yang masalah." Jawab Hanzel ketus.

"Bukan masalah atau gak nya, setidaknya kasihan sama Blenda, dia belum makan." Kata Daisy membela.

Hanzel masuk diam menikmati baksonya tanpa menghiraukan ucapan teman Blenda.

"Udah gak papa biar di makan Hanzel aja, gue bisa beli roti nanti." Lerai Blenda

Dia akan selalu mengalah apapun itu, pada Bryna juga Blenda selalu mengalah karena dia ingin menjadi kakak yang baik.

Tapi adiknya itu terlaku songgong di mata Blenda.

Hanzel pun tersenyum dan melahap bakso milik Blenda hingga tinggal satu. Dia pun langsung menancap bakso itu dan menyodorkan ke arah Blenda.

"Kenapa?" ucap Blenda bingung.

"Buka mulut lo." Ketus Hanzel.

Tanpa pikir panjang Blenda pun membuka mulutnya dan menerima suapan Hanzel. Tentu saja hal itu langsung mengundang banyak sorakan dari warga sekolah ini.

Tapi apa boleh buat kalau Blenda menolak yang ada Hanzel Bakalan kasar padanya seperti dulu. Lebih baik Blenda menurut saja dan cari aman.

Hanzel pun pergi setelah menyiapkan bakso itu pada Blenda. Selalu seperti itu, setelah menganggu Blenda, Hanzel pergi begitu saja tanpa salah.

"Yah di sisain satu Blen lo nya, gue pesenin lagi aja ya makana lo." Kata Flo kasihan.

"Gausah Flo, lagian gak papa kok gue bisa beli roti, 5 menit lagi bagian bel jadi yaudah lah gausah aja dari pada terlambat."

"Yakin Blen." Kata Daisy dan membuat Blenda tersenyum.

Setelah makan mereka pun langsung menuju kelas. Blenda sempat membeli satu bungkus roti dan juga satu cup kecil susu putih untuk mengganjal perutnya sampai istirahat kedua.

Sampainya di kelas Blenda terkejut menatap sekotak transparan di atas mejanya. Dia pun langsung mengambil kotak itu dan membukanya.

"Wih nasgor, siapa yang kasih." Kata Flora

"Enak kayanya." Kata Daisy ngiler.

Blenda pun tersenyum dan menutup kembali tempat makan ini. Lalu menyimpannya di loker meja.

"Gaada pengirimnya, bisa lah buat makan siang nanti istirahat kedua ,lumayan " Kata Blenda dan membuat Flora dan juga Daisy tersenyum.

Mereka pun asik bercerita, apa lagi Flora yang sedang dekat dengan anak ganesa high School. Sayang sekali Flora tidak menyebut nama cowok itu, karena mereka hanya kenal melalui sosial media alias instagram. Hanya melihat fhoto dan meminta WA sudah begitu saja.

"Eh iya, gue kemarin malah di chat sama si temennya Hanzel." Kata Daisy tiba-tiba dan membuat Flora dan juga Blenda menoleh

"Temennya Hanzel siapa?" Tanya Flora penasaran.

"Yang pakai tindik di kanan, Alceo." jawab Daisy.

"Lah ngapain dia ngechat lo Dais?" Kata Blenda heran.

"Gatau, gue juga heran darimana juga dia dapat no gue, terus chat biasa aja gitu, sok perhatian juga akhirnya malem jam 8 dia vc gue pas abis makan malam." terang Daisy.

"Terus lo angkat?" Kata Flora penasaran.

"Ya iyalah gimana gak gue angkat, dia telepon gue udah empat kali gak gue angkat, terus yang akhir gue angkat aja."

"Lo ngomongin apa saja sama dia Dais"

"Gaada sih basa basi doang. Orang dia di area balap gitu kok, terus vc gue katanya suruh temenin dia ngobrol aja."

"Jadi obat nyamuk lo nya Dais." Kata Blenda.

"Gak sih Blen, cuma apa ya begitu lah terus chattingan sampai malam juga gue sama dia. Perkiraan sampai jam 11 terus dia nyuruh gue tidur karena dia mau balapan sama siapa gitu, ada yang nantangan dia gitu " Cerita Daisy panjang lebar dan membuat Blenda maupun Flora mengangguk.

"Sabtu lusa dia ngajakin gue jalan. Menurut lo pada gimana?" tanya Daisy menatap Blenda dan juga Flora bergantian.

"Ya iyain aja dong lagian kan lo free Dais." Kata Blenda tersenyum manis.

"Okeh aja lah, tapi ingat dia playboy dan gampang bosen sama cewek. Masa pacaranya berlaku sebulan doang, kalau lo deket sama dia jangan pakai hati. Karena saat dia chat, dia gak pakai hati tapi pakai jari." jelas Flora terkikik.

Daisy pun mengangguk paham akan hal itu. Kalau masalah itu dia tahu semuanya, siapa Alceo di sini.

Obrolan mereka pun terhenti saat seorang guru datang dengan buku tebal di tangannya. Guru itu langsung membuka buku tebalnya dan menjelaskan isinya. Tidak ada suara bel atau mungkin sangking asiknya berbicara hingga bel ya tidak terdengar sama sekali di telinga Blenda, Daisy dan juga Flora.

****

Setelah di sidang Bryna pun langsung menuju kamar kembarannya Blenda yang selalu bersembunyi di balik kamarnya setiap pulang sekolah.

"Bryna ada apa? Butuh sesuatu??" Kata Blenda lemah lembut.

Sikap Blenda memang seperti itu lemah gemulai berbeda dengan Bryna yang sedikit brutal.

Nama, wajah mereka sama tapi sayangnya sikap mereka berbeda.

Bryna diam melemparkan dirinya di atas kasur king size milik Blenda.

Menenggelamkan wajah nya di balik bantal. Hingga ide buruk melintas di otak Bryna.

"Blen gue ada ide deh." Celetuk Bryna

Blenda yang duduk di meja belajarnya pun langsung berdiri dan duduk di samping kembarannya saat ini.

"Ide apaan?" Kata Blenda dengan perasaan yang tak enak.

"Kita tukeran tempat yuk, lo sekolah di sekolah gue, dan gue sekolah di sekolah lo."

Mata Blenda mendelik sempurna mendengar ucapan kembarannya itu. Ada dia gila mengajak tukeran tempat seperti ini? Walaupun tidak ada yang tahu tapi menurut sikap dan penampilan cukup berbeda.

"Gausah ngawur."

"Sebulan doang Blen, lagian gaada orang yang tau kalau kita kembar. Cuma mami, papi, kemal, Mei dan juga-----" Kata

Bryna menggantung ucapannya.

"Tapi kan----"

"Lo begini amat lo jadi kakak, gue kan cuma mau sekolah di tempat lo, dan sekarang lo nolak gue, Fiks gue marah sama lo."

Blenda pun menahan tangan Bryna dan membuat Bryna kembali duduk. Dalam hati Bryna ingin tertawa kencang acara merajuk nya berhasil membuat Blenda luluh.

Dia selalu luluh kalau Bryna memasang wajah memelas atau sedih. Udah di pastiin Blenda itu orangnya gak tegaan.

"Sebulan doang kan??" Tanya Blenda

memastikan. Karena dia takut, takut kalau suatu saat ada yang tau kalau mereka ini kembar.

Bukan karena tidak mau mengakuinya, hanya saja ini mau Bryna yang tidak mau ada banyak orang yang tau kalau mereka ini kembar. Dan alhasil tidak bisa membuat mereka bertukar tempat seperti ini.

"Iya sebulan doang, abis gini udah gak ganti lagi."

Blenda menghela nafasnya dan mengangguk, mungkin dia juga butuh suasana baru

"Yaudah sebulan doang, gue gandain seragam gue, dan begitu juga seragam lo."

"Yes, ini nih baru kakak terbaik gue " Kata Bryna sambil memeluk blenda.

Setelah berpelukan Bryna pun langsung menjelaskan letak sekolahnya. Dimana kelasnya dan juga mejanya, di tambah lagi dia teman Blenda yang sama badnya seperti Bryna.

Setelah dari Bryna, sekarang giliran

Blenda yang menjelaskan kelasnya, meja dan juga teman Blenda selama ini. Tapi sayangnya yang di jelaskan hanya mengangguk entah paham atau tidak apa lagi dengan mata yang hampir saja tertutup rapat. Alias ngantuk.

Blenda pun langsung menutup kertas yang baru saja dia gambar dan menuju meja belajarnya. Meletakan semua bukunya hingga sebuah fhoto terjatuh di antara selipan buku itu. Blenda tersenyum kecut dan setelah itu menyimpan fhoto itu kembali dan kembali tidur bersama dengan Bryna.

*****

Nächstes Kapitel