"Apa? Tinggal bersama?" dengking Evan dan juga Luci secara bersamaan. Bedanya adalah jika Evan berwajah sumringah tak karuan, maka berbeda dengan Luci yang sudah lemas tak berdaya. Luci seperti jatuh di dalam perangkap yang mana dia tidak bisa keluar.
Evan sudah tidak bisa berkata-kata lagi, kecuali hatinya yang terus saja berteriak tanpa henti. "Akhirnya! Akhirnya aku bisa tinggal satu atap dengan Luci. Akhirnya!!!!'
Luci meratapi takdirnya tanpa henti. Untuk sesaat dia menyesali kontrak yang sudah dia lakukan dengan Evan itu walaupun bayarannya mungkin akan fantastis. "Tapi, Nek, bukankah itu agak berlebihan untuk dua orang yang belum menikah tinggal satu atap? Belum lagi jika nanti relasi Evan tau. Mungkin Evan akan mendapat stigma buruk." Suara Luci sudah seperti angin paling lirih yang ada di sebuah pulau terpencil yang selalu senyap. Kesenyapan angin bahkan membuat pulau itu tetap tak bersuara.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com