webnovel

Video Ciuman Arlan dan Dimas

Ting!

Suara denting hape milik Ibu Linda berbunyi.

"Hape Mama bunyi tuh," ucap Arlan kepada Ibundanya yang saat ini sedang duduk bersama di ruang keluarga.

"Palingan pesan dari Ibu-Ibu arisan. Mama kan minggu ini belum transfer uang arisan ke Jeng Heni." sahut Ibu Linda santai. "Tolong transferin uang ke Jeng Heni dong, Ar! M-Banking Mama lagi keblokir dan belum sempat diurus ke Bank."

"Baik, Ma." jawab Arlan patuh.

Pemuda tampan itu mulai membuka aplikasi M-Bankingnya dan mulai mentransfer sejumlah uang ke nomor rekeningnya Jeng Heni.

Arlan tidak perlu repot-repot lagi meminta nomor rekening Jeng Heni kepada Ibunya karena dia sudah memilikinya sebab Ibu Linda sering meminta tolong kepadanya saat M-Bankingnya terblokir.

Mungkin faktor usia yang menyebabkan Ibu Linda sering lupa password dari M-Bankingnya sehingga sering terblokir dan harus dipulihkan kembali ke Bank.

Ibu Linda saat ini mulai meraih hapenya dan membuka pesan itu untuk berjaga-jaga barang kali bukan Jeng Heni yang mengirim pesan kepadanya.

"Video apa ini?" gumam Ibu Linda saat mengetahui bahwa pesan yang masuk ke hapenya berisi sebuah file video dari nomor tidak dikenal.

Wanita paruh baya itu mulai mengunduh file video itu sebelum menontonnya. Dia penasaran dengan video yang dikirimkan oleh nomor asing itu. Ditambah lagi nomor asing itu tahu namanya adalah Linda.

Video mulai terputar dan seiring berjalannya durasi video itu, raut wajah Ibu Linda secara bertahap mulai keruh.

"Ar!" pekik Ibu Linda yang kini berteriak memanggil nama anaknya.

"Iya, Ma," sahut Arlan dengan raut wajah bingungnya.

"Jelasin ini video apa?" Ibu Linda mulai memperlihatkan video itu kepada anaknya.

"Itu ...,"

"Itu apa? Kamu beneran punya hubungan sama Dimas kah?"

"Begini, Ma, tolong dengarkan penjelasan Arlan terlebih dahulu!"

Belum sempat pemuda itu menjelaskan alasannya, sebuah pesan masuk kembali ke nomor Ibu Linda dan kali ini video yang dikirim bukan hanya video kemesraan saja, namun video itu berisi adegan Arlan dan Dimas sedang saling berciuman mesra.

"Astaghfirullah," ucap Ibu Linda sambil memegangi dadanya.

"Ma, Ma," panggil Arlan kepada Ibundanya yang saat ini penyakit jantungnya kumat kembali.

"Mama kenapa, Ar?" tanya Pak Ibrahim panik saat melihat istrinya kesakitan.

"Penyakit jantung Mama kumat, Pah." sahut Arlan yang saat ini sedang menopang tubuh Ibundanya.

Pak Ibrahim segera menelepon nomor 911 untuk meminta bantuan.

***

Saat ini Arlan dan Pak Ibrahim sudah berada di Rumah Sakit sedang menunggui Ibu Linda yang sedang ditangani oleh Dokter.

"Ar, sebenarnya Mama kenapa kok penyakit jantungnya bisa kumat?" tanya Pak Ibrahim kepada anaknya yang saat ini sedang dalam keadaan kacau.

"Pah, tolong siapin kondisi jantung Papa dulu ya sebelum mendengar penjelasan aku. Tapi percayalah itu hanya salah paham."

"Iya, insyaallah Papa sudah menyiapkan diri. Tolong segera kamu ceritakan hal yang sesungguhnya!" pinta Pak Ibrahim kepada anak semata wayangnya.

Lelaki paruh baya itu juga mengidap penyakit yang sama seperti Istrinya. Sama-sama memiliki penyakit jantung, makanya Arlan meminta dia untuk menyiapkan diri terlebih dahulu.

"Aku pernah main permainan truth or dare bareng sama temen-temen pas liburan di kota B. Awalnya aku nolak nggak mau ikutan tapi dipaksa terus sama mereka dan akhirnya aku terpaksa ikut. Terus aku diberikan tantangan oleh mereka dan harus melakukannya. Dan tantangan itu adalah ... aku harus berciuman dengan Dimas. Tapi itu hanya permainan, Pa. Tolong Papa percaya sama Arlan!" pinta pemuda itu.

Pak Ibrahim saat ini sedang memegangi area dadanya, meski sudah mempersiapkan diri, tapi tetap saja rasa terkejut menghampiri jantungnya.

"Itu semua hanya permainan belaka, Pah. Tolong Papa jangan drop juga seperti Mama!"

Setelah menenangkan diri beberapa saat, akhirnya Pak Ibrahim mengeluarkan suaranya. "Kok kamu bisa-bisanya main permainan kayak gitu, Ar? Lalu hubungan permainan itu dengan kondisi Mama kamu apa?"

"Mama dikirimin video sama nomor tidak dikenal dan video itu berisi adegan saat aku dan Dimas berciuman."

"Astaghfirullah, pantas saja Mamamu sampai kumat penyakit jantungnya."

"Maafin Arlan ya, Pah!" pinta pemuda itu penuh kesungguhan.

"Huft, mau gimana lagi, semua sudah terjadi. Papa maafin, tapi jangan diulangi lagi!"

"Baik, Pah."

Arlan bisa bernapas lega setelah berhasil meyakinkan Ayahnya.

Tidak lama kemudian datanglah Dimas dengan langkah yang tergesa.

"Ar, Tante Linda nggak apa-apa kan?" tanya Dimas khawatir.

"Mama masih ditangani sama Dokter dan belum ada kepastian apa-apa."

"Mudah-mudahan Tante Linda nggak kenapa-kenapa." harap Dimas.

Kali ini Dimas berfokus kepada Pak Ibrahim. "Om, Dimas minta maaf banget ya sudah buat Tante Linda masuk Rumah Sakit. Arlan sudah cerita sama aku. Tolong Om jangan percaya sama berita apa pun yang dikirim oleh orang yang tidak bertanggung jawab ke nomor teleponnya Om ya! Sungguh ... aku sama Arlan hanya sahabat aja. Nggak lebih." tegas Dimas.

"Iya, Om tidak akan percaya sama hasutan orang lain. Tapi beneran kan kalau kalian tidak menjalin hubungan terlarang seperti itu?" tanya Pak Ibrahim mencari kejelasan.

"Beneran, Om. Aku sama Arlan nggak mungkin menjalin hubungan terlarang seperti itu. Kayak nggak ada cewek aja di dunia ini. Hahaha,"

"Syukurlah kalau begitu." ucap Pak Ibrahim lega.

***

Saat ini Ibu Linda sudah dipindahkan ke kamar rawat inap setelah sebelumnya berhasil melewati masa kritisnya di instalasi gawat darurat.

"Kalian jangan masuk dulu! Biar Papa dulu yang masuk dan menjelaskan pelan-pelan kepada Mama." tutur Pak Ibrahim.

"Baik, Pah."

"Baik, Om."

Angguk kedua pemuda tampan itu kepada pria paruh baya di depannya.

Pak Ibrahim mulai memasuki kamar rawat inap Istrinya. "Assalamu'alaikum, cantik," salam pria itu kepada wanita yang selama ini merajai hatinya.

"Wa'alaikumsalam, Pah." sahut Ibu Linda lirih.

"Gimana keadaan kamu? Sudah baikan?"

"Ya gini-gini aja, Pah."

"Kok gitu jawabnya?"

"Pah, anak kita, Pah,"

"Ssstt ... Mama jangan mikir yang aneh-aneh. Arlan sudah jelasin ke Papa duduk perkara yang sebenarnya. Anak kita masih normal, Ma. Dan soal video itu, mungkin ada orang yang nggak suka sama Arlan dan Dimas makanya dia sengaja kirim video itu ke Mama. Video itu hanya main-main saja, Ma."

"Main-main bagaimana? Ah ... Mama tidak bisa berkata-kata untuk menjelaskan adegan yang ada di dalam video itu."

"Papa sudah tahu, Ma. Tapi itu hanya permainan saja. Arlan juga sudah menyesali perbuatannya yang dulu bersedia ikut permainan aneh dengan para teman-temannya di pulau B."

"Mama masih tidak percaya, Pah. Mama hanya akan mempercayai apa yang Mama lihat dan Mama tahu." timpal Ibu Linda keras kepala.

"Lalu ... bagaimana caranya agar Mama bisa percaya pada omongan Papa?"

"Mama maunya bukti nyata, Pah. Kalau ada bukti nyata yang membuktikan anak kita tidak menyimpang, Mama baru akan percaya." tandas Ibu Linda.

Krieut!

Pintu kamar rawat inap ini terbuka dan sosok Dimas bisa terlihat dengan jelas oleh Ibu Linda.

"Saya punya bukti nyatanya, Tante." ucap pemuda itu.

to be continued.

***

Jika suka cerita ini masukan ke dalam rak buku kalian ya.

Nächstes Kapitel