webnovel

Apa Itu Kehidupan?

Tik.. Tik..

Suara tetesan air terdengar. Dari sebuah atap rumah yang telah roboh, terjatuh ke atas genangan air.

Tik.. Tik..

Tangisan kecil juga terdengar. Anak perempuan dengan pakaian lusuhnya menangis ketakutan. Apa yang terjadi dengan diriku. Mengapa aku ditinggalkan. Itu yang terus ia tanyakan. Rambut Cokelat panjang, Mata Ruby berkaca-kaca karena air mata, bibir tipis namun lembab. Kulit Putih namun kotor karena sudah ditinggal berhari-hari, sudah jatuh berkali-kali. Berjalan kesana-kemari, tak tau arah, Takut akan kegelapan, takut akan suara petir yang menggeledar. Air mata terus berjatuhan, tangannya bergetar, tubuh kecilnya bergetar. Gadis kecil yang malang. Di Dunia yang rusak ini, anak itu ditinggalkan oleh keluarganya tanpa alasan yang jelas, tanpa alasan yang ia ketahui, tanpa persetujuan darinya. "Aku lapar.." Dia menyentuh perut kecilnya, Sudah berapa hari ia tak menemukan makanan, ia hanya meminum air hujan. Duduk di sebuah dinding yang telah roboh, tempat yang hancur ini adalah tempat bekas peperangan, beberapa tahun yang lalu.

Sebenarnya, apa itu kehidupan?

Mengapa banyak sekali orang yang meremehkan kehidupan?

Mengapa dirinya dibuang, seakan akan dirinya dan kehidupannya tak berharga.

Kalau begitu, aku hanya perlu menganggap kehidupan orang lain

juga sama tak berharganya, bukan?

"Siapa di sana?" Sebuah cahaya dari senter kecil menerangi wajahnya. Tidak, itu bukanlah senter biasa, itu adalah senapan yang ditodongkan kepadanya. 'Sudahlah, hidupku juga menyedihkan, sebaiknya diakhiri saja.' anak yang masih sangat belia juga sudah bisa berpikiran demikian, hidupnya sudah buntu. Kepalanya sangat berat, ia sudah sangat kelaparan. Perlahan kedua mata anak perempuan itu tertutup, berharap kalau ada timah panas yang menembus kepalanya saat ini.

Tik..

Tik..

Tik...

Itu bukan suara Air hujan yang berjatuhan lagi.

Tik..

Tik..

Tik...

Suara itu terus berbunyi setiap detiknya, seperti suara dari jarum jam dinding lama. Sebuah ruangan yang sangat asing di matanya, ia membuka kedua matanya, sudah berapa lama ia tertidur. Di tangannya terdapat sebuah Infus set, ia tak bisa mencabutnya karena takut, jarum yang menusuk nadinya membuatnya takut untuk mencabutnya. Namun selain tangan kanannya dikekang oleh Infus set, tangan kirinya juga diikat kepada sebuah tiang menggunakan rantai, seolah-olah seseorang telah menganggapnya sebagai orang yang berbahaya. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu, berharap ada orang yang berbaik hati kepadanya. "Apa yang akan terjadi padaku selanjutnya." Gadis itu menatap ke bawah, tubuhnya telah dibersihkan. Tak ada noda kotor, pakaiannya juga lebih baik daripada yang sebelumnya. Wajahnya tanpa ekspresi, dari tatapannya itu bisa dilihat kalau dia telah melewati masa-masa yang mengerikan, seolah-olah dia tengah merangkak di dinding neraka. Ketika perempuan kecil bersurai cokelat itu menundukkan wajahnya, seseorang tiba-tiba datang masuk kedalam ruangan itu, tanpa ekspresi dia menatapnya. "Siapa?" Tanya perempuan kecil, orang itu datang dengan tersenyum, jika dilihat dari penampilannya, dia seperti wanita berusia 25 tahunan. Wanita itu tak menjawabnya, hanya datang kepadanya, memeriksa suhu badannya dan berkata kalau sebentar lagi suaminya akan datang. Dia sama sekali tak mempermasalahkan tentang tangan anak itu yang terkekang, sepertinya mereka sungguhan menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya. 'Ini lebih baik.' Dia merasa lega setelah Infus set-nya dilepas dengan perlahan, ia bisa menggerakan tangan kanannya dengan leluasa sekarang. "Untuk tangan kirimu, kuncinya tak bersama denganku." Ujarnya dengan tenang. "Siapa namamu?" Dia terus mengajaknya berkomunikasi, sepertinya wanita itu ingin menghilangkan trauma si Gadis, namun dia hanya menjawab kalau namanya hanyalah Rika, ia tak memiliki nama depan. Dia sudah tak sudi memiliki nama depan.

Sebenarnya, apa itu kehidupan?

Mengapa orang-orang selalu menganggap kehidupan orang lain remeh?

Seolah-olah, merekalah yang paling berkuasa, hanya karena dia berasal dari ras yang berbeda. Hanya karena dia anak angkat dan berasal dari ras yang di diskriminasi, dia dibuang. Hanya karena ras yang berbeda, nyawanya tak dianggap berharga, dan jika sudah tak diperlukan lagi, dia akan dibuang. Bahkan sekarang dia yakin kalau tak lama lagi dia akan kembali dibuang oleh orang-orang yang bersikap baik kepadanya. Rambut cokelat terang dengan mata ruby adalah ciri khas dari ras yang dianggap penyihir jahat pada masa lalu, Ras yang dinamai Saaxirad menjadi sampah bagi orang-orang. Meski kenyataannya, Penyihir jahat itu hanyalah akal-akalan penguasa untuk menjatuhkan ras ini.

Sebenarnya, apakah kehidupan itu berharga?

Mengapa banyak sekali peperangan, mengapa banyak sekali pembunuhan?

Seolah-olah, nyawa manusia bagaikan sebuah sapu yang bisa dibuat ulang. Hanya karena manusia adalah makhluk yang bisa berpikiran cerdas, mereka malah berperang, beradu kecerdasan. Bahkan, banyak sekali peperangan yang terjadi akhir-akhir ini, menggunakan peralatan canggih yang ada, antar negara.

Wanita itu keluar dari ruangan. Seorang pria tiba-tiba masuk dengan dinginnya, ia menatap Rika yang tengah melamun. Lantas karena merasa tak tega, akhirnya dia melepaskan Rika dan membiarkannya berbaring dengan nyaman. "Aku menemukanmu di Tempat Kumuh, apa yang terjadi padamu sehingga kamu tiba-tiba tiduran di tempat seperti itu?" Tanya pria itu pada Rika, namun Rika tak mau menjawabnya, dia berkata, "Tidak mengingatnya." Suaranya dingin dan gementaran, siapapun akan langsung tau kalau dia berbohong. "Intinya, jika kau tak ingin pulang, maka bersekolahlah di sini, kuyakin kalau kau akan mendapatkan teman." Dia berdiri, "Aku adalah kepala sekolah dari Akademi Pengabdi Negara, sesuai namanya, kami akan mendidik anak-anak yang kehilangan orang tua, kehilangan tempat berlari untuk mengabdikan diri mereka kepada negara." Sepertinya anak ini sama sekali tak peduli, dia tak tertarik dengan tawaran pria itu. Dia hanya memalingkan wajahnya, "Aku tak mau melakukan itu, kalau kamu mengajarkanku teknik bela diri, baru mau, namun aku tak mau bersekolah, mereka takkan menganggapku." Ujarnya, Rika berdiri, "Aku tak mau mengabdikan diri kepada negara yang telah mendiskriminasi rasku." Rika menatapnya dengan serius. "Memang benar, seharusnya aku tak menawarkan itu, kalau begitu, bagaimana kalau kau langsung bekerja, pekerjaannya sama dengan istriku." Dia tersenyum lebar, "Seorang pembunuh bayaran sangat membutuhkan orang seperti dirimu, kau akan bergerak di balik bayang-bayang."

Pembunuh Bayaran, atau Assassin, dimana pekerjaan ini mengharuskan Agent untuk membunuh target sesuai yang diminta Klien. Mereka akan mendapatkan imbalan ketika telah menyelesaikan tugas. Dengan begitu, Rika bisa melampiaskan rasa kesalnya dengan membunuh. "Namun tak asal membunuh, kau hanya akan membunuh mereka yang bersalah, kita takkan menerima 'Pesanan' dari mereka yang hanya melibatkan perasaan pribadi."

"Ajarkan aku bertarung, dengan begitu, aku bisa menjadi pembunuh bayaran yang bisa diandalkan, aku berjanji akan menjadi seorang pembunuh bayaran." Ini adalah kali pertamanya dia tersenyum setelah sekian lama, namun senyumannya sangat mengerikan. Wajahnya sangat mengekspresikan dendamnya yang besar itu.

Nächstes Kapitel