webnovel

Siapa Yang Sedang Kau Awasi?

Redakteur: Wave Literature

Setelah sedikit yakin untuk memakai kemeja milik Gu Gaoting, Huo Weiwu justru dimintanya untuk melepas bra yang dipakainya sebelum mengenakan kemeja itu.

Huo Weiwu mengerutkan alis. Ia membayangkan sesuatu di otaknya. Ia pun merendahkah suaranya, "Kau tidak akan berbuat mesum, kan? Selokanku kecil, tidak mampu menampung sungai besarmu."

Gu Gaoting diam sejenak. Ia melihat wajah Huo Weiwu memerah, tatapannya setipis sutra. Gu Gaoting pun malu sambil marah dan memandang rendah, "Apa yang sedang kau pikirkan?" Ia bertanya dengan ragu, terbersit juga senyumannya yang sedikit nakal.

Huo Weiwu pun tersadar bahwa ia memikirkan hal yang salah, "Aku tak mau melepasnya. Disini tidak ada bra kering." Ucapnya dengan canggung.

"Busa di bramu sangat tebal, menyerap banyak air. Kau pakai baju kering apapun, tetap saja bisa basah lagi karena itu. Lepaskan!" Pinta Gu Gaoting tak sabaran, "Atau aku yang melepasnya?"

Huo Weiwu kembali terdiam dengan perintah yang seperti itu.

Lalu masuk ke dalam selimut, melepas bra, lalu meletakkannya di atas rak dekat ranjang.

Gu Gaoting menatapnya tajam seperti elang. "Di ruangan ini hanya ada aku dan kau, kenapa kau menyembunyikannya?" Tanya Gu Gaoting dengan nada sedikit tidak senang.

Huo Weiwu makin merasa kesal, matanya berapi-api, "Kau pikir, siapa yang sedang kamu awasi?"

Gu Gaoting membuka selimut dan membuangnya ke lantai. Sekarang terlihat seluruh tubuh Huo Weiwu yang seperti embun dalam udara.

Sayangnya kemarahan gadis ini bagai menggulung darahnya.

Ia pun berani melompat turun dari ranjang, sambil menutupi dadanya ia berdiri di depan Gu Gaoting. Huo Weiwu menantang, "Celana dalamku juga basah. Lepaskan celana dalammu dan berikan padaku. Celana dalam basah tidak bisa ditempeli pembalut!" 

Gu Gaoting melihat ke 'selokan' Huo Weiwu yang tidak sengaja terlihat. pupil matanya langsung terpesona.

Akhirnya Gu Gaoting paham maksud dari 'selokan kecilku tak mampu menampung sungai besarmu' yang baru saja Huo Weiwu katakan.

"Selokanmu tidak kecil."

Huo Weiwu tercengang malu, dahinya sedikit mengernyit karena malu. Namun, gadis ini menatap tajam, "Kau tidak melepasnya?"

Gu Gaoting mengangkat dagunya, ia menghening sejenak, "Kalau kau berani memakainya, aku akan berani melepasnya."

Huo Weiwu memutar otak sedikit. Sebab, asalkan ada pembalut pengganti, hal ini bukan masalah, "Siapa takut? Sayangmu ini menunggu."

Gu Gaoting langsung menggigit bibir Huo Weiwu, "Siap sayangku. Lain kali kalau bicara, jangan segampang menggigit bibir."

Huo Weiwu mengusap bibirnya. Anehnya tidak ada darah seperti biasanya. Sebaliknya, Gu Gaoting memandan Huo Weiwu seperti serigala memandang mangsanya. Ia pun melepas sabuk.

Terdengar suara resleting terbuka. Huo Weiwu memalingkan mukanya. Ternyata Gu Gaoting memberikan celana dalamnya ke tangan Huo Weiwu.

Huo Weiwu merasa seperti menerima ubi bakar yang panas, ingin sekali membuang benda itu.

Huo Weiwu melihat Gu Gaoting sudah terlilit handuk. Terlihat otot yang kuat, otot yang sempurna, tubuh tinggi dan sangat tegap. Tidak ada kecacatan dalam diri komandan tentara ini.

Hanya sehelai handuk untuk menutupi 'harta' yang penting, ia tetap terlihat terhormat, kuat, mempesona dan seksi.

Terutama pandanganya yang seperti pusaran air, yang mampu menyedot siapapun untuk masuk ke dalamnya.

Huo Weiwu tidak mungkin memakai celana dalam itu di depan Gu Gaoting. Ia pun mengambil tas, meraih kemeja Gu Gaoting dan masuk ke kamar mandi.

Kemeja Gu Gaoting sangat lebar. Huo Weiwu bisa memakainya sebagai gaun pendek.

Untuk masalah celana dalam, Huo Weiwu sudah berkata 'Siapa takut?'. Jadi mau atau tidak mau, ia harus berani memakainya. 

Saat Huo Weiwu keluar dari kamar mandi, Dilihatnya Gu Gaoting sudah berpakaian lengkap. Pria itu memakai kemeja paling biasa berwarna putih, dipadukan dengan celana kain berwarna hitam. Busana yang dipakainya terlihat eksklusif seakan memancarkan aura pria terhormat.

Sungguh, tidak tahu saat-saat Gu Gaoting terlihat tidak sempurna.

Gu Gaoting menyodorkan secangkir teh jahe gula merah kepada Huo Weiwu, "Sudah minum?" Tanyanya dengan suara berat.

Huo Weiwu melihat cairan merah di dalam cangkir itu. Dalam cairan itu juga ada sesuatu kehitaman mengambang, "Tawas merah?"

Gu Gaoting diam.

"Huo Weiwu, menggunakan cara lain untuk tujuan yang sama itu terasa hampa. Meskipun selokanmu belum bisa diisi penuh, aku masih mengharapkannya." Gu Gaoting mengulurkan tangan, membuka kancing bagian leher kemeja yang dipakai Huo Weiwu.