Amanda merasa sedih, jika mengingat tentang Permata, dia sangat merindukan purtinya yang telah meninggal teraebut, mungkin jika Erika itu permata yang kini ia rawat betapa lebih bahagianya Amanda, bukan berarti Amanda tidak menyayangi Erika, tapi jika anaknya sendiri mungkin akan lebih bahagianya mereka.
"Iya, sayang. Maafkan aku karena aku belum bisa memberikan seorang anak yang lahir dari rahimku ini," sedih Amanda menatap Roy.
"Sstt! Kamu tidak boleh berkata itu lagi, aku sudah menerima ketetapan tuhan yang belum tuhan kasih kepada kita, sayang." Ucap Roy menutup bibir Amanda dengan telunjuk tangannya.
"Tapi sayang, aku takut dengan keadaan aku yang masih belum sempurna memiliki seorang anak. Oleh sebab itu kekhawatiran aku selalu terbesit di pikiranku ini membuat aku takut kehilangan kamu!" Lirih Amanda.
"Hey, lihat aku sayang. Pernahkah aku menuntumu, memaksamu untuk supaya kamu mendapatkan anak sekarang, tapi nyatanya aku belum pernah, kan. Sayang?" Kata Roy meyakinkan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com