"Cheng'er belakangan ini sedang sibuk apa? Sering-seringlah berkunjung ke istana dan jenguk Kaisar atau nenek. Jangan berada di kediamanmu saja, kalau ingin bermain kecapi atau menggambar, kamu kan bisa melakukannya di sini bersama dengan nenek." Walaupun isi percakapan mereka biasa saja, namun kharisma dari seorang Ibu Suri tetap terasa dengan jelas.
"Nenek kan tahu sifat Cheng'er bagaimana?" Ujar Mo Liancheng dengan nada santai.
"Justru karena nenek terlalu mengerti sifatmu, aku merasa harus memberimu saran. Semua ini demi kebaikanmu. Cheng'er tidak akan mengecewakan nenek, kan?"
"Nenek ingin memaksa Cheng'er ya?"
"Cheng'er, apa hari ini kamu sengaja datang untuk membuat nenek marah?" Ibu Suri tampak mulai murka.
"Nenek, tehnya sudah dingin. Minumlah sedikit untuk menenangkan diri, setelah itu baru kita bicara pelan-pelan." Mo Liancheng tersenyum sambil menunjuk cangkir teh di meja sebelah Ibu Suri untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com