webnovel

Pahatan Batu – bagian 2

Redakteur: Wave Literature

Di dalam hotel Huadeli.

Yale berkata, "Karena kita baru tahu bahwa saudara ketiga kita adalah seorang ahli pengukir batu, kita wajib merayakannya. Ayo ke hotel Huadeli." Kemudian mereka semua pergi menuju hotel Huadeli. Sesaat mereka memasuki hotel Huadeli, banyak siswa yang berada di hotel menatap kearah mereka.

Kebanyakan siswa-siswi itu tatapannya menuju pada Linley.

Dixie, Linley!

Siswa yang paling menonjol dan juga jenius yang berasal dari institut Ernst. Kemanapun mereka pergi tentu saja akan menjadi pusat perhatian. Dan dari kejauhan, banyak siswa mulai berbicara dengan suara perlahan.

Keempat saudara itu duduk dan makanan pesanan mereka datang.

"Cit cit." Bebe yang tadinya tidur bermalas-malasan selama ini, menonjolkan kepalanya dari dalam jubah Linley. Sepasang mata kecil nan nakalnya itu menatap pada ayam panggang yang berminyak diatas meja itu. Reynolds langsung mengambil ayam panggang itu dan menawarkannya pada Bebe. "Bebe, kemari."

"Bos Linley, aku mau makan." Kata Bebe melalui komunikasi batin.

Belum sempat Linley membalas, Bebe langsung melompat ke meja, mengambil ayam panggang itu dan mulai memakannya. Kurang dari sepuluh detik, seluruh ayam panggang itu sudah benar-benar dilahap oleh shadowmouse kecil itu.

"Saudara ketiga, tiap kali aku lihat Bebe makan, aku tak bisa menahan rasa ngeriku padanya." Yale tertawa.

Setelah makan, Bebe menoleh pada Linley. Melihat tangan Bebe yang berlumuran dengan minyak, Linley langsung mengerut.

"Cit cit."

Bebe sengaja mencicit sebanyak dua kali kepada Linley, kemudian mengedipkan matanya dengan sikap yang santai, di saat yang bersamaan, seluruh tubuhnya mengeluarkan cahaya hitam. Aura berwarna hitam itu meluas dan dalam sekejap mata menghilang. Tangan dan ekor Bebe yang tadinya berlumuran minyak sekarang benar-benar bersih.

Sambil mengusap wajah kecilnya, Bebe menatap Linley dan mencicit sekali selagi berkata melalui batin, "Bos Linley, sudah cukup bersih kan ya?"

Linley tak dapat menahan tawanya.

"Wusss." Dengan sekejap, Bebe kembali masuk kedalam baju Linley.

Kemudian, empat saudara itu mulai makan dan bercerita.

"Ah iya saudara ketiga, kalau kamu memang ada niatan untuk mengirimkan patung batumu di galeri Proulx, ada beberapa hal yang harus kamu ingat." Yale mengingatkan Linley.

"Oh, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Linley.

Yale tersenyum. "Kebanyakan patung batu pada pojok bagian bawah batu itu, sang pengukir harus meninggalkan tulisan berbentuk namanya atau yang lainnya untuk menandakan bahwa itu adalah hasil senimu. Itu yang pertama. Yang kedua adalah ketika ukiranmu diantarkan ke galeri Proulx, ukiranmu harus tersegel dan ditutup dengan rapat. Hal ini untuk mencegah ukiranmu lecet atau rusak ketika sedang dikirim ke galeri. Ketika ukiran yang tersegel itu sampai di gudang galeri Proulx, akan ada orang yang mengecek apakah ukiran itu dalam keadaan masih utuh begitu juga melihat dengan detil semua informasimu. Biasanya, dalam tiga hari atau sekiranya segitu, pekerjaanmu akan siap untuk dipamerkan di aula utama didalam galeri Proulx."

Linley mengangguk.

Memberikan sebuah nama di patung batu harus dilakukan untuk mencegah orang lain mengakui bahwa patung batu itu adalah miliknya.

Linley juga mengerti dan memahami bahwa patung batu itu harus disegel dan ditutup rapat. "Beberapa patung batu ada yang diukir dengan teliti dan sangat indah. Dalam proses pengiriman, sangat mungkin jika patung batu itu akan lecet atau bahkan rusak. Jika harus menyegelnya rapat-rapat, aku akan memberikan beberapa bantalan sehingga patung batu itu juga tentunya lebih aman."

"Bagaimana dengan lelang dan tawarannya? Bagaimana galeri Proulx melakukan hal itu?" Tanya Linley.

Tujuan utama mengirim patung batu pada galeri Proulx adalah untuk menghasilkan beberapa uang, dan juga untuk meningkatkan situasi ekonomi keluarganya.

Yale menjawab dengan gembira, "Patung batu itu akan di letakkan di aula utama, dan pembeli diperbolehkan untuk memulai berapa harga yang mereka inginkan. Setelah sebulan, tawaran tertinggi akan mendapatkan patung batu itu, dan kamu akan mendapatkan uangmu. Tentu saja, galeri Proulx akan memberikan pajak sebanyak 1% untuk komisi transaksi dengan batasan tertinggi sebanyak sepuluh keping emas. Jika patung batumu dapat melebihi ribuan keping emas misalnya, maka pajak dari galeri Proulx akan tetap seharga sepuluh keping emas saja."

Linley memahami hal itu sekarang.

"Jangan cemas saudara ketiga. Aku akan mengatur beberapa orang di kota Fenlai untuk mengurus segalanya. Aku yakin kamu akan puas." Yale tersenyum pada Linley selagi ia bicara. "Jika saudara ketiga dari asrama kita mengirimkan sebuah patung batu ke galeri Proulx dan terjual mahal, tentunya aku juga akan terkenal."

Dari samping, George tak bisa menahan pujiannya pada Linley. "Saudara ketiga, sekarang kamu adalah seorang siswa kelas lima. Kelak nantinya kamu pasti akan jadi seorang Master Sculptor. Masa depanmu cerah sekali. Kamu memang telah berusaha lebih keras dibandingkan kita semua."

"Seorang Master Sculptor? Ah jangan terlalu memuji." Linley tertawa pada dirinya sendiri.

Keempat bersaudara itu berbicara selagi melanjutkan memakan makanannya.

"Tinggal di institut Ernst memang benar-benar nyaman ya," Yale tiba-tiba menghela, sambil meletakkan gelas anggurnya. "Aku ingat ketika aku masih kecil dan tinggal di rumah, peraturan di keluargaku sangat ketat."

Reynolds juga mencibir. "Kita adalah siswa dari institut Ernst. Menurut kakek Lomu, saat ini keadaan dunia sedang kacau balau. Diluar sana selalu ada peperangan dan pembunuhan. Institut Ernst di sokong oleh Radiant Church jadi jelas aja tak ada yang berani melawan. Itulah mengapa hidup kita disini sangat nyaman. Suatu saat ketika kita keluar dan berlatih diluar sana, kita akan tahu sekejam apa dunia luar sana."

"Benar sekali."

Linley mengangguk dan menghela. "Aku siswa kelas lima sekarang. Banyak dari teman sekelasku sudah berlatih diluar sana. Dari apa yang mereka katakan, beberapa siswa mati disana, dan juga banyak yang terluka atau bahkan cacat. Tanpa pengalaman situasi hidup dan mati, tentu saja akan sulit bagi kita untuk tumbuh.

"Kita disini hanya bagaikan hewan peliharaan untuk keluarga bangsawan. Kehidupan kita disini mungkin begitu mudah, tapi bagaimana mereka bisa membandingkannya dengan kejamnya dunia diluar sana?" George menghela nafasnya. "Aku benar-benar ingin bertarung, merasakan situasi hidup dan mati dimana siswa tingkat tinggi akan bertarung. Gaya hidup yang menegangkan itu pasti sangat seru."

George, Yale, Reynolds, dan Linley sekarang berusia lima belas tahun. Dan dalam hatinya terdapat sebuah keinginan untuk terjun ke dunia luar.

Tapi Yale dan yang lainnya masih jauh terlalu lemah. Jika mereka keluar ke situasi dimana pertarungan antara hidup dan mati, maka kemungkinan mereka untuk meninggalkan dunia ini akan sangat tinggi.

"Kamu sekarang siswa kelas lima kan ya?" Kata Reynolds tiba-tiba.

Yale dan George melihat ke Linley, mata mereka semua bersinar.

Linley menghirup nafas dalam-dalam dan mengangguk. "Iya, aku sekarang seorang Mage tingkat kelima. Aku juga sudah bisa dianggap sebagai Mage tingkat tinggi sekarang. Ketika Juni, aku berencana akan memulai perjalananku ke Mountain Range of Magical Beast selama dua bulan dan kembali pada bulan Agustus." Linley telah memutuskan hal ini sejak dulu.

"Mountain Range of Magical Beast?"

Yale, George, dan Reynolds semuanya terkejut setengah mati.

Mountain Range of Magical Beast adalah gunung terbesar di benua Yulan yang berada kurang dari seratus kilometer arah timur dari institut Ernst. Banyak Mage tingkat tinggi pergi kesana untuk misi kedua atau ketiga mereka. Tapi kebanyakan siswa yang pergi kesana untuk pertama kalinya akan memilih tempat yang tidak terlalu buas.

Contohnya, mereka akan memilih tugas seperti menjadi seorang pengawal atau penjaga kereta pedangang.

"Linley, kamu berencana untuk pergi kesana untuk ekspedisimu yang pertama kalinya?" Reynolds langsung menanyainya. George dan Yale juga khawatir padanya.

"Tenang. Aku percaya dengan kemampuan diriku."

Linley sendiri agak percaya diri dengan dirinya sendiri. Sebagai Mage tingkat kelima dan seorang Warrior tingkat keempat, ia memiliki kecepatan setara dengan seorang Warrior dan bahkan bisa lebih cepat lagi bila didukung dengan Magic elemen angin 'Supersonic'. Berdasarkan kecepatannya jika menggabungkan kecepatannya dan juga Magic itu, Linley dapat mencapa kecepatan yang setara dengan seorang Warrior tingkat keenam.

Dan yang lebih penting lagi…

Linley dapat menggunakan Magic elemen angin tingkat tinggi, 'Floating Technique'.