webnovel

Cewek sinting Vs Perfect boy

Teenager
Laufend · 10.2K Ansichten
  • 2 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • N/A
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Aqila tersenyum sinis menatap pemuda tampan yang jatuh terduduk tidak berdaya di depannya. "Lo kalah!" ucap Aqila sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Pemuda itu mendengkus dan membuang mungka. Tidak menyangka ia bisa kalah taruhan basket dengan gadis sinting di depannya ini. "Sesuai dengan perjanjian. Mulai hari ini...-" Aqila sengaja menggantungkan kalimatnya. "Lo jadi budak gue!" "Ck, Sialan!"

Tags
5 tags
Chapter 1Prolog + Perkenalan

Kenalin nama gue Aqila Auristella. Panggil aja Aqila jangan panggil 'Stella' karena gue bukan pengharum ruangan. Apalagi manggil gue 'Gila' siap-siap aja kehilangan ginjal kesayangan lo dalam tiga hari.

Umur gue 15 tahun, dan yap! gue kelas X SMA.

Bohong, gue masih belum resmi jadi anak SMA, orang baru aja lulus. Gue kemarin sudah nerima ijazah dan syukurlah gue berada di peringkat lima dari bawah.

Kenapa?

Kalian kira gue bego ya?

Asal kalian tau, itu sudah menjadi kebanggaan buat gue. Karena gue biasanya berada di peringkat dua atau tiga dari bawah. Emak gue aja sampe nangis karena bangga. *SongongModeOn

Zodiak gue? Hmmm 'Sagitarius'. Iyaa yang ada panah-panah gaje itu. Memangnya gue pendekar apa? Ogah gue, gue belum siap mati. Mending main pisau-pisauan kan lebih menantang. Maksud gue bukan itu. Kalian pasti mengira gue Psikopat, 'kan? Ya kagak lah Jamilaahh... Maksud gue main pisau-pisauan itu main 'masak-masak'.

Ya, gue jago masak. Walau bapak gue sering bilang masakan gue rasanya kayak bawang.

Ok, back to topik.

Itu adalah pemikiran sempit gue beberapa tahun yang lalu. Sempit kayak hatinya si Author yang nggak mau bukain pintu hatinya sama cowok yang naksir. Nggak! bukannya dia sok jual mahal kayak cabe di pasaran. Tapi, masih belum ada cowok yang mirip Babang Jungkook katanya.

Lahh... Ngapain kita malah gosipin si Author? Nggak guna nggak penting. Mari kita kembali ke topik sebenar kita.

Jadi gini, ehmmm... Gini... Ehmmm... Nah, kan! Kalau gue coba serius gue selalu kehilangan suka kata, eh! Maksudnya kosa kata. Hehe.

Ok, gue tau kalian pasti kesal dan marah karena gue kebanyakan bacot daripada bacat. Jadi, gue bakalan serius sekarang!

Bentar napa! Gue tarik napas dulu. Gue mulai grogi nih. Lebih grogi lagi dari pada di tembak suho EXO!

Ok, siip! Gue sudah tenang sekarang.

Intinya, ini cerita tentang diri gue yang katanya ekhem... sinting sama cowok bego -menurut gue- yang katanya perfect.

Walau gue nggak tau gue bakalan bisa meraninnya apa nggak. Tapi, do'ain gue ya!

Dan semoga kalian suka sama gue, suka sama karakter sama alur ceritanya, suka sama si Author walau kadang suka ngaret up, dan suka juga sama soobin bias gue hehehhee...

Ok, selamat datang di kehidupan gue.

Dan semoga kalian suka...

O, ya. Si Author juga pesan kalian jangan lupa vote dan komen. Kasihan si Author sering bergadang bikin cerita tapi nggak dapat suara dari kalian. Cukup do'i nya aja yang nggak ngasih dia suara! Kalian jangan! Ok!

Udah ya!

Gue capek!

Mau tidur!

Gue ngantuk!

Besok gue harus siap-siap buat kena marah sama emak!

Ya, gue berulah lagi! Penasaran?

Mangkanya ikutin cerita ini terus ya ^.^

Das könnte Ihnen auch gefallen

Pengakuan Psikopat

Febi mempercepat langkahnya. Gadis itu berjalan menyusuri gang kecil dan gelap itu karena itu satu-satunya jalan menuju ke kostnya. Didengarnya suara seperti langkah kaki tapi samar-samar dan terasa jauh. Ia menoleh ke belakang dengan gerakan yang tiba-tiba...tidak ada siapapun. Perasaan apa ini? Seperti perasaan cemas bercampur takut dan kuatir yang tidak pada tempatnya. Sudah kesekian kalinya Febi merasa ada yang mengikutinya di belakang sepulang ia dari kampus. Gadis itu memutuskan cepat-cepat berlari sampai ke kost dan segera masuk ke kamarnya. Gang kecil itu begitu sepi, jauh dari kamar kost Febi. Seorang pria bertubuh tinggi berpundak lebar sedang berdiri setengah tertutup tembok, sedang memperhatikan Febi yang setengah panik masuk ke kost. Pengalaman menegangkan itu membawa kecurigaan Febi pada seorang psikopat yang berusaha menghancurkan hidupnya. Ian adalah seorang pria yang selalu tampil baik dan superior. Tapi Febi mengetahui dibalik penampilan primanya, Ian memiliki kejahatan-kejahatan yang terselubung. Hanya saja semakin Febi berusaha menghubungkan misteri-misteri yang dialaminya dengan Ian, semakin ia terjerembab dalam siasat dan tingkah laku Ian yang tidak normal. Ian yang menjadi tersangka penguntitan Febi akhirnya menjadi tersangka sebuah kasus pembunuhan yang terjadi di kampus mereka. Semua misteri yang terjadi terhubung pada sindrom psikopatisnya. Benarkah Ian yang melakukan tindakan kriminal itu?

Lei Locke · Teenager
Zu wenig Bewertungen
41 Chs

Bewertungen

  • Gesamtbewertung
  • Qualität des Schreibens
  • Aktualisierungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund
Rezensionen
Beeindruckend! Sie wären der erste Rezensent, wenn Sie Ihre Rezensionen jetzt hinterlassen!

UNTERSTÜTZEN

empty img

Demnächst