webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

BAB 23

Matanya mengabarkan banyak cerita

Saat jari ini menyatu tak ada lagi batas antaranya

Menyusuri aliran dua masa

Masa depan yang penuh kisah cinta

Menjalani masa lalu yang penuh rona

Kukira pertemuan ini hanya sementara

Tak kusangka selamanya

Angin musim gugur membawa cinta kita

Mencari jalan untuk bertemu lalu terbang bersama

_________________

Dari ujung jalan sekelompok prajurit kerajaan menderap kuda dengan laju membelah keramaian membuat orang-orang kocar kacir. Sepertinya mereka sedang menjalankan tugas penting.

"Minggir! Minggir! Beri jalan!" teriak seorang dari sekelompok prajurit istana.

Di saat yang bersamaan, Weiyan sedang berjalan di tengah jalan bersama Pangzi. Zhiwei bersama Shanbo juga sedang berjalan menuju ke rumah bibi Shanbo. Derap kuda para prajurit tak semakin melambat saat berpapasan dengan Zhiwei yang terpaku di jalan karena terkejut. Shanbo tak sempat menarik Zhiwei. Beruntung nasib gadis itu, Weiyan yang saat itu melihat Zhiwei tak sempat berlari ke pinggir langsung menariknya. Semua terjadi begitu cepat.

Zhiwei menatap Weiyan yang menarik tangannya ke pinggir. Dia merasa pernah melihat sosok lelaki itu. Matanya membulat.

"Yinfeng?" batin Zhiwei.

Weiyan yang menatap Zhiwei juga terkejut saat melihat sosok yang ditolongnya.

"Zhiwei?" tanya Weiyan dalam hati.

Tangan mereka masih bertaut. Tatapan mereka masih menyatu. Tanya berkelindan dalam hati seakan menjadi misteri. Namun, sebuah deham dari Shanbo membuyarkan pertemuan dua orang yang memiliki takdir yang sama. Weiyan melepas tangan Zhiwei dan menatap Shanbo yang menatapnya tajam.

"Nona ... Anda Nona Qing Lian kan?" tanya Pangzi yang memperhatikan Zhiwei.

Zhiwei terlihat bingung, lalu menoleh ke arah Shanbo.

"Qing Lian? tanya Zhiwei dengan raut tak paham.

"Siapa Qing Lian?" tanya Weiyan yang direspon Pangzi dengan wajah terkejut.

"Haiyaaah, Tuan, Nona Qing Lian kekasih Tuan. Apa Anda tak ingat?" tanya Pangzi heran.

"Kekasih?" tanya Zhiwei dan Weiyan hampir bersamaan.

Mereka langsung tertawa mendengar penjelasan Pangzi.

"Dia kekasihku? Tak mungkin," sangkal Zhiwei sambil menatap sosok Weiyan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Shanbo yang bisa membaca situasi langsung menarik tangan Zhiwei. Gadis itu tak boleh bertemu orang asing sebelum jelas siapa yang memiliki niat membunuhnya.

"Ayo kita pergi," ucap Shanbo.

Zhiwei mau tak mau mengikuti langkah Shanbo. Weiyan dan Pangzi hanya menatap kepergian Zhiwei.

"Tuan, mengapa Anda tak mengejarnya?" tanya Pangzi.

Weiyan menoleh menatap Pangzi.

"Ada saatnya nanti. Ayo, kita ke kedai teh," ajak Weiyan lalu beranjak pergi.

Pangzi menatap Zhiwei dan Shanbo yang berjalan menjauh dengan tatapan penuh tanya. Dia juga tak yakin gadis itu adalah Qing Lian. Kekasih tuannya berasal dari keluarga berada, tak mungkin juga memakai baju katun murahan seperti yang dipakai gadis asing itu.

"Mungkin hanya mirip," batin Pangzi lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Zhiwei menatap Shanbo yang berjalan di sampingnya.

"Mengapa kau langsung menarikku pergi?" tanya Zhiwei.

"Lebih baik kau tak banyak bertemu dengan orang sementara waktu. Kita belum tahu siapa yang memiliki niat membunuhmu," terang Shanbo.

"Eh, kau tahu siapa Qing Lian?" tanya Zhiwei.

"Dia adalah kamu. Aku baru menyadari hal ini."

"Aku? Qing Lian adalah aku?" tanya Zhiwei.

"Nanti saja kuceritakan dugaanku. Itu rumah bibiku," tunjuk Shanbo pada sebuah rumah kayu yang memiliki papan nama di atas pintunya, tertulis Toko Perhiasan Ruyi.

Zhiwei ikut masuk bersama Shanbo setelah mengikat kuda di pinggir jalan.

Dari dalam toko keluar seorang perempuan cantik dengan hiasan tusuk konde emas yang menghiasi gelungan rambutnya. Wajahnya ramah dengan deretan gigi rapi.

"Shanbo! Kau datang!" sambut bibi Shanbo.

Shanbo menyambut bibinya dengan memberi hormat.

"Salam, Bi,"

"Masuk, silakan masuk, ayo," ajak Bibinya pada Shanbo.

Namun, tiba-tiba perempuan itu diam menatap Zhiwei yang sedari tadi berdiri di belakang Shanbo. Sorot matanya berubah sedih.

"Dia ... siapa?" tanya bibi Shanbo dengan nada gugup.

"Oh, dia teman dari desa ingin mencari pekerjaan di kota. Namanya Zhiwei," jawab Shanbo,"ini Bibi Fang," terang Shanbo pada Zhiwei.

"Salam, Bi," ucap Zhiwei sambil memberi hormat.

"Ah ... iya ... ayo masuk. Kalian pasti capek karena perjalanan jauh," jawab Bibi Fang.

Zhiwei mengikuti langkah Shanbo masuk ke dalam rumah. Bibi Fang menatap Zhiwei dengan sorot mata sedih.

"Ah, gadis itu mirip sekali dengan Nona Yue," batin Bibi Fang.

***

Di masa depan, Shanbo duduk di samping Zhiwei yang masih terbaring belum sadarkan diri. Nyonya Liang duduk di sofa sedang menyiapkan makanan untuk Shanbo.

"Makanlah sebelum pergi," ucap Nyonya Liang.

Shanbo berdiri, lalu mendekat pada ibunya.

"Apa yang dikatakan pihak berwajib tentang kasus Zhiwei?" tanya Nyonya Liang.

Shanbo mulai menyumpit makanan.

"Mereka belum menemukan pelaku yang mendorong jatuh Zhiwei. Pencuri kalung Liang Zhu juga belum ditemukan," terang Shanbo.

Nyonya Liang menghela napas panjang sambil menatap Zhiwei.

"Kasihan Zhiwei. Cincin peninggalan ibunya juga menghilang entah kemana. Jika dia terbangun nanti, apa yang bisa kukatakan untuk menjawabnya," ujar ibu Shanbo.

Shanbo berhenti menyumpit makanan.

"Aku akan mengusahakan mencari cincin itu, walau sampai dasar lautan," janji Shanbo.

***

Shanbo keluar dari rumah sakit. Dia membuka gawainya dan menghubungi sebuah nomor.

"Halo, Shuo, aku butuh bantuanmu," ucap Shanbo pada seseorang di ujung panggilan.

"Maaf aku sedang banyak kerjaan akhir-akhir ini," jawab teman Shanbo.

"Ayolah, aku hanya membutuhkan tenaga untuk menyelam ke laut. Aku akan bayar berapapun," janji Shanbo.

"Maaf, aku benar-benar sibuk. Maafkan aku," tolak teman Shanbo lalu menutup panggilan.

Shanbo kecewa sambil menatap gawainya.

"Kau butuh bantuan? Akan kubantu," ucap seseorang yang datang lalu berhenti di hadapan Shanbo.

Shanbo mengangkat wajahnya menatap laki-laki yang barusan datang menyapa.

"Kau," ucap Shanbo dengan wajah tak percaya.

Sosok itu hanya tersenyum lalu berjalan mendekat ke arah Shanbo.