webnovel

ketika dilahirkan

Sempit, sesak, namun hangat dan nyaman itulah perasaan ku saat ini sampai tibalah aku keluar dari rahim ini.

"Oek! Oek! Oek!" Saat aku keluar aku merasakan dekapan yang hangat meski aku belum bisa membuka mata, namun dekapan itu mampu membuat tangisku reda.

Saat pertama kali aku membuka mata aku melihat wajah itu menangis membuat ku ikut menangis

"Oek! Oek! Oek!"

"Sayang nya papa haus? Mau mimik ya sayang?" Pria itu yang ternyata ayah ku segera menggendong ku memberiku susu pada mulutku yang membuat ku berhenti menangis, aku menatap lekat ayahku yang sedang menggendong ku dengan hati hati.

"Wah lahap banget mimiknya anak papa lapar banget ya maaf ya papa baru dateng nemuin kamu, kamu nangis karena papa nangis ya?" Ayah ku mencium cium dahi kecilku

Tiba tiba ada ketukan pintu

Tok! Tok!

"Masuklah" Ucap ayahku lalu terlihat seorang pria memasuki ruangan

"Kak ada sedikit masalah dikantor hanya kakak yang bisa mengatasi nya" Ucap pria itu kepada ayah yang terlihat menghela nafas lalu menatap ku yang sedang mimik dalam gendongannya

"Bintang bisakah kau menghandle nya? Aku ingin mengurus anakku setidaknya sampai dia tidur" Ayahku menatap ku dengan penuh kasih sayang meski aku tidak tau apa yang terjadi tapi aku tidak menginginkan ayahku pergi

"Kak Langit! Sampai kapan kakak akan mengurus anak itu?! Bahkan ibunya sendiri mengabaikannya! Kenapa tidak menyewa baby sitter saja sih!" Ucap Bintang membuat ku tersedak mimik karena terkejut dengan intonasi nya yang tinggi

Oek! Oek! Oek! Aku menangis karena tenggorokan ku sakit karena tersedak dengan segera ayahku mengatasi nya dan membuat ku tenang, aku pun mimik kembali

"Bintang.... Bisakah kau tidak bicara seperti itu didepan anakku?" Ujar ayahku lirih menatap bintang

"Dia masih bayi mana mungkin mengerti ucapanku" Ujar bintang membuat langit kesal

Aku mengantuk dan tertidur dalam keadaan masih mimik setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.

Langit POV

Seketika aku lega melihat anakku akhirnya tertidur segera aku letakkan anakku ke dalam box bayi yang terletak di samping tempat tidur ku, aku beralih menatap bintang adikku

"Baiklah ayo kita selesaikan masalah di kantor" Aku pun pergi meninggalkan anakku dan menuju Kantor namun sebelum itu aku menghubungi ibuku agar datang ke rumahku itu mengasuh bayiku agar tidak kenapa napa.

"Kenapa gak daritadi aja minta mama buat ngurus anakmu" Ujar bintang diabaikan ku begitu saja.

Perkenalkan namaku Langit Lengkara Casanova umurku 20 tahun aku menikah muda atas perjodohan ayahku, aku menikahi wanita berusia 25 tahun ya aku dijodohkan dengan wanita yang lebih tua dariku. Katanya aku adalah pria yang agak tidak beruntung karena ditinggalkan istriku begitu anakku terlahir, tapi aku merasa beruntung karena aku memiliki bayi kecil yang cantik dan lucu, bayi itu sangat mirip dengan ku itulah sebabnya aku menyayangi nya bila mirip istri ku yang telah mengkhianati ku mana sudi aku mengurusnya. Untung nya rupa anakku itu tidak ada mirip miripnya dengan istri ku yang kabur dengan selingkuhan nya setelah 1 bulan anakku dilahirkan. Aku memberi nama anakku Alesya Casanova itulah nama pemberian ku untuk putri kecilku yang ku sayangi itu, semoga perangainya tidak mirip ibunya aku hanya berharap putriku tumbuh menjadi wanita kuat dan tangguh untuk menghadapi kenyataan bahwa dia tidak memiliki sosok ibu seperti orang lain.

-15 tahun kemudian-

Terlihat seorang perempuan memakai seragam putih abu nya itu sedang menuruni tangga menuju ruang makan.

"Selamat pagi papa!" Anak perempuan itu memberi kecupan selamat pagi pada sang ayah membuat sang ayah tersenyum

"Selamat pagi juga udah siap dihari pertama masuk sekolah?" Tanya langit pada Alesya

"Siap dong!" Balas Alesya semangat membuat langit tersenyum

"Kalau begitu ayo cepat sarapan" Ucap langit membuat Alesya segera menyantap sarapannya dengan khidmat.

Setelah sarapan Alesya pun diantar langit menuju sekolah menggunakan mobil.

Setelah sampai ke sekolah Alesya berpamitan pada ayahnya lalu segera memasuki area sekolah, langit membuka jendela mobilnya untuk memastikan bahwa anaknya sudah memasuki area sekolah.

Disisi lain Alesya sedang mencari kelasnya yaitu kelas X Ipa 3

"Woi!" Ucapan seseorang membuat Alesya terperanjat kaget

"Eh? Lu.... Odette?" Tanya Alesya memastikan lalu diangguki cewek itu

"Iya ini gue temen SD lu! Lu masih inget gue kan? Lu sekolah disini juga ya? Lu kelas berapa?" Odette menanyakan begitu banyak pertanyaan

"Iya gue inget, iya gue sekolah disini, gue kelas X ipa 3, lu?" Ucap Alesya dengan sabar menjawab satu persatu pertanyaan odette

"Njir kelas kita sama! Gue juga kelas X ipa 3 sebangku sama gue yah!?" Ajak Odette antusias disetujui Alesya

Mereka berdua pun sampai dikelas dan ternyata sudah banyak yang datang untuk menandai meja yang ingin ditempati. Mereka berdua pun duduk di bangku ketiga baris kedua karena hanya disana tempat yang masih kosong.

"Buset banyak bener yang udah hadir" Ujar odette disetujui Alesya

Hari berlalu begitu cepat dan bel pulang pun berbunyi

"Les gue pulang duluan ya supir gue udah dateng nih" Ujar odette

"Iya sana" Ujar Alesya mempersilahkan odette pergi

Alesya menunggu jemputan ayah nya di sisi jalan namun tiba tiba ada sebuah motor yang berhenti didepannya

"Yok naik gue disuruh papa lu buat ngejemput lu!" Ujar kayden sepupu Alesya dia adalah anak kakak laki-laki ayahnya. Usia kayden lebih tua 2 tahun dari Alesya, meski sekolah kayden agak jauh dari sekolah Alesya dia selalu patuh jika di suruh menjemputnya.

"Oh ya" Ucap Alesya lalu naik ke motor kayden yang besar itu tanpa kesulitan.

Motor itupun melaju membelah ibu kota yang ramai akan orang orang yang pulang dari sekolah maupun pulang dari pekerjaannya. Lalu mereka berdua pun sampai didepan rumah Alesya.

"Makasih kak kay udah nganterin" Ucap Alesya, Kayden mengganguk lalu melaju pergi

Alesya menghela nafas lelah ketika melihat ke dalam rumah yang besar itu namun sepi ketika memasuki nya, hanya ada pembantu yang sedang menyiapkan makanan di dapur dan beberapa yang menyapa Alesya yang dijawab singkat dan seadanya oleh Alesya.

Alesya memasuki kamarnya lalu membanting tasnya ke atas kasur Big sizenya itu. Dia duduk di meja belajar lalu melihat poto dirinya hanya bersama papanya poto dari bayi sampai sekarang semua memperlihatkan dia hanya bersama ayahnya, tidak ada satupun poto yang memperlihatkan sosok seorang ibu. Alesya mengusap pinggiran bingkai poto dirinya ketika hari kelulusannya saat SMP terlihat dirinya tersenyum dengan memeluk bucket bunga dan disamping nya ada papanya tersenyum ber kharisma. Ibu. Ibu. Ibu. Semua orang punya yang namanya ibu namun kenapa dia tidak? Orang tua... Teman-teman nya memiliki kedua orang tua namun dirinya hanya punya satu. Apakah aku terlahir begitu saja tanpa seorang ibu? Aku sering menanyakan perihal seorang ibu pada papa namun papa hanya menjawab 'kamu tidak punya ibu' lalu darimana aku terlahir?

Kata orang orang wajahku sangat amat mirip seperti wajah ayahku namun aku dalam versi perempuan nya, jika saja aku mirip ibuku mungkin aku akan dapat petunjuk dalam pencarian ibuku. Suaranya parasnya bahkan namanya pun aku tidak tahu.

Alesya membaringkan tubuhnya yang masih memakai seragam lalu menutup sedikit matanya.

"Papa... Kenapa aku tidak punya ibu.....?" Gumam Alesya dengan tatapan nya yang kosong

Tiba tiba pintu diketuk

"Non makanannya sudah siap!" Ujar pembantu itu

"Iya bi aku mau mandi dulu baru makan!" Ujar Alesya tanpa babibu Alesya langsung pergi membersihkan diri setelah itu memakai piama polos berwarna peach lalu pergi makan malam sendirian.

Alesya makan dalam keheningan dia menatap kanan dan kiri yang kosong, dia memikirkan bagaimana cara mempunyai seorang ibu.

"Apa aku suruh ayah menikah agar punya seorang ibu?" Gumam Alesya lalu dia menggelengkan kepala

"Tidak mungkin apakah ayah akan mau jika kusuruh menikah lagi? Misalnya dengan kak Nara? Ah tidak dia berusia 19 tahun sedangkan papa sudah berusaha 35 tahun dia terlalu muda untuk menjadi ibuku.... Ahk! Pusing! Biarlah nanti papa sendiri yang mencari bagaimana jodohnya saja aku tidak mau salah memilih ibu tiri" Batin Alesya tak terasa makanan di piringnya pun habis dia lekas minum lalu membawa piring dan gelas itu ke wastafel biarlah pekerja dirumah yang mencuci piring itu. Alesya kembali ke kamarnya. Dia membaringkan badannya di atas kasur lalu terlelap dengan mudah. Tanpa Alesya sadari papa nya datang ke kamar Alesya lalu menutupi tubuh Alesya dengan selimut sampai dagu kalau mencium kening Alesya singkat.

"Suatu saat papa akan memberitahu mu nak papa harap kamu dapat menerimanya" Bisik Langit lalu pergi meninggalkan kamar Alesya tak lupa menutup kembali pintu kamar itu.

Cerita hanya fiktif belaka jika ada kesamaan nama dan tokoh itu murni ketidaksengajaan karena karya ini murni hasil pemikiran sendiri