159 “Jangan tertawa seperti itu!”

Bian pergi sesegera mungkin dari aksi gila Riki. Remaja berparas cantik itu pun juga tak lupa merogohkan lengan di saku celana pria itu, ponsel harus kembali padanya.

Berjalan melintasi jalanan malam yang sangat sepi, telapak kaki telanjang itu pun sedikit menekuk karena kerikil-kerikil kecil yang menancap. Bian terlalu bodoh sampai melupakan alas kaki yang sebelumnya di pakai.

Sejak tadi pandangan Bian meliar, sama sekali tak ada kendaraan yang melintas untuk di mintai tolong. Memang harusnya wajar, karena ternyata letak kediaman Riki berada di paling ujung jalan. Sedangkan di sekelilingnya hanya ada pohon-pohon besar. Setelah menilik lebih jauh, deretan rumah baru ada setelah memakan perjalanan setengahnya lagi dari tempatnya sekarang.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

avataravatar
Nächstes Kapitel