Arya mengangkat kerah bajunya dan berkata, "Kamu harus membayar ganti rugi, 2 miliar rupiah!"
"Hm, aku tidak punya uang sebanyak itu!"
"Mungkin kita harus mendatangi Putri Pendamping klub itu!"
Menarik pria botak yang diikat ke dalam BMW M8-nya, Arya mengeluarkan pedang yang tertanam di jendela dan menusuk airbag yang mengembang.
'Vroom!'
Mesinnya hidup kembali.
Untungnya, walaupun sedikit rusak, masih bisa dikendarai.
Sambil mendorong Volkswagen kepinggir, Arya mengendarai M8 menjauh dari lokasi kecelakaan, dan langsung menuju tempat Putri Karin.
Rasa ingin tahunya terusik. Siapa sebenarnya Putri Karin itu?
Dalam perjalanannya ke sana, mobil itu mengeluarkan berbagai macam suara, komponen-komponennya hancur saat dia mengemudi. Itu merupakan pemandangan yang indah untuk orang-orang dan menarik banyak perhatian, lebih dari BMW baru lainnya.
"Astaga, bukankah itu M8? Sayang sekali!"
"Sepertinya baru beli mobil juga, bahkan plat nomornya belum sampai. Tunggu ... Putri, mungkinkah itu mobil mantan saudara iparmu?"
Benar-benar kebetulan bagi mereka untuk menyaksikan pemandangan itu di hadapan mereka.
Willy mempercepat mobilnya, dan Putri berhasil melihatnya dengan baik. "Ha ha ha! Mobil baru si bodoh itu! Oh, betapa bahagianya!"
"Aku bahkan berpikir itu belum diasuransikan. Hebat! Tuhan menebusnya dengan baik!" Tambah Opik.
Tidak lama kemudian Arya tiba di dermaga sungai.
Pria botak itu menunjuk ke kabin kayu pedesaan di tepi sungai dan memberi tahu Arya bahwa Putri Karin saat ini ada di dalam sana.
"Terkutuk! Dia tinggal di sana?"
Sambil menyeret pria botak itu, Arya berjalan menuju kabin.
Dengan satu tendangan kuat, dia mendobrak pintu dan mendorong pria botak itu masuk.
"Argh!"
Dengan cepat, beberapa pria bergegas ke arahnya.
"Siapa Anda? Mau apa kamu di Bunga Langit?"
"Apa kau tahu tempat apa ini?"
Arya menjawab dengan wajah acuh tak acuh, "Putri pendamping klub, maaf, maksud saya Putri Karin mengundang saya."
Salah satu pria itu tercengang. "Berani-beraninya kamu menghina sang putri? Mati kau!"
Dalam gerakan cepat, Arya mengangkat kakinya dan menendang penyerang yang mendekat. Pria itu terlempar seperti bola meriam, dan tersungkur di tanah setelah menabrak beberapa kursi.
Arya memandang seorang pria yang berdiri di sampingnya. "Katakan pada Putri pendamping klub bahwa aku di sini."
Pria itu terpaku di tanah saat dia melihat dengan ketakutan.
"Pergi ke sana!"
Tanpa jeda, dia dilempar dan terjatuh dengan keras ke tubuh rekannya.
"Keluar, Putri pendamping klub!" Arya berteriak.
Suaranya bergema di kabin seperti raungan menggelegar.
'Ketak! Ketak! Ketak!'
Terdengar langkah kaki dari tangga spiral di dalam kabin. Arya mengalihkan fokusnya ke arah suara.
Seorang wanita muda, mengenakan gaun merah menyala dan sepatu hak merah, turun dari tangga.
Hitam seperti batu bara, rambutnya diikat menjadi dua sanggul, dengan lembut terayun-ayun mengikuti gerakannya.
Itu adalah pemandangan yang indah untuk dilihat. Arya tiba-tiba mendapati dirinya cukup teralihkan. Siapa yang mengira ada orang cantik di sini di tepi sungai?
"Kamu memanggilku apa?"
Dia mendatangi Arya dengan penuh kegenitan.
Sosoknya yang tinggi dan ramping ditambah dengan sepatu hak tinggi, dia hanya sedikit lebih pendek dari Arya.
"Kamu Putri Karin?" Arya merasa tatapan tajamnya sedikit meresahkan.
"Ya, benar, atau seperti yang kamu katakan, Putri pendamping klub. kamu sepertinya tahu satu atau dua hal. kalau kamu dapat mengalahkan aku, aku tidak keberatan menjadi pendampingmu."
Sesaat setelah ia selesai berbicara, ekspresinya berubah dengan cepat.
Dia melompat kedepan, mengangkat kakinya ke arah Arya, melakukan dropkick dengan mengenakan gaun merahnya.
Arya terkejut.
Sepatu hak wanita itu menekan bahu Arya.
Namun, dia sama sekali tidak terpengaruh.
Saat Cakra melakukan pertahanan diri, pergelangan kakinya hampir terkilir.
Sesaat kemudian, Arya memegangi kaki wanita itu dan mengangkatnya.
Sungguh pemandangan yang lucu untuk dilihat.
Saat dia melompat ke depan, dia langsung menyesali keputusannya. Dia benar-benar lupa bahwa dia mengenakan gaun. Pada saat itu, merupakan saat saat yang memalukan.
Dia melawan dengan sekuat tenaga. Tetapi menghadapi Arya, karakter yang kuat dan tak terkalahkan, perlawanannya tidak lain hanyalah goresan di punggung. Dia menggenggam pinggangnya dan membantingnya ke atas meja di dekatnya.
Bam!
Hantaman terdengar keras.
Untungnya, dia melindungi wajahnya dari benturan dengan tangannya. Kalau tidak, wajahnya akan hancur.
Dadanya membentur tepi meja dengan keras, Putri Karin meringis kesakitan.
Arya membantingnya ke bawah, memberinya pukulan keras di punggungnya. Suara hantaman keras terdengar, tanda memar bengkak seketika muncul di tubuh Putri Karin.
"Putri Karin? benar? Aku tidak bisa memahami keberanianmu, memerintahkan orang untuk menghancurkan mobil aku!"
Pukulan keras lainnya menghantam punggungnya mengikuti ucapan Arya.
Putri Karin, dengan mata berkaca-kaca, berteriak kesakitan.
Sebagai salah satu dari pimpinan dunia bawah Like Earth, dia tidak menyangka akan dikalahkan dengan memalukan seperti itu, terutama di depan semua bawahannya.
Putri Karin sangat marah saat Arya berkata.
"Aku bukan orang pintar, jadi beri tahu aku layanan pendamping seperti apa yang kamu berikan?"
Wanita itu tinggal beberapa inci lagi menjadi gila.
Dia berputar dan berbalik, berjuang untuk melepaskan diri dari cengkeraman Arya. Sayangnya, Arya mencengkramnya erat-erat, dan tidak ada yang bisa dia lakukan.
Semua bawahannya tercengang.
Siapa pria ini? Bagaimana dia bisa melakukannya?
Mengerikan!
Wanita itu berteriak, "Lepaskan aku, brengsek! Apakah kamu tahu siapa saya? Jika sesuatu terjadi padaku, bersiaplah untuk menderita dari kemurkaan Tanah Langit!"
"Tanah Langit?"
Arya terkejut. Apakah dia datang ke wilayah mereka secara tidak sengaja?
Cengkeramannya mengendur.
Putri Karin mengira dia takut. Dia memutar matanya dan menyeringai, "Takut? Biarkan aku pergi kalau begitu!"
Arya mencibir, "Jadi bagaimana dengan Tanah Langit, huh? Aku akan tetap memberimu hukuman!"
Dia mencibir dan memberinya tamparan yang bagus dan keras.
Seketika, seorang pria paruh baya datang dengan tergesa-gesa dan berkata, "Nona Karin, Nona Karin, semuanya… "
Dia melihat pemandangan yang terjadi di depan matanya dan tertegun.
Setelah menyadari siapa Alex, dia semakin terkejut. "Tuan Arya, saya tidak diberi tahu bahwa Anda akan datang! Apakah ini kesalahpahaman?"
Pria itu adalah Dedi Maulana.
Putri Karin melihatnya dengan heran. "Kalian saling kenal?!"
Dedi mengangguk, "Dia adalah tamu Kang Budi."
"Aku tidak tau kalau ayah memiliki tamu! Dan seseorang yang pantas di pukul," Putri Karin berkomentar tajam.
Dedi hanya terdiam.