webnovel

Apa Maumu Sebenarnya

Setelah melihat kinerja karyawan dan hasil penjualan baik di stand pameran selama kurang lebih 3 jam, aku puas dan senang dengan kinerja yang mereka berikan. Apalagi dari data pameran didapat stand yang paling diminati dan omset penjualan paling besar adalah stand kami, sehingga aku merasa perlu memberikan motivasi dan iming-iming penghargaan atas hasil kerja mereka.

Aku meminta Tommy memanggil para karyawan, tidak termasuk spg yang kami sewa agar tetap di stand, untuk memberi arahan singkat di ruangan pribadiku. Sebenarnya total karyawan yang ikut dalam pameran ini berjumlah 50 orang, bila ditambah spg yang kami sewa total menjadi 60 orang. Namun kami membagi mereka menjadi 2 shift perhari yang terdiri dari 25 orang ditambah spg 5 orang satu shift yang satu shiftnya berlangsung 7 jam.

Karena pameran berlangsung dari pukul 9.30 pagi hingga 8.30 malam. Karyawan shift pagi mulai bekerja dari jam 8 pagi untuk menyiapkan dan merapihkan stand sebelum acara mulai, dan selesai kerja jam 3 sore. Lalu lanjut shift sore dari jam 3 sampai jam10 sekaligus membereskan peralatan dan mengamankan inventaris kantor agar tidak hilang.

Tommy sudah selesai memanggil kesemua pegawai yang berjumlah 25 orang siang itu. Aku berdiri dan berjalan mendekat kepada mereka yang berbaris membentuk shaft ke samping 5 orang dan bebanjar ke belakang 5 orang.

"Rekan- rekan semua.. Terimakasih atas jerih kerja kalian dalam 2 hari berlangsungnya pameran. Saya bangga hingga hari ini kita menempati peringkat pertama penjualan terbanyak dan pengunjung terbanyak yang mengunjungi stand sepameran. Namun jangan cepat puas dahulu dengan apa yang sudah kita raih, karena sisa hari pameran berlangsung masih ada 3 hari lagi dan semua stand lain masih bisa menyusul dan menggantikan posisi kita saat ini. Agar kalian semangat dan terus termotivasi, maka saya akan memberikan tambahan uang bonus sebesar 20% dari uang yang akan kalian terima sesuai keputusan awal apabila hingga pameran selesai kita masih tetap berada di posisi puncak. Selain itu sehari setelah hari terakhir kita akan berlibur di dufan dan makan di restoran makan sepuasnya apabila kita tetap berada di posisi puncak hingga hari terakhir. Oke, saya rasa cukup arahan dari saya. Selamat bekerja dan tetap semangat!!" ujarku panjang lebar memberikan arahan, motivasi dan janji penghargaan kepada karyawan yang diakhiri tepuk tangan meriah para karyawan yang merasa senang dan bersemangat mendengar arahanku.

Setelah para karyawan keluar ruangan untuk kembali bekerja aku melihat telepon selularku ada notifikasi baru yang rupanya dari Edi.

[Nirmala.. Ini aku kirimkan 'bagi lokasi' ya tempat pertemuan kita, jam13.00] tulis Edi sekaligus mengirimkan gps posisi restoran ala jepang yang aku belum pernah dengar.

[Oke.. Resto Fūdoeguzekutibu.. 1.5 jam lagi ya? See U there Ed] jawabku di pesan yang aku kirimkan ke nomor Edi.

"Yang.. Edi sudah kirim lokasi untuk bertemu dengannya" ujarku kepada Tommy yang sedang duduk santai di kursi yang memang disediakan untuknya.

"Oke.. Coba aku liat jaraknya" ujar Tommy sembari bangun dari duduknya dan menghampiriku yang berdiri beberapa langkah darinya.

"Ini.." ujarku menyerahkan telepon selularku.

"Oh.. Ini cuma 4km, dimap waktu tempuhnya hanya 30 menit. Kita kesana sejam lagi aja yang.. Kamu selesaikan saja dulu kerjaan kamu biar ga menumpuk" ujarnya sembari memainkan telepon selularku.

"Oke.. Baiklah aku selesaikan semua pekerjaan lalu sejam lagi kita berangkat" kataku sembari kembali ke meja kerjaku dan mulai membaca laporan- laporan yang diberikan oleh karyawanku sejak kemarin.

‐-------

Aku dan Tommy sampai di tempat yang diberikan lokasinya oleh Edi. Restorannya agak tersembunyi dan tidak semua tahu kalau ada restoran ini ditengah kota. Restorannya berada di sebuah gedung perkantoran kecil 4 lantai, dan tidak ada papan nama atau petunjuk di depan gedung itu bahwa ada restauran ini.

Kami masuk dan bertanya kepada costumer service di lobi masuk gedung. Dia memberi kami petunjuk bahwa restauran Jepang yang kami akan tuju berada di lantai 4.

Saat kami keluar dari lift kami langsung melihat sebuah meja resepsionis dengan seorang resepsionis laki- laki bernama Aditia yang langsung tersenyum saat melihat kami.

"Selamat siang.. Selamat datang di Fūdoeguzekutibu. Apakah anda sudah melakukan reservasi?" tanya pak Aditia yang langsung ke inti pertanyaan walau dengan nada lembut dan ramah.

"Kami hendak makan bersama pak Edi Wirya Kusuma." ujarku.

"Oh baiklah.. Saya akan antarkan bapak ibu ke tempat pak Edi. Silahkan!! Ikuti saya" ujar Aditia memandu kami menuju tempat dimana Edi menunggu.

Rupanya restauran ini dipilih karena bentuknya yang perkamar sehingga menjamin privasi orang yang hendak makan dan bersantai di restauran. Bahkan di tiap kamar harus menggunakan kartu akses yang sudah disediakan oleh pengelola restauran.

"Silahkan masuk bapak dan ibu" ujar pak Aditya membukakan pintu kamar 7 yang didalamnya sudah menunggu Edi yang sedang minum bir seorang diri langsung dari botolnya.

"Ooo.. Kalian sudah datang.. Masuk- masuk.." ujar Edi kepada kami yang duduk di kursi pojok terjauh dari pintu.

Aku dan Tommy masuk lalu aku duduk diseberang berhadap- hadapan dengan Edi. Sedangkan Tommy duduk dikursi persis disamping pintu. Didalam ada meja dengan 12 kursi dengan meja berbentuk segi panjang, dan tertata meja berhadap- hadapan 6 pasang.

"Kalian mau minum atau makan apa?" tawar Edi sembari memberikan menu kepadaku.

"Aku ocha dingin dan nigiri moriawase aja" ujarku kepada Edi.

"Oke.. Masnya mau apa mas?!" tanya Edi sedikit mengeraskan suaranya kepada Tommy agar kedengaran.

"Saya tempura moriawase dan ocha dingin saja tuan muda" ujar Tommy.

"Oke.. Sebentar saya pesan dulu, sembari ia mengambil telepon di meja dan menekan angka 6 yang rupanya untuk memesan.

"Halo.. pesan 2 menu tambahan nigiri moriawase dan tempura moriawase masing- masing 1 dan ocha dingin 2 dan 3 botol bir hainaken ya.. Terimakasih" ujar Edi berbicara kepada pelayan di telepon yang disediakan oleh restauran untuk memesan.

"Oke Ed.. Apa yang kamu mau bicarakan?" tanyaku langsung bertanya ke inti masalah terkait ajakan Edi untuk bertemu.

"Makan aja dulu.. Ga usah terburu- buru.. Lagian sekarang sudah jam makan siang. Kalian ga terburu- buru kan?" ujarnya.

"Oke.. Ngga buru- buru.. Silahkan saja.." ujarku lalu bermain aplikasi sosial media di telepon selularku sembari menunggu pesanan kami.

Setelah 10 menit menunggu, pesananku datang. Sedangkan pesanan Tommy baru minumannya saja karena butuh waktu untuk memasak tempura. Hidangan sushi nigiri di restauran ini sangat segar dan nikmat, rasanya mirip seperti ikan- ikan yang baru ditangkap dan langsung di potong seperti yang pernah aku rasakan saat mengunjungi Jepang 3 tahun lalu.

"Bagaimana? Enak kan?" tanya Edi kepadaku.

Aku hanya mengangguk tanda setuju dengan pernyataannya.

"Oke sambil makan, kita sambil bincang- bincang santai ya.. Tengah malam ibu saya nelepon. Dia bilang baru selesai bicara panjang lebar dengan mamamu. Ibuku menceritakan kalau kamu mau dan setuju untuk menjalani proses mengenal lebih lanjut denganku terkait perjodohan ini. Aku sudah bilang kalau aku jelas- jelas tidak mau dan tidak setuju dengan masalah perjodohan ini. Apa sih yang kamu pikirkan??! Aku ga yakin perempuan seperti kamu masih singel. Sangat ga wajar" ujar Edi kepadaku sembari beberapa kali meneguk bir dari botolnya sembari berbicara.

"Kamu sendiri yakin ga tertarik padaku? Aku gini- gini banyak yang naksir lho.. Apa aku kurang cantik buatmu?" ujarku balik bertanya.

"Cantik itu masalah selera. Kamu bukan seleraku. Aku lebih suka tipe- tipe cewek oriental atau yang agak kejawa- jawaan. Memang kamu cantik, tapi entah kenapa aku biasa aja melihat cewek ala- ala timur tengah sepertimu.. Aku ga bilang kamu jelek ya.. Cuma kamu bukan tipeku.

Itu saja" ujarnya.

Saat kami sedangkan berbincang pintu ruangan tiba- tiba terbuka, tampak gadis sangat cantik seusiaku berwajah seperti orang Jepang didepan pintu memakai gaun mini warna hitam yang seksi.

"Maaf apakah ini kamar Edi Wirya Kusuma?" ujarnya.

"Ya betul Keiko.. Masuk aja sayang" ujar Edi.

"Siapa itu Ed?" tanyaku berbisik.

"Oh.. Itu teman kencan siang yang aku sewa lewat aplikasi. Kamu pasti kenal dia.. Dia itu Keiko Karamoy" ujarnya kepadaku.

"Keiko Karamoy model yang lagi ngetop di ibukota?" tanyaku memastikan.

"Ya betul.. Dia teman kencan sewaanku hari ini"

"Serius?! Dia bisa disewa?!" tanyaku ga percaya.