Asmara Dewa

Dewa menyodorkan sebuah kertas kepada Naina. Naina menelan ludah melihat kertas itu. Itu bukan yang dia inginkan, dia masih ingin tetap mengarungi hidup bersama Dewa. Bukan perpisahan yang dia inginkan. Dia ingin Dewa mengerti betapa dia mulai mencintainya, tapi untuk mengatakan itu lidahnya terasa keluh, dia sungguh tak mampu. Naina mengira bahwa Dewa akan menolak cintanya mentah-mentah. Pernikahan terpaksa mereka berdua tak akan bisa langgeng. Rasanya air mata Naina hendak jatuh. Sekuat tenaga dia menahannya, ada sakit yang luar biasa di dadanya. "Aku akan kabulkan semua permintaan kamu. Sebentar lagi kamu bisa bebas dari dari pernikahan ini dan kamu gak akan lagi menanggung beban karena harus hidup bersamaku." Dewa bicara membelakangi Naina. Hatinya pun amat sakit, apa yang di inginkannya sama dengan apa yang di inginkan Naina. Tapi rasa gengsi dan saling mempetahankan ego membuat mereka berdua saling tak bisa mengutarakan perasaan.