webnovel

Ardy & Erza

[!]Warn : Gaya penulisan Non-Baku Kisah klise tentang seorang anak remaja bernama Ardy yang diam-diam suka Erza sang sahabat dari SD, berparas lembut dan manis dengan sifat yang rapuh membuat Ardy ingin melindungi dan mencintainya. Sulit bagi Ardy untuk mewujudkannya terlebih karena hubungan sesama jenis itu dilarang, perasaannya bersembunyi dibalik kebadungan masa remajanya. Selain Ardy dan Erza, ada pula selingan kisah dari teman-teman mereka dengan berbagai masalah dan konflik masa remaja, bagaimana mereka bisa menghadapinya? dan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kisah Ardy & Erza ini? bisakah Ardy mengungkapkan perasaannya pada Erza atau akan tetap ia kubur selamanya dan terlupakan? Tapi... mampukah Ardy melupakan perasaannya itu? [!]Bab baru setiap hari kamis.

wholoveya · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
208 Chs

Jadi viral?

Ardy dan Rendy ceritanya mau lari ke kelas mereka tapi nggak jadi karena siswa-siswi ngikutin mereka dan mereka memutuskan buat nyelamatin Winda dulu, mereka nganterin Winda ke kelasnya kemudian lanjut lari diikutin kerumunan siswa yang suka lihat Ardy ngadi-ngadi kayak gitu. Kebetulan Erza masih ada di kelasnya dan dia terkejut karena Winda tadi bareng sama Rendy dan satu lagi dia nggak tahu siapa karena mereka datang Cuma sekelebat doang, yang jelas tadi ada makhluk yang bisa bikin orang kena serangan jantung.

"Ada apa sih kok rame banget? Tadi Rendy sama siapa?" tanya Erza sedangkan yang ditanya masih terkejut dengan apa yang baru aja terjadi.

"Huh? Itu Ardy sama Rendy," jawab Winda setelah sadar dari bengongnya.

Erza melotot kaget denger kalau makhluk nyeremin tadi adalah Ardy. "Hah? Yang bener?" tanya Erza dan Winda ngangguk.

"Iya, kan aku yang bantuin Ardy dandan," jawab Winda jujur.

"Buat apa Ardy dandan kayak gitu?!" tanya Erza kaget bukan main sembari melotot kemudian nggak nunggu Winda jawab pertanyaannya, dia langsung lari keluar buat ngejar Ardy yang ternyata lagi dikejar-kejar juga sama anak-anak.

Rendy dan Ardy—atau lebih tepatnya Cuma Ardy— bak dikejar-kejar paparazzi, karena capek lari-lari mereka memutuskan buat masuk ke kamar mandi dan sembunyi di sana sampai situasi kondusif. Mereka ngos-ngosan sembari sandarin punggung mereka di pintu, belum ngos-ngosan mereka reda, Rendy langsung maki-maki Ardy.

"Bangsat lo, gue males nolongin lo lagi! Lo emang nggak pernah bener!"

"Njing lo mah, gue ngelakuin ini supaya temen kita nggak diganggu lagi, lo nggak tahu apa kalau Eza dipukulin dan diancem orang?" sahut Ardy dan ngejelasin kenapa dia rela begini.

Rendy nggak aneh emang kalau Ardy begini dan alesannya selalu aja itu, nggak tanggung-tanggung dan diluar batas normal Ardy tuh kalau soal nolong temen. "Nggak waras lo emang," sahut Rendy nggak bisa apa-apa kalau alasan Ardy gila kayak gini demi nolongin temen.

"Anjing lipstiknya Winda susah dihapus!" gerutu Ardy setelah beberapa kali bilas gincu-gincu diwajahnya.

"Mampus lo bangsat!" Rendy puas-puasin Ardy sembari ketawa.

Ceklek, ceklek...

Ardy dan Rendy seketika kaku sewaktu denger dan lihat gagang pintu kamar mandi diputer-puter orang di luar, Ardy naruh jari telunjuknya dibibir cegah Rendy buat nggak ngomong atau ngumpatin dia. "Dy? Ardy kamu di dalem?" sontak Ardy lari nyamperin pintu kemudian buka kunci si pintu tahu kalau pelaku yang muter-muterin gagang pintu itu Erza.

Kaget karena tiba-tiba dan secepat itu Erza ditarik masuk kedalam kamar mandi, bahkan ngedipnya aja belum beres dan sewaktu dia buka mata dia melotot sawan lihat tampilan Ardy dari sedeket ini.

"Bwahahaha si Erza sawan lihat lo!" celetuk Rendy sembari nunjuk wajah sawan Erza dan ketawa ngakak.

Ardy buru-buru ngelepasin daster nyokapnya kemudian lari ke wastafel dan cuci mukanya lagi. "Best banget anjing lihat muka si Erza gitu!" Rendy masih ngakak, puas banget dia lihat orang yang ceritanya lagi ditolong Ardy malah ketakutan lihat kelakuan Ardy.

"Diem lo!" Ardy nyipratin air ke Rendy yang seketika aja diem karena cipratan air yang nggak sedikit itu sukses bikin wajah dan rambutnya kuyup.

Ardy noleh ke Erza setelah dirasanya lipstik Winda udah lumayan kehapus, tapi Erza terkesiap sewaktu lihat wajah Ardy yang merah kayak tokoh wayang sunda Cepot. Pecah lagi tawa ngakak Rendy ngelihat wajah Ardy sekarang, dia bahkan narik handphone disaku celananya kemudian bikin konten sembari masih ngakak.

.

.

.

Kejadian kemarin biarlah jadi yang kemarin tapi ternyata itu nggak bisa gitu aja lenyap layaknya hari kemarin, kelakuan Ardy kemarin jadi viral karena ada yang ngerekam dan dimasukin keplatform media sosial yang lagi hypening, nama Ardy dan Erza seketika aja viral dan diguyonkan di sana-sini, yang buat parodinya juga banyak, zaman sekarang mudah banget buat viral.

Ardy ngakak sih sewaktu lihat videonya kemarin itu ples lihat parodi yang bermunculan setelah itu, itu menghibur tapi banyak juga yang jadi ngebahas dia dan Erza sampai bikin teori tentang mereka, itu bukan bagus atau menghibur lagi tapi udah mulai mengganggu apalagi ada nama Erza di sana. Kalau orang-orang ngolok-ngolok atau mengguyonkan dia itu nggak masalah tapi kalau Erza sampai kebawa-bawa, dia bakal marah.

Setelah nonton salah satu konten yang ngebahas dia sama Erza, Ardy buru-buru pake sendal kemudian hendak keluar buat nemuin Erza di rumahnya. Tapi itu nggak semudah pergi ke warung disuruh nyokap. "Mau ke mana gantengnya ibu?" tanya nyokapnya yang lagi nyapu di deket pintu keluar begitu lihat putranya muncul dari ruang tamu.

"Ke rumah Erza, bu," jawab Ardy kemudian lanjutin langkahnya yang terhenti.

"Sekalian dong kasihin barang titipannya tante Tania, tuh di dapur," ucap nyokapnya nyuruh.

Ardy hela nafas kemudian jalan ke dapur dan ngambil apa yang dimaksud nyokapnya itu, udah beliau siapin di meja makan tas tote dan Ardy segera ambil tanpa perlu tahu apa isinya.

Kaos lengan pendek distro warna hitam dan celana cargo pendek warna krim, udah oke style-nya Ardy yang cuma buat ke rumah Erza doang tapi style-nya rusak karena sendal jepit warna hijau dan totebag yang disampirin ke bahunya. Tadinya dia berpakaian gini mau ngajak Erza nongkrong tapi gara-gara nonton konten, dia jadi lupa sama rencananya buat nongkrong di kafenya mbak Dona. Sesampainya di rumah Erza, Ardy berhenti di depan pager yang udah kebuka lebar itu, ada bokapnya Erza lagi beberes mobil. "Lagi perawatan mingguan, Om?" tanya Ardy reflek.

"Assalamualaikum om," tambah Ardy segera sembari senyum lima jari nyapa bokapnya Erza.

"Eh Dy, waalaikumsalam, bukan ini bukan lagi perawaran mingguan," jawab om Hendra.

Om Hendra tegakin badannya, nepuk tangannya bersihin kotoran yang nempel disana. "Tiba-tiba ngadat nih Dy, mana kita mau pergi ke rumah neneknya Erza lagi," lanjutnya ngejelasin apa yang sebenernya terjadi.

"Wih asik tuh om, jalan-jalan," sahut Ardy kemudian deketin om Hendra yang berdiri di depan kap mobil yang kebuka.

"Boleh Ardy bantu, om?" tawar Ardy kemudian dengan sukarela.

"Boleh boleh, om denger dari pak Anton kalau kamu ini jago berantakin mesin tapi mobilnya om ini jangan cuma diberantakin ya Dy." Ardy jadi cengengesan malu, bokapnya bisa banget bikin anaknya malu.

"Nggak kok om, ayah ngarang, Ardy benerin mesin bukan berantakin," tukas Ardy.

Dari SMP Ardy udah suka ngoprek mesin bermotor sampai akhirnya jadi hobi, dari reparasi sampai berkreasi, jiwa Ardy banget ini mah jadi gampanglah yang gini-gini. Ardy oprek-oprek dikit sampai ketemu permasalahannya, sewaktu Ardy negakin badan terus ngelihat om Hendra, om Hendra tampak kelihatan cengo nggak tahu apa-apa, lucu sih tapi Ardy nggak boleh ketawain orangtua.

"Ardy ada beberapa busi di rumah, tiga busi mobil om harus diganti." Diagnosa Ardy.

"Waduh, gitu ya? Boleh deh tapi lama nggak, Dy?" tanya om Hendra.

"Nggak lama tapi lumayan lah nunggu dikit ehehe," jawab Ardy diakhiri cengengesan dan lupa sama apa yang dia bawa dari rumah.

"Ya udah deh nggak apa-apa, maaf ya Dy ngerepotin." Om Hendra jadi nggak enak, biarpun tengil si Ardy ini anaknya bisa diandalkan.

Ardy baru aja pergi buat ngambil busi di rumah, Erza keluar nyamperin bokapnya di samping mobil. "Pa, masih lama nggak? Erza mau nunggunya di rumah Ardy aja," kata Erza kentara badmood karena mereka nungguin udah dari pagi.

"Ngapain nunggu di rumah Ardy? Ntar Ardynya juga ke sini, tunggu aja," kata pak Hendra terus masuk ke rumah.

Erza ngerjapin matanya beberapa kali. Nggak mengabaikan apa yang bokapnya bilang, karena bokapnya bilang Ardy mau ke sini, Erza jadi nunggu di teras rumah sembari mainin handphone dan ongkang-ongkang kaki. "Ih pantes belum dibaca chat-nya!" Gerutu Erza setelah cek aplikasi chatting di handphone-nya.

Erza sebelumnya udah kasih tahu Ardy kalau dia mau pergi ke rumah neneknya tapi mungkin Ardy belum cek chat darinya. Lagi asik-asiknya ongkang-ongkang kaki sembari scroll timeline, Erza nggak sadar kalau si empunya alasan dia nunggu di teras udah datang dengan kilapan keringat dari kening ke leher, Ardy abis lari-lari biar cepet sampai.

"Eh, Ardy?" Erza bangun dari posisinya, dia nggak sengaja lihat Ardy sewaktu mau ganti posisi duduk.

"Ehehe Za," sahut Ardy sembari jalan deketin si cowok imut yang lagi duduk-duduk itu.

"Lo mau pergi ya? Lo kok nggak ngasih tahu gue sih?!" lanjut Ardy protes.

"Ih aku bilang kok, kamu aja yang nggak buka chat dari aku," jawab Erza nggak mau disalahin Ardy.

Ardy buru-buru ngeluarin handphone-nya kemudian cek apa bener ada chat dari si lucu Erza. "Oh iya gue lupa," ucap Ardy.

Erza jadi nemenin Ardy yang lagi ngoprek mobil bokapnya, sembari ngobrol dan dibuat tersipu oleh apa yang Ardy ucapkan tentangnya. Lagi asik-asiknya ngobrol dan bercanda sampai Erza tersipu, bokap Erza keluar disusul nyokapnya yang lagi bawa kopi dan ditaruhnya di meja teras. "Eh ada Ardy," sapa tante Tania.

"Ibu nitipin sesuatu nggak, Dy?" lanjut tante Tania nanyain barang yang tadi udah Ardy bawa ke sini tapi malah dibawa balik dan lupa disimpen di garasi tadi.

"Waduh tadi ketinggalan di garasi!" ucap Ardy sembari nepuk keningnya.