webnovel

Annaya & Takdirnya

Annaya terlahir sebagai gadis yang berparas cantik dan menawan, dia tumbuh sebagai pribadi yang ceria dan penuh cinta kasih untuk orangtu dan kedua kakaknya. Kebahagiaannya kian sempurna saat di nikahi pria tampan, cinta pertama yang sedari remaja sudah menjadi kekasihnya. Pria itu menjadi suami yang begitu memujanya, seolah dia adalah ratu. Limpahan cinta dan kasih pria itu suguhkan untuk Anna. Hidup berkecukupan secara materi dan cinta membuatnya tidak mengenal airmata kesedihan, sesempurna itulah hidup seorang Anna. Namun ternyata hidup tidak seindah dan sebahagia yang dia rasakan selama ini. Semua kebahagiaan runtuh saat orang yang paling di cintainya pergi meninggalkan Dunia dan dirinya dengan cara yang paling tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Ya … sosok itu adalah suaminya. Dan almarhum suaminya meninggalkan wasiat yang mencengangkan. Dan wasiat itu harus di patuhinya. Bagaimana bisa Anna hidup tanpa suaminya? Serta bagaimana bisa Anna mematuhi wasiat terakhir suaminya? Ikuti kisah nya di novel "Annaya & takdirnya". Mohon dukungan nya ya ini tulisan pertama aku semoga kalian suka.

Ardhaharyani_9027 · Urban
Zu wenig Bewertungen
530 Chs

Terbang Jauh Seorang Diri

Sebastian ataupun Anna tidak menikmati sama sekali acara makan siang bersama keluarga besar mereka, mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing meski hidangan yang tersaji begitu lezat.

"Anna kamu baik-baik saja sayang?" tanya Lusi karena melihat anaknya sedari tadi hanya mengaduk makanannya dengan kepala tertunduk.

Anna yang mendapat pertanyaan itu langsung mendongakkan kepala dan melihat bahwa saat ini seluruh mata tertuju padanya kecuali Sebastian yang tetap makan dengan anggun meski ia sama sekali tidak menikmatinya.

"Anna baik, jika boleh Anna ingin kembali ke kamar," ucapnya pelan kepada ibunya, ia tidak ingin terlibat lebih lama dalam acara ini.

"Baiklah, ibu temani mau?" Tawar Lusi pada anaknya, tapi Anna menggeleng dan segera bangkit berlalu darisana.

Semua orang yang hadir memaklumi, dan tidak ada yang melarang Anna untuk tetap tinggal, Tanpa di sadari oleh siapapun Sebastian menatap kepergian Anna.

****

Dua jam sudah para keluarga besar saling berbincang hangat di sertai tawa canda lalu keluarga Sebastian memutuskan untuk kembali kehotel dan beristirahat karena mereka akan segera kembali kekota Z keesokan paginya.

Mereka butuh istirahat yang cukup setelah menghadiri acara pernikahan Sebastian yang bisa di bilang ini bukanlah acara yang besar, namun begitu tetap menguras tenaga mereka.

Sebenarnya mereka sedikit kecewa karena Sebastian tidak melibatkan mereka dalam setiap hadiah yang di kirimkan Sebastian kepada keluarga Anna. Maka dari itu mereka secara pribadi telah menyiapkan hadiah terbaik untuk keluarga besar tersebut.

"Louisa, kami titip Anna ya? Tolong maklumi sikap dan prilakunya saat ini," ucap Lusi pada Louisa.

"Tentu Lusi. Kalian jangan khawatir, aku akan menjaganya dengan sebaik mungkin dan akan menyayanginya seperti putri kecilku sendiri, kita juga akan selalu bertukar kabar," jawab Louisa kepada kedua ibu menantunya.

"Sayangi Anna dengan baik layaknya putrimu sendiri, berikan ia kasih sayang seorang ibu mertua yang dulu aku tidak berikan untuknya," uap Maira sambil memeluk Louisa, ia menangis menyesali perbuatannya.

"Sstt ..., jangan bicara seperti itu Ra, kamu menyayangi Anna dengan baik saya yakin itu, lagi pula kamu tetap ibunya, berilah cinta dan sayangmu selalu untuknya," ucap Louisa yang membalas pelukan Maira dengan mengelus lembut punggung wanita cantik ini.

Maira merasa beruntung Anna mendapat ibu mertua yang bisa menerimanya, dengan begitu perasaannya sedikit lebih baik ketika melepas Anna.

"Benar kita bertiga adalah ibunya dan selamanya akan begitu," sela Lusi membuat Louisa dan Maira menarik Lusi kedalam pelukan mereka.

Semua yang menyaksikan tersenyum haru pada ketiga ibu hebat ini, Lusi mengucap syukur di dalam hatinya karena putrinya begitu banyak mendapat cinta dan kasih.

"Musa, saya dan Zakaria juga menitip Anna padamu," ucap Wijaya pada besannya. Setelah melihat Lusi dan Maira selesai mengucap salam perpisahan terhadap Louisa.

"Tentu, dia putriku juga mulai sekarang dan selamanya," balas Musa dengan senyum. Wijaya dan Zakaria merasa bahwa keluarga Sebastian menerima Anna dengan cukup baik.

"Tuan Zachary, saya juga ingin menitipkan Anna pada anda," ucap Wijaya saat menghampiri tetua yang masih terlihat gagah. Perawakannya sangat mirip dengan Sebastian menantunya.

"Jangan ragukan kasih sayangku untuk Anna, aku akan menjaganya dengan sepenuh hatiku, tidak akan aku biarkan satu ekor semutpun menggigitnya apalagi ada yang mencoba menyakiti cucu mantuku, akan aku buat ia menyesal telah hidup didunia," ucapnya tegas dengan menekan kata 'mencoba' sebagai pengukuhan kalimatnya yang tidak sekedar ucapan belaka.

"Dan satu lagi jangan panggil aku tuan, aku sudah menjadi ayah kalian sekarang," jelasnya pada keempat orang tua Anna sambil menepuk pelan bahu Wijaya.

"Dan untuk kalian berlima panggil aku kakek," lanjutnya lagi sambil menatap Ammar, Fitra, Alya, Fania dan Rani istri Ammar yang di balas mereka dengan senyuman.

"Untuk kedua malaikat kecil ini, panggil aku kakek buyut," ucapnya lagi saat melihat kedua balita yang begitu cantik dan tampan tersenyum kearahnya dengan wajah yang polos.

Anna berjalan keluar dengan menggeret kopernya dengan cukup tenang, ia telah mengganti gaun pengantinnya dengan dress yang membuatnya terlihat seperti remaja.

Seluruh keluarga menatapnya penuh kesedihan karena akan melepas kepergiannya dan membiarkannya terbang jauh seorang diri setelah mendapat luka yang begitu besar.

Anna tidak ingin mengucapkan salam perpisahan atau kata 'sampai jumpa lagi' karena baginya itu adalaha hal yang tidak berguna, karena mulai saat ini ia akan menjalani segalanya sendiri tanpa melibatkan keluarganya.

Sebastian melihat bagaimana Anna tidak peduli atas setiap pelukan atau kalimat perpisahan yang wanita itu terima dari keluarganya, dan bagi Sebastian itu bukanlah urusannya.

Tanpa membuang waktu ia pun undur diri kepada seluruh keluarga besar Anna. Smith langsung membukakan pintu mobil penumpang untuk Bosnya dan juga nyonya barunya begitu melihat Sebastian berjalan dengan langkah tegap menuju mobil.

Anna mengikuti langkah besar itu dari belakang, namun sebelum ia masuk kedalam mobil, ia menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat mereka yang mengantar kepergiannya dengan wajah sedih dan airmata, Anna juga dapat melihat keponakan tercintanya menangisi kepergiannya meski mereka tidak tau apa yang telah terjadi.

Anna juga melihat rumah tempatnya tumbuh dan besar hingga keluar dari rumah itu untuk mengikuti langkah suami pilihan hatinya, pada waktu itu adalah hari yang paling bahagia dalam hidupnya, namun hari ini ia keluar dari rumah ini sekali lagi untuk mengikuti pria yang bukan pilihannya dan hari ini adalah hari yang paling buruk dalam hidupnya.

Smith menutup pintu mobil dengan pelan setelah nyonyanya masuk dan dipastikan telah duduk dengan nyaman. Smith membungkuk hormat kepada seluruh keluarga nyonya barunya.

Lalu dengan segera ia masuk kedalam mobil dan melajukan mobil itu dengan pelan tapi pasti meninggalkan rumah kediaman Wijaya menuju hotel yang diikuti oleh mobil lainnya yang membawa kakek dan kedua orangtua bosnya.

"Anna sepertinya masih marah pak," ucap Alya sambil masuk kedalam pelukan ayahnya dengan menatap kepergian Anna.

"Tidak. Setelah Anna bisa beradaptasi dengan semua keadaan ini, ia akan memahami tentang apa yang kita lakukan sayang," jawab Wijaya sambil mengelus pundak Alya, putri kesayangannya.

"Oo ya, bapak tau tidak latar belakang mereka?" tanya Alya, "soalnya Fania bilang mereka tamu penting dihotel ZCG yang mewah itu lo pak."

"Siapapun mereka, mereka adalah orang baik, sekarang kamu masuk dan istirahatlah," jawabnya yang membuat Alya kesal karena tidak mendapat jawaban yang membuatnya puas.

"Kalau begitu kami juga permisi Wijaya," ujar Zakaria.

"Baiklah," jawab Wijaya pada besan yang telah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

Setelah mengantar kepergian mereka Wijaya dan yang lain masuk kedalam rumah untuk mengistirahatkan tubuh dan fikiran mereka yang sudah cukup lelah beberapa bulan terakhir ini.

***

"Silahkan nyonya," ucap Smith sopan ketika sudah membukakan pintu mobil untuk Anna.

"Nyona Anna, apa anda mendengar saya?" tanya Smith sekali lagi pada Anna yang sepertinya sedang melamun.

'Tidak mungkinkan aku menepuk pundaknya untuk menyadarkan dia, Bos juga kenapa pergi sendiri tanpa mengajak istrinya,' batin Smith kesal.

"Kenapa Smith?" tanya Louisa sambil mengahampiri asisten putranya itu. Ia melihat Anna yang duduk melamun dengan tatapan kosongnya.

"Mana Sebastian?," tanyanya lagi sambil tangannya mengelus pelan pundak Anna.

"Bos sudah lebih dulu masuk kedalam hotel nyonya," jawab Smith sopan yang membuat louisa menghela nafas pelan mendengar itu.

"Anna sayang," panggil louisa dengan lembut dengan mengelus pundak Anna. Anna yang merasakan ada sentuhan dengan cepat ia tersentak dan mencoba menghindari sentuhan itu.

"Kita sudah sampai sayang, ayo turun," ucapnya pada Anna.

Anna menghirup udara dan membuangnya perlahan untuk mengembalikan ketenangannya, setelah merasa sedikit lebih baik ia pun turun dengan tenang. Ia mengikuti langkah ibu mertuanya dengan tetap menggeret koper miliknya, meski Smith telah menawarkan diri untuk membawanya.

Anna masuk ke dalam lift dengan ketiga orang yang baru ia kenal dan langsung menjadi keluarganya yang sedari tadi selalu tersenyum hangat padanya. Dan jang lupakan Smith yang selalu membungkuk hormat padanya.

'Ting'

"Smith akan mengantarmu kekamar sayang, istirahatlah kita akan bertemu saat makan malam," ucap Louisa lembut pada menantunya. Mereka keluar dari lift dan berpisah di sana untuk menuju kamar masing- masing.

"Mari nyonya," ucap Smith sopan sambil memimpin jalan untuk Anna. Anna mengikuti tanpa niat bertanya kamar seperti apa yang di sediakan untuknya.

Anna hanya menatap pintu kamar dengan pias. Smith yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pelan lalu dengan segera ia undur diri karena tugasnya sudah selesai, lebih dari itu bukanlah wewenangnya lagi.

Beberapa menit Anna berdiri di depan pintu, akhirnya ia memutuskan untuk masuk tanpa berfikir apapun, hal pertama yang Anna lihat adalah kamar hotel ini yang begitu mewah dengan design dan perabotan yang tersedia di dalamnya.

Anna meletakkan koper di atas sofa dan membukanya, Ann mengambil pakaian dan alat mandinya, tapi gerakannya terhenti saat mendengar suara pintu yang berasal dari kamar mandi perlahan terbuka.

'Ceklek'