webnovel

S2-96 A LITTLE CASTLE

[Ya ampun, Sayang! Serius 4? Waaaaah ... Quadruplets! Ma jadi ingin lihat langsung hasil USG-nya. Kapan bisa? Apa masih kuat sendiri? Kalau sudah capek bilang Ma loh. Jangan sungkan!]

___ Ma

Pukul 10, Apo menelpon sang ibu sambil istirahat. Miri diam saja saat dikabari soal Romsaithong. Padahal Songkit dan Nathanee kebingungan sejak Mile ditahan. Kini, sang ayah mertua merasakan sulitnya di posisi Wattanagitiphat dulu. Atau betapa susahnya Man ketika turun tangan menjadi CEO kembali.

Mereka dihantam oleh hinaan Keluarga Bextiar. Bahkan Pin sampai curhat dan menangis karena tak kuat. Keluarga sudah menjadi api neraka. Tapi Apo sendiri minta maaf tidak bisa memberi bantuan.

"Aku sendiri juga kesulitan, Phi Pin. Masih berusaha sebisa mungkin di posisiku. So, kurasa perusahaan kalian lebih mendingan. Jadi bertahanlah mulai sekarang," kata Apo tegas waktu itu. Pin pun tidak memaksa, tapi--maaf--Apo diam-diam senang mereka krisis juga.

Namun, sesakit-sakitnya Miri setelah ditinggal mati sang suami, dia mungkin juga merasakan kekuatan seperti Apo. Wanita itu cuma bilang, "Halah biarkan mereka bukan urusanmu. Kalau pun menjilat kaki Bextiar cukup tutup mata saja. Oke, sayang? Ingat abu kremasi ayahmu takkan pernah kembali karena dijatuhkan Mile."

Apo pun mengangguk kemudian menutup sambungan. Dia senang karena bisa saling curhat, meski setelah itu mengeluh sakit. "Ah ... bengkak," katanya. Lalu membuka sepatu perlahan. Kaki Omega itu bervolume lebih dari biasanya, pasti karena perubahan hormon yang meningkat pesat. Gila! Mungkin karena para baby sehat. Mereka pun haus asupan dini, sehingga jantungnya memompa cepat.

"Kenapa, Tuan Natta? Anda sakit?" tanya Manajer Yuze yang kebetulan lewat membawa kopi.

"Iya, he he. Sedikit. Mungkin karena kehamilanku."

"Wah ... lihat-lihat!" kata Yuze semangat. Wanita itu langsung meletakkan berkas. Kemudian mendekat kepada Apo. "Bisa jadi sama dengan punya temanku, Tuan. Dia juga pernah begini."

"Oh ...."

"Anda mau dipanggilkan tukang pijat?" tawar Yuze. "Atau mau ke salon sendiri habis ini? Biar diurut sama tukangnya."

DEG

"S-Salon?" Pipi Apo pun memerah. Demi apapun dia tidak pernah masuk ke tempat seperti itu. Tapi, kalau masih begini sampai pulang nanti, bisa jadi malah Sanee yang memijat. Dia tidak mau merepotkan wanita itu sejak turun tangan ulang ke perusahaan. "Tapi, umn ... itu agak ...."

"Saya mau temani loh, kebetulan mau smoothing lagi," kata Yuze sambil tersenyum manis. "Mau ya? Mau ya? Wahh! Senangnya keluar sama bos kesayangan. Ehehe ...." lanjutnya, padahal Apo belum bilang apa-apa.

Apo pun bersedia menerima. Dia dan Yuze menyetir depan belakang. Makan malam dulu. Baru belok ke salon terapi. Apo sendiri ditawari treatment lebih dari keperluan. Mungkin karena petugasnya peka bau uang, mereka pun menyebutkan macam-macam perawatan.

"Ahh! Yuze, tapi kau tidak jauh-jauh dari sini, kan?" kata Apo, saat Yuze digandeng petugas smoothing.

"Tidak, Tuan Natta. Ya ampun, aku masih di lantai yang sama. Tapi mungkin lama karena perlu cat rambut juga. Sekitar 5 jam, mungkin? Anda tidak apa-apa sesekali pulang larut?"

Pulang larut karena dimanjakan hal seperti ini? Apo rasa tidak masalah. "Oke, tak apa. Yang penting kalau selesai kau ke sini, ya. Cari aku. Aku belum pernah ikut-ikutan begini."

Yuze hanya terkikik gemas sebelum pergi. Dia geleng-geleng karena bingung. Sebab Apo manis tanpa banyak tingkah. Omega itu bahkan gugup saat disodori buku treatment. Tapi karena tak paham malah bilang singkat saja. "T-Terserah. Paket lengkap. Yang penting pijatnya ada," katanya.

Wajah kerja Apo pun hilang di tempat itu. Raut seriusnya berganti dengan kelucuan, terutama saat disuruh telanjang agar ganti dengan handuk khusus.

DEG

"A-Apa? Harus ya?" tanya Apo. "Tapi aku ini hamil, malu ...." katanya.

Para Omega yang jadi tugas pijat malah terkikik-kikik. Mereka sabar menghadapi Apo. Sebab Yuze membisiki titah diam-diam. "Hei, itu bos-ku loh. Seorang CEO. Jadi hati-hati dan manjakan dia. Nanti pasti dibayari banyak."

"Siap, Nona."

"Kalau bisa ajak ngobrol terus juga. Bercanda atau sejenis. Beliau tampak stress akhir-akhir ini."

"Baik."

Apo pun akhirnya dibekuk atas bawah. Dia membuat para petugas semangat, apalagi reaksinya awam soal perawatan.

"Coba rileks, Tuan? Aku mau putar otot yang bagian leher," kata seorang pemijat dari belakang. Apo yang duduk pun menurut saja. Sebab dia tidak tahu harus bagaimana.

"Begini?"

"Iya."

Krataaaakhhhh!

"Aaaaaaaaah!" desah Apo, tapi rasanya enak sekali setelah diputar. Dia juga digiring masuk spa, waxing, di-facial juga--demi apa rasanya segar sekali--dan rambutnya diberi vitamin macam-macam.

"Hihihihihi, senang tidak?" tanya Yuze begitu keluar. Dia di sebelah Apo menuju parkiran. Dan itu pukul 12 malam. "Tuan Natta kelihatan lebih cerah, lho. Senang sekali lihatnya ...."

DEG

"Iyakah? Terima kasih ...." kata Apo. Namun, jujur dia kaget karena treatment salon itu murah juga (menurutnya). "Ngomong-ngomong, Yuze. Kakiku rasanya sudah enakan. So, nanti pasti kubantali seperti saranmu. Biar cepat kempis kan?"

"Iya, begitu. Anda tidak perlu sampai ke dokter segala. Ini mudah, sebenarnya," kata Yuze. "Cukup banyak minum air. Jangan ngopi. Tidur awal. Tuan Natta pasti cepat baikan. Semangat!"

Apo pun tersenyum manis. "Oke, sampai jumpa."

"Sampai jumpa juga, Tuan. Selamat malam ...."

Mereka pun berpisah di depan gerbang. Sebab Yuze belok kanan, sementara Apo ke kiri. Omega itu menghirup punggung tangan karena penasaran. Dan memang wanginya masih tertinggal. Oh, shit. Dia menyesal kenapa selalu serius. Padahal melakukan ini sesekali juga menyenangkan.

"Seharusnya aku lebih pandai berteman," batin Apo kesal. Tapi setelah dipikir ulang, sebetulnya bagus kalau minim sahabat. Maksud Apo, di usianya yang sekarang. Dia tak butuh orang-orang palsu, cukup bawahan seperti Yuze. Itu pun sudah membuat Apo berpuas diri.

"Hello, honey baby ...." sapa Apo setelah pulang. Dia tidak kemana-mana, melainkan ke "Istana Kecil" dulu. Ditiliknya triplets yang sudah tertidur. Lalu diselimuti ulang karena semua tertendang kacau. "Besok Papa belikan kalung, ya. Ada inisial huruf nama kalian. Hadiah sudah bisa merangkak semua. Hehehe."

Cup. Cup. Cup. Apo pun menciumi pipi mereka gantian. Dia senang karena para baby sangat tenang, kecuali Kaylee menimpuk karena terganggu.

"Mm--mhh!"

Plakh!

"Aduh!" desis Apo. Tapi dia menahan tawa karena Kaylee manyun-manyun. Baby itu kentut sekali dan bunyinya kecil. Bahkan perut Apo sampai kaku sendiri. "Pfffftt--sial ... baru kali ini aku dengar suaranya. Ha ha ha ha ha." Dia segera keluar karena tak tahan. Namun, langkahnya terasa ringan saat naik turun tangga. "Ah, untung besok bisa libur. Aku harus tidur seharian selama sempat."

Rasanya normal-normal saja, serius. Seperti menaruh kontak dan ponsel di atas nakas. Masuk kamar mandi untuk berganti piama--biasanya Apo mandi dulu sebelum tidur--tapi hari ini tidak perlu lagi. Badannya bersih dan wangi. Lalu masuk selimut, yang ternyata seprainya pun sudah diganti.

DEG

"Ah, iya ...." desah Apo. Lalu memandangi tempat di sebelahnya. Aroma Paing kini hilang dari sana, tapi tetap tidak ada kabar baru. "Padahal sudah lama loh Phi--ck ... ah, sudahlah. Aku tidak tahu lagi," katanya kesal.

Sebenarnya, Apo mengakui ada sisi baik dirinya belum bercerai. Setidaknya orang tahu dia bersuami ketika hamil. Dan itu memang jalan amannya.

"Ugh, Phii ... tapi aku maunya lepas saat berita Mile sampai ke media," batinnya sambil berpejam. Omega itu bahkan lupa membantali kaki, padahal niatnya sudah tersimpan di dalam hati.

".... aku mungkin infeksi karena obat transplantasi, Apo. Dan organnya menolak jika masih begini sampai minggu depan ...."

Kata-kata tersebut pun jadi pengantar tidur sang Omega, sangat sunyi. Tanpa tahu ada yang melakukan itu untuknya pada keesokan pagi.