3 bulan kemudian, Raja masih saja belum pulang, Rasti pun merasa curiga dengan lamanya Raja pulang, saat Rasti akan pergi kekantor Raja, Rasti mendapat informasi jika Raja tak pergi ke Swiss, Raja dikabarkan menginap di sebuah hotel, Rasti pergi ke hotel tempat Raja menginap, saat sampai dikamar Raja, Rasti terkejut melihat Raja sedang meniduri seorang wanita lain,
"Semua pria sama saja, egois," Rasti
Rasti pun memilih pergi pulang, saat sampai mansion, Rasti dikejutkan oleh kedatangan seorang pria yang telah hampir 2 tahun ia coba lupakan sedang bermain dengan putra putranya,
"Arya," lirih Rasti
Pria yang ternyata adalah Arya tersenyum lalu mendekat ke Rasti, Arya lalu memeluk Rasti,
"Aku merindukanmu Ras," Arya
"Arya," Rasti
Mereka berpelukan cukup lama,
"Mama aku tak bo'ong kan kalo aku melihat Papa waktu itu," Devano
Arya melepaskan pelukannya lalu mendekati Devano,
"Kamu memang tak pernah bohong, Putra Papa yang Tampan kan memang selalu benar. Anak anak, bolehkan Papa bicara sama Mama," Arya
Mereka mengangguk, Arya menarik pergi Rasti ke kamar Rasti,
"Arya aku-" Rasti
"Kau telah menikah dengan teman sekaligus musuhku, tapi jangan lupa, kau masih berstatus istriku," Arya
"Tapi saat itu kamu sudah meninggal dunia Arya," Rasti
"Tentu saja kau menganggapku sudah meninggal, karena kau gak pernah perduli denganku, kau menganggapku sudah mati dan kau mengambil semua hartaku, tapi setelah kau menghabiskan semua kau menikah dengan yang lebih kaya," Arya
"Ngak Arya, ngak kayak gitu, aku-" Rasti
"Kau jangan berbohong Ras, Mamaku ngak mungkin bohong untuk apa dia melakukan itu pada menantunya sendiri," Arya
Rasti terdiam,
"Kau bahkan memakai masker, apa yang sebenarnya yang kau tutupi," Arya
Arya mencoba membuka masker Rasti yang dipakainya, Rasti mencoba menolak, namun dengan kasar Arya membuka masker Rasti dan Arya terkejut melihat luka lebam dipipi dan bibir Rasti,
"Rasti, apa yang terjadi? Kenapa kamu banyak luka? Katakan apa yang dilakukan dia padamu," Raja
"Kamu tak akan percaya padaku, selama ini tak ada yang mempercayaiku, aku menderita selama ini Ar, seumur hidupku tak ada yang percaya padaku," Rastil
"Katakan Rasti," Arya
"Raja menyiksaku, itu karenamu Arya, karenamu. Aku tidak perlu menceritakan semua, karena kamu tak akan dipihakku, sebaiknya kamu pergi, jangan perdulikan aku," Rasti
"Aku mengerti, Raja melakukan itu karena dendamnya padaku, dia tau kalau kau memang menginginkan uang, karena itu dia menikahimu dan melakukan ini," Arya
Rasti menampar Arya,
"Aku bukan ***, jika aku mau menjadi *** sudah dari dulu aku mencari yang lebih kaya darimu, aku kira kau kembali untuk menyelamatkanku dari neraka ini, tapi kau ternyata sama saja seperti Raja," Rasti
Rasti mengambil sesuatu dari lemari, Rasti melempar suatu amplop coklat itu ke Arya, Arya pun melihat isi dari amplop itu,
"Jika kau punya mata, lihat saja sendiri, saat aku melihat foto foto itu dan surat wasiat itu, aku sangat frustasi, aku meninggalkan Bali dan mengurus perusahaanmu selama 1 tahun terakhir, aku bingung karena aku belajar hukum dan bukannya bisnis, tapi aku berusaha untuk menjalankan perusahaanmu untuk menghidupi anak anakmu, tapi aku gagal, perusahaanmu hampir hancur dan Raja menawarkan untuk menyelamatkan perusahaan dan putra putramu dari hidup miskin," Rasti
"Ras-" Arya
"Aku yang harusnya marah dan bertanya kepadamu, kemana kau selama ini? Kau bilang akan segera kembali tapi kau tak kembali, apa kau juga mengkhianatiku? Setelah Vivi apa ada wanita yang hamil anakmu? Jika kau masih menganggapku ***, maka bukan aku yang menganggapmu sudah mati, tapi kau yang menganggapku sudah mati, anggap saja kita tak pernah menikah dan memiliki anak anak, lupakan saja ke-3 anak yang sudah kurawat selama ini," Rasti
Arya terdiam,
"Bahkan sebelum menikah dulu kau pernah seperti ini, dan kau kembali seperti ini, Tante Arin yang telah menghasutmu Arya, asal kau tau, Mamamu itu bahkan tak mau menjenguk atau membantu membiayai cucu kandungnya, apa perempuan desa ini sangat kotor sampai Mamamu sampai sebegitu kepadaku dan anak anakmu," Rasti
"Ras-" Arya
Arya memeluk Rasti yang menangis,
"Maaf," Arya
"Aku lelah menangis Ar, aku harap ini segera berakhir," Rasti
Rasti tiba tiba pingsan, Arya pun memanggil dokter, setelah dokter datang dan Rasti diperiksa,
"Bagimana keadaan istri saya Dok?" Arya
"Mereka baik baik saja, tapi jangan terlalu membuat ibunya terlalu stress dan lelah, itu bisa berbahaya bagi bayinya, saya akan membuat resep, anda bisa membelinya diapotik," Dokter
Dokter menulis resep obat lalu memberikannya ke Dokter,
"Ini, saya permisi Pak," Dokter
Dokter pergi,
"Aku terlambat, Rasti maafkan aku, kamu pasti sangat menderita selama ini, tapi aku akan mengobagimu," lirih Arya
><
Diluar, Devano dan Satya sudah merapihkan pakaian mereka dan juga Wira, Yasha menjadi sedih karena mengira mereka akan meninggalkannya,
"Kalian akan pergikah?" Yasha
"Iya, Papa kami sudah datang, jadi kami pasti akan pergi," Satya
"Kalian akan pergi kemana?"
Mereka melihat ke Raja yang tiba tiba datang,
"Devano-Satya kenapa kalian membawa barang barang kalian dan Wira," Raja
"Pa, Papa kami sudah datang, karena itu kami mau ikut Papa pulang," Devano
"Dimana Mama kalian?" Raja
"Diatas bersama Papa, tadi juga ada dokter datang, kata Papa untuk meriksa keadaan Mama," Satya
Raja pergi kekamarnya, saat sampai kamarnya, Raja terkejut melihat Arya sedang menempelkan bibirnya dibibir Rasti, Raja pun merasa kesal dan menyeret pergi Arya untuk menjauh dari Rasti,
"Beraninya kau mendekati istriku!" Bentak Raja dengan menarik kerah kemeja Arya
"Kau jangan lupa aku juga adalah suaminya, dia adalah istriku," Arya
"Percaya diri sekali kau, jika kau memang suaminya lalu mengapa kau mengabaikan istrimu sendiri, dia bahkan tak mengerti cara berpresentasi, menyedihkan," Raja
"Itu karena dari dulu dia adalah Ratuku, aku tak pernah menyuruhnya bekerja, tapi kau menyiksanya demi nafsumu saja, kau lihat wajahnya itu, dia tak pernah terluka seperti itu, tapi karenamu dia menjadi mendapatkan luka di wajahnya," marah Arya
"Dia juga menyukainya saat aku melakukan hardsex, kau tau dia mendesah sangat keras saat aku melakukannya," Raja
Tangan Arya terkepal kuat dan Arya memukul wajah tampan Raja,
"Kau tidak puas waktu smp pernah aku patahkan tanganmu, sebaiknya kau ceraikan Rasti sebelum aku mematahkan semua tulang belulangmu, Rasti hanya milikku," Arya
"Kau jangan terlalu percaya diri, aku bukanlah anak ingusan yang bisa kau kalahkan dengan mudah seperti dulu, aku adalah Raja, yang aku inginkan akan menjadi milikku," Raja
"Kau benar benar sudah gila Raja, kau sudah menghabisi istrimu sendiri dan sekarang kau ingin menghabisi istriku dengan perlahan, kau sudah gila!" Arya
Tiba tiba Rasti terbatuk batuk, Arya langsung mendekat ke Rasti dan memberinya air,
"Kamu udah sadar," Arya
Rasti mengangguk kecil,
"Sekarang bereskan pakaianmu, kamu akan ikut denganku," Arya
"Tidak bisa, Rasti sedang mengandung anakku, kau tak boleh menjauhkan mereka dariku," Raja
"Jika begitu aku akan tinggal disini, aku tak akan biarkan kau mendekati Rasti," Arya
"Kau tak punya rumah apa sampai kau ingin tinggal disini, aku tak mau kau ada dirumahku," Raja
"Dan aku tak akan biarkan Rasti dekat denganmu," Arya
Tiba tiba ke-4 anak anak Rasti datang,
"Papa Arya, kita jadi pergi," ujar Devano
"Tidak! Jangan harap ada yang pergi dari sini tanpa ijinku!" Teriak Raja
Raja mendorong Devano hingga terjatuh, Arya pun segera membantu Devano yang menangis berdiri,
"Devano, jangan nangis ya, putra papa yang tampan kan kuat," Arya
Devano mengangguk kecil, Arya mengelap air mata Devano, Rasti mendatangi Devano lalu memeluknya, Arya berdiri lalu meraih kerah kemeja Raja,
"Jangan pernah kau teriak dihadapan anakku, jika kau dendam padaku kenapa kau mengganggu keluargaku, sekali lagi kau berlaku kasar padaku anak anakku, aku tak akan segan menghabisimu," Arya
"Coba saja jika kau bisa, aku tak akan pernah takut padamu, kau yang meninggalkan anak anakmu dulu dan tiba tiba kau kembali dan menjadi Ayah yang sok baik," Raja
"Arya-Raja sudah hentikan, kumohon jangan bertengkar, kasihan mereka, mereka masih kecil, jangan ikut campurkan mereka dalam urusan ini," Rasti
Telepon Rasti lalu berdering, Rasti mengangkat telepon dari Dwita itu,
"Halo," Rasti
"Rasti kamu bisa kembali ke Bali, Papa masuk rumah sakit," Dwita
"Apa? Papa masuk rumah sakit, baiklah aku akan ke Bali secepatnya," Rasti
Rasti menutup teleponnya,
"Apa kata Kak Dwi?" Arya
"Papa masuk rumah sakit Ar, aku mau kesana," Rasti
"Bereskan pakaianmu, kita ke Bali sekarang," Raja
"Kau gak perlu ikut, kau tetap disini, aku,Rasti dan anak anak saja yang pergi, lagipula kau bukan siapa siapa mereka," Arya
"Pikiranmu itu udah bisa pikun rupanya, aku adalah suami Rasti yang berarti aku juga adalah menantu mereka," Raja
"Berhentilah bertengkar, keadaan Papaku yang terpenting saat ini," Rasti
Arya dan Raja terdiam dengan saling melempar deathglare.