webnovel

Perasaan Gene

Gene makan malam bersama Tuan Joko dan semua pegawai lainnya.

"Loh, Gene, Nadia dan Edward ada dimana? Kok mereka berdua enggak kelihatan di makan malam bersama ini?" Tanya Pak Joko bingung.

Gene menatap sekeliling dan sadar bahwa Nadia dan Gene tidak terlihat sejak pertandingan futsal tadi siang, "mungkin lagi istirahat di kamar, Pak. Coba saya hubungi Nadia." Sayangnya saat itu Nadia tidak dapat dihubungi.

Gene memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar hotel dan tanpa ia sadari waktu hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Nadia masih belum memberi kabar ataupun membalas pesannya.

Dengan dua botol kaleng bir yang dibelinya di supermarket yang berada di depan hotel, Gene berjalan melewati lorong hotel.

Nafasnya tercekat ketika ia melihat Nadia berciuman dengan Edward, ada perasaan panas di hatinya. 'Cemburu?' batin Gene.

"Ehem..." Gene berdeham sambil memandang mereka dengan dingin.

Nadia memandang Gene dengan terkejut, "Gene!" Nadia mendorong Edward.

Gene tersenyum dingin pada Nadia, "tadi, sewaktu makan malam, Pak Joko nanyain kalian berdua." Gene tersenyum dan melewati mereka berdua. Gene berusaha tisak mempedulikan perasaannya terhadap Nadia.

Entah kenapa, Nadia merasa bahwa ia harus menjelaskan tentang apa yang baru saja dilihat oleh Gene.

Edward memperhatikan Nadia yang sekarang berjalan di sebelah Gene dan berusaha mengikutinya menuju ke kamar Gene. Edward merasa bahwa ada sesuatu diantara Nadia dan Gene. Apapun perasaan yang ada diantara Nadia dan Gene, Edward yakin bahwa Nadia masih memiliki perasaan kepada dirinya.

Dalam hatinya, Edward yakin ia dapat memanfaatkan hal tersebut untuk kepentingannya mendapatkan promosi. Edward tersenyum menatap Gene.

"Gene, biar gue jelasin!" Nadia memohon Gene.

"Nad," Gene tersenyum kepada Nadia, "elu enggak perlu jelasin apapun ke gue. Gue pun enggak peduli, paling itu cuma akal-akalan elu buat bales dendam ke Edward kan?" Gene berbicara dengan santai.

Nadia tersenyum canggung. Ia merasa sedikit senang karena Gene berpikir seperti itu. "I... iya... Itu cuma bagian dari strategi gue dalam rencana balas dendam gue. Elu jangan marah ya sama gue, Gene? Please?" Gene tersenyum dan mengangguk, "kita kan cuma teman, gue enggak punya hak apapun buat marah sama cowok manapun yang mau elu cium." Ujar Gene masih dengan tersenyum.

Gene membuka pintu kamarnya dan tersenyum pada Nadia, "selamat malam."

Nadia masih merasa tidak enak terhadap Gene. Tetapi kemudian Nadia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Nadia tidur dengan perasaan tidak tenang pada malam itu. Entah kenapa ia merasa tidak enak. Gene benar. Mereka hanya teman dan Gene tidak berhak marah, apalagi cemburu. Kecuali... Kecuali bila Gene menyukai Nadia.

Nadia memutuskan untuk menanyakan perasaan Gene terhadapnya besok pagi.

Nadia memandang berkeliling, berharap ia menemukan Gene di restoran untuk sarapan. Nadia tersenyum lebar ketika ia melihat Gene masih duduk sendirian di pojok restoran. Nadia melambai kepada Gene dan berjalan ke arahnya.

Gene hanya memandang Nadia dan ia hanya tersenyum kecil kepada Nadia. Nadia meletakkan teepon genggamnya di depan Gene dan tersenyum, "selamat pagi."

Gene tersenyum kecil, "selamat pagi."

Nadia pergi ke arah meja dimana hidangan prasmanan sudah disediakan. Nadia memandang segala macam makanan tersebut. Ada hidangan khas Indonesia seperti nasi goreng, lontong sayur, nasi uduk, atau hidangan sarapan luar negeri seperti pancake, waffle, gimbap, dan berbagai macam sereal.

Nadia kembali dengan sepiring nasi goreng dan duduk di meja Gene. Ia merasa sedikit terkejut karena asisten pribadi Gene, yang pernah dicumbu Gene di kantornya.

Nadia tersenyum kecil, ada perasaan iri di hatinya. Ia ingin menjadi satu-satunya gadis yang diperhatikan oleh Gene.

Gene dan asisten pribadinya yang bernama Siska mengobrol dengan sangat akrab. Siska memandang Nadia dengan ramah, "selamat pagi, Bu Nadia."

Nadia tersenyum dan meminum jus jeruk yang dibawanya dari meja prasamanan. "Selamat pagi, Siska."

Siska melanjutkan obrolannya dengan Gene.

"Iya, Mas Gene, ingat waktu kita satu tim dalam pertandingan tarik tambang? Itu seru banget!" Ujar Siska dengan bersemangat.

"Mas?" Tanya Nadia sambil memandang Gene dan Siska bergantian. Nadia tertawa, "tampang elu tuh bule banget Gene, enggak pantes dipanggil mas." Ucap Nadia dengan santai sambil menikmati nasi gorengnya.

Gene tersenyum kepada Nadia, "kita, lagi enggak di kantor Nad. Gue cuma mau akrab sama Siska."

Wajah Siska tersipu mendengar perkataan Gene. Gene sangatlah tampan, tentu saja Siska dapat dengan mudah jatuh hati kepadanya.

Nadia memutar bola matanya dan kemudian ia menatap Siska dengan dingin, "kamu tahu kan, kalau pegawai di perusahaan ita dilarang memiliki hubungan romantis?"

Gene menatap Nadia dengan kesal karena membuat Siska tampak tertekan dan terintimidasi, "setidaknya gue enggak berusa memasukkan lidah gue ke mulut Siska di lorong hotel." Ujar Gene dengan dingin.

Wajah Nadia memerah karena kesal dengan pernyataan Gene.

Siska memandang Gene dengan bingung, tidak mengerti dengan apa yang ia bicarakan.

Gene hanya tersenyum memandang Siska, "kamu tenang aja Sis, pekerjaan kamu aman kok."

"Jadi ini berhubungan dengan kejadian tadi malam?" Tantang Nadia pada Gene.

"Enggak, hal ini enggak berhubungan sama sekalai dengan kejadian tadi malam. Gue cuma ngingetin elu kalau di kantor kita ada peraturan kalau sesama pegawai dilarang memiliki hubngan romantis karena akan berpotensi menimbulkan ketidakprofesionalan." Gene tersenyum.

Nadia memutar bola matanya kesal karena Gene membuat Siska merasa bahwa ia menjilat ludahnya sendiri.

Gene tersenyum ramah kepada Siska, "kamu jangan khawatir ya, Siska."

Siska tersenyum lebar membalas senyum Gene yang memang sangat manis.

Dalam hatinya, Nadia merasa bahwa cemburu. Dahulu senyum manis Gene hanya ada untuknya, sekarang ia merasa bahwa ia harus berbagi senyum manis itu dengan Siska.

Tuan Joko dan istrinya memasuk restoran dan tersenyum melihat Nadia dan Gene. Dua pegawai kesukaannya.

Tuan Joko dan istrinya lalu memutuskan untuk bergabung di meja Nadia, Gene, dan Siska.

"Nad, kemana kamu tadi malem?" Tanya Tuan Joko ramah, "tadinya saya mau mengajak kamu ikut berkaraoke bersama istri saya di bar hotel. Tapi kamu tidak kelihatan sejak makan malam."

Nadia tersenyum kepada Tuan Joko, "mendadak saya sakit malam, Pak. Jadi saya memutusan tidur lebih cepat." Nadia berbohong dengan mudahnya kepada Tuan Joko.

Tuan Joko mengangguk mengerti, "tapi sekarang sudah sehat?"

Nadia mengangguk dan tersenyum, "sudah jauh lebih baik, Pak."

"Aneh. Edward juga tadi bilang kalau tadi malam dia sakit kepala dan tidur lebih cepat." Ujar istri Pak Joko tiba-tiba. Ternyata, tanpa Nadia ketahui, Tuan Joko dan istrinya sudah bertemu dengan Edward sebelum menuju ke restoran.

Nadia tersenyum canggung, "mungkin karena kami sama-sama kepanasan waktu nonton futsal. JAdi sedikit dehidrasi dan membuat sakit kepala."

Tuan Joko mengangguk mengerti, "Yang penting kamu sudah sehat sekarang, jangan lupa kita besok akan datang gala dinner yang diadakan oleh Samudra Grup. Kamu belum pernah ketemu istrinya Edward kan? Launa itu perempuan yang sangat baik. Edward sangat beruntung dapat menikah dengan Launa." Ujar Tuan Joko. "Seperti saya beruntung, mendapatkan istrin saya." Istri Tuan Joko yang tampak muda untuk wanita seusianya tersenyum dengan manis akan pujian dari suaminya.