webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Teenager
Zu wenig Bewertungen
114 Chs

Chapter 103

Kaito

"Senpai ... apa kau memang yakin untuk menyelamatkan kakak ku?", suara Ame.

Loh?! kok aku disini?!

Ketika aku membuka mata ku. Aku tak lagi berada di samping Ai. Aku malah sedang berada di samping Ame. Yukata kuning dengan motif bunga yang ia kenakan itu membuat nya terlihat sangat cantik.

Kami sedang berdiri di lapangan tempat puncak festival musim panas di adakan. Hanya ada kami berdua di sini. Tentu saja karena ini pasti cuma mimpi.

Gimana aku bisa mimpi?

Aku ingat terakhir kali aku sedang bersama dengan Ai di dalam minimarket di dekat rumah ku.

"Senpai?", Ame menarik lengan panjang seragam SMA ku berulang kali.

"Hmm ... aku yakin Ame ... aku tak mau kehilangan orang seperti kamu lagi", jawab ku memandang langit malam yang penuh bintang itu.

"Hmm ... segitu cintanya senpai sama kakak ...", ujar Ame menundukkan kepala nya.

"Kalau kau juga ada di posisi nya ... aku juga akan melakukan hal yang sama tau ...", kata ku sembari mengusap kepala nya.

"Senpai memang orang baik ...", kata Ame dengan senyuman indah nya itu.

"Nah ... jadi ... kenapa aku tiba tiba di sini?", lanjut ku bertanya.

"Karena ... aku ingin senpai membawa kak Ai dalam mimpi mu", ucapan nya yang sangat mengejutkan.

"He?! ... maksudmu?!", tanya ku bingung.

"Gini ... aku kan hidup di dalam mimpi Kaito senpai ... aku harus menghilangkan kutukan kakak ... na ..."

Ame menjelaskan panjang lebar tentang tujuan nya itu. Ia berencana untuk bertemu dengan kakak nya di dalam mimpiku. Dan dia memberi tahu ku tentang rahasia kekuatan ku yang lain.

Aku bukan hanya bisa memanipulasi mimpi ku sendiri, tapi aku juga bisa membawa orang ke dalam mimpi ku. Dan cara nya cukup mengejutkan.

"Senpai harus tidur sekamar sama Ai", kata kata yang paling aku takutkan jika terjadi di dunia nyata.

"Tu-tunggu!!!! jangan sembarangan ... ibu mu marah gimana?", aku pun memikirkan semua kemungkinan yang terjadi jika aku melakukan hal aneh itu.

"Hihihi ... senpai lucu deh ... kenapa harus panik coba ... kan kalian dah pernah tidur sekamar", kata Ame disertai tawa imut nya.

"Bukan berarti aku mau mengulangi nya kan?! ... lagipula ... cara nya?!", lanjut ku bertanya dengan pipi ku yang mulai memerah.

"Cara nya gampang ... aku sudah minta tolong ke kak Yume kok", jawab nya menenangkan ku.

"He?! sampe minta tolong malaikat?!", ujar ku menepuk kening ku sendiri.

"Makasih senpai ... dan tolong ... jaga kak Ai ya?", ucap Ame disertai satu kembang api meluncur ke langit entah dari mana.

Dor!!!

Kembang api itu meledak dan seketika pandangan ku menjadi gelap dan aku pun menutup mataku. Saat aku membuka mata, aku tiba tiba kembali bersama Ai.

Kami duduk berdampingan di tempat duduk yang ada di dalam minimarket. Tanpa sadar aku telah menghabiskan sekaleng teh hangat yang barusan ku beli bersama Ai. Yang ada di tangan ku sekarang hanyalah kaleng kosong.

"Kamu ga apa apa kan?", suara yang keluar dari ponsel Ai.

"Oh ... iya ... lagi ngelamun aja ...", jawab ku memberikan sedikit senyumku pada nya.

Ting tung~

Notifikasi pesan masuk dari ponsel yang ada di saku celana ku.

{Kaito, adik mu sakit}

{Dia ada di kamar nya}, chat dari Naya yang membuat ku cemas.

"He? ... kenapa lagi tuh bocah", ucap ku dengan wajah kesal.

"Etto ... Ai pulang sekarang yuk ... kata Naya Hanabi sakit", kata ku lalu berdiri dan membuang kaleng kosong tadi ke tempat sampah yang ada di samping pintu keluar minimarket.

Kami berdua pun kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Ternyata malam ini cukup dingin. Aku tak memakai syal dan aku meminjamkan jaket ku pada Ai. Mau bagaimana lagi, wajah nya tampak pucat tadi.

Beberapa menit berlalu dan kamu pun sampai di depan rumah ku.

Kreeekk ...

Aku membuka pintu depan rumah ku dan melihat rumah ku dalam keadaan yang gelap gulita. Hanya tampak pancaran cahaya lampu dari celah pintu kamar Hanabi yang sedikit terbuka.

"Naya? ... Hanabi?!", aku memanggil mereka tapi tak kunjung mendengar jawaban.

Aku pun masuk ke rumah. Tiba tiba Ai menggenggam tangan ku dengan erat.

Oh iya ... dia takut gelap ...

"Jangan takut ...", ucap ku lalu melangkah bersama menuju kamar Hanabi.

Saat kami masuk ke kamar Hanabi. Kami berdua terkejut ketika melihat ranjang Hanabi yang masih tertata rapi.