Setelah beberapa bulan di sekolah, Raka merasakan perubahan yang signifikan dalam hidupnya. Tubuhnya kini mencapai berat 230 kg, hasil dari latihan keras dan disiplin yang ketat. Namun, di balik semua pencapaian itu, ada masalah yang mengganggu pikirannya: kondisi ekonomi keluarganya. Meskipun ibunya telah berusaha sebaik mungkin, kebutuhan sehari-hari semakin berat.
Suatu malam, saat sedang berdiskusi dengan temannya Andi di gym, Raka mendengar tentang arena bertarung bawah tanah. "Raka, ada tempat di mana para petarung seperti kita bisa mendapatkan uang cepat. Mereka membayar bagus, dan kamu pasti bisa menang," kata Andi.
Raka terdiam, memikirkan tawaran itu. Dia tahu betul reputasi arena tersebut; berisiko dan berbahaya, tetapi dia merasa terdesak oleh keadaan keluarganya. "Apakah itu aman?" tanyanya, skeptis.
"Tidak ada yang aman di dunia ini, tapi jika kamu bisa bertarung, itu bisa jadi kesempatan," Andi menjawab, terlihat meyakinkan. Raka merasakan gelora dalam dirinya; mungkin ini adalah jalan untuk membantu keluarganya.
Setelah mempertimbangkan dengan matang, Raka memutuskan untuk mencobanya. Ia tahu bahwa dengan tubuhnya yang besar dan kekuatan yang telah dia latih, dia memiliki peluang untuk menang. Dia merasa semangat, tetapi juga waspada.
Hari pertarungan tiba. Raka memasuki arena yang gelap dan penuh asap, suara teriakan dan sorakan menggema di sekitar. Dia melihat para petarung lain, beberapa di antaranya tampak menakutkan. Namun, Raka tidak bisa mundur; keluarganya bergantung padanya.
Ketika namanya dipanggil, jantungnya berdebar. Dia melangkah maju, mengingat semua latihan yang telah dilaluinya. Pertarungan pertama dimulai, dan Raka menghadapi lawan yang tangguh. Namun, dengan kombinasi kekuatan dan teknik yang telah dia pelajari, Raka berhasil mengalahkannya.
Setiap kemenangan memberinya lebih banyak kepercayaan diri, dan dia mulai menarik perhatian penonton. Semakin banyak pertarungan, semakin banyak uang yang dia dapatkan. Meskipun ada rasa takut yang menyertainya, Raka merasa seolah menemukan kembali bagian dari dirinya yang hilang.
Namun, di tengah kesuksesannya, dia juga merasakan tekanan. Raka tahu bahwa bertarung di arena bawah tanah bukanlah pilihan yang baik dalam jangka panjang. Ia khawatir tentang dampak buruk yang bisa terjadi pada tubuhnya dan kesehatannya. Tapi setiap kali dia memikirkan keluarganya, dorongan untuk terus berjuang semakin kuat.
Dalam satu pertandingan yang krusial, Raka bertemu dengan seorang lawan yang sangat terampil. Pertarungan itu sengit dan menguras tenaga. Meskipun Raka merasa lelah, ia terus berjuang. Dengan setiap serangan, ia mengingat alasan di balik semua ini: keluarganya, masa depan yang lebih baik.
Setelah pertarungan yang melelahkan, Raka berhasil keluar sebagai pemenang. Sorakan penonton menggema di telinganya, memberi rasa bangga. Namun, saat dia berjalan keluar dari arena, rasa cemas kembali menyelimuti hatinya. Dia tahu bahwa ini bukan cara yang berkelanjutan untuk mencapai kebahagiaan dan keamanan.
Setelah beberapa minggu bertarung, Raka mulai menilai kembali keputusannya. Meskipun ia mendapatkan uang yang cukup untuk membantu keluarganya, ia tidak ingin terjebak dalam dunia yang berbahaya ini. Ia mulai mencari cara lain untuk mendapatkan penghasilan, seperti mengikuti kompetisi bodybuilding resmi yang bisa membawanya lebih jauh.
Dengan keputusan baru di hatinya, Raka bertekad untuk meninggalkan arena bertarung bawah tanah. Dia ingin membangun masa depan yang lebih baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Di dalam dirinya, Raka tahu bahwa jalan yang benar adalah yang akan membawanya kepada keberhasilan yang sejati—bukan hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam kebanggaan dan kesehatan.