Di umurku yang ke 18 tahun aku sudah menjalani kehidupan yang bagiku sedikit normal untuk kehidupan seorang Raja, karena di umur ku saat itu masalah-masalah kerajaan sudah ku atasi dengan baik dan teliti dan sudah jarang miskomunikasi lagi dengan penasihat ku atau Rakyatku.
Hari-hari ku jalani dengan tenang sampai suatu saat aku merasa bosan karena hidupku menjadi Raja seperti itu-itu saja, tidak ada kegiatan lain selain rapat, memecahkan masalah, investigasi, ah…begitu-begitu saja terus setiap harinya, selalu bertemu orang yang sama, membahas hal yang terkadang bagiku tidak terlalu penting untuk kerajaan, coba bayangkan…saat itu aku ada rapat yang di adakan oleh salah satu Menteri ku, rapatnya aneh sekali masa dia memanggilku untuk datang hanya untuk dia yang memperkenalkan tanaman untuk ke indahan taman Kerajaan? Stress…, ku katakan saja.
"Tidak! Apa kamu tidak lihat taman di Kerajaan? Itu sangat banyak, bahkan bisa kubilang tanaman di taman kita itu sudah sangat banyak".
Setelah aku mengucapkan itu, aku pergi dari ruang rapat dan ke tempat favoritku yaitu tentu saja rumahku sendiri, kastil keluarga Damian, kastil yang sudah turun-menurun dari orang yang pertama kali membangun Kerajaan Ethereal.
Kami para Raja atau Ratu tidak tinggal di Istana Kerajaan, tapi di kastil yang tidak terlalu besar, karena Istana kerajaan bagi kami hanya tempat untuk menyimpan informasi-informasi penting dan rahasia Kerajaan dan juga sebagai tempat kerja bagi Raja atau Ratu, jadi bisa dibilang Istana itu jatuhnya seperti kantor lah bagi kami.
Saat aku pulang ke kastil, saat itu aku langsung rebahan di Kasur ku, karena bagi aku hanya itu tempat yang nyaman, rebahan melihat langit-langit dengan memikirkan kenapa bisa hidupku begini-begini saja, membuka ponselku pun percuma, tidak ada pesan masuk hanya ada notifikasi berita-berita terkini, kalau ada pesan itu pun dari penasihat atau menteriku saja, aku bosan.
Karena aku sangat bosan dan tidak tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku memutuskan untuk mengeksplorasi kastil ini walau dulu saat kecil aku sering berkeliaran di sekitar kastil bermain dengan para penjaga atau dengan para pembantu.
Semakin besar diriku, tempat yang sering ku kunjungi di kastil hanya Dapur, Kamar ku, Balkon dan garasi, namun kini aku ingin mengeksplorasi kastil ini lagi, pergi ke ruangan-ruangan yang sudah jarang aku masuki, aku mulai memasuki ruangan mendiang Ayah dan Ibuku, ruangan kerja ayahku yang sering di pakai untuk kerja dari kastil jika beliau malas pergi ke istana, terus ruangan baju yang berisikan pakaian-pakaian seperti gaun-gaun mendiang Ibuku yang bisa dibilang lumayan banyak disini karena ibuku suka mengoleksi gaun tak peduli mau semurah atau semahal apapun harganya karena beliau suka mengoleksinya, dan ruangan senjata milik mendiang Ayahku.
Dan ruangan terakhir yang aku kunjungi adalah gudang, gudang yang jarang sekali aku kunjungi sejak kecil dan aku tidak pernah tahu isi yang ada dibalik pintu gudang ini bahkan saat ingin membuka pintu gudang ini saja aku harus menggunakan alat baatu karena pintuya yang sudah karat engselnya dan juga kuncinya sudah serat.
"Ah sial, ini berat sekali pintunya," ucap ku saat mendorong pintu gudang yang serat.
"Loh yang mulia? Apa yang anda lakukan dibawah?" Ucap salah satu pembantu di kastil ku saat melihat aku membuka pintu gudang.
"Ah…aku hanya penasaran dengan ruangan ini, karena sudah lama sekali aku tidak membukanya" ucapku seraya menyeka keringat di jidatku.
"oalah, yasudah kalau begitu saya Kembali lagi ke atas" ucap pembantuku.
"iya silakan"
"saya kira tadi apaan, soalnya suaranya berisik sekali sampai terdengar ke dapur"
"iya…maaf ya…" ucapku seraya menggaruk-garuk kepala ku.
Setelah pembantuku Kembali lagi ke atas, aku lanjut memasuki ruangan gudang ini.
Saat aku memasukinya aku sedikit terkejut karena banyak barang barang ku saat aku masih bayi, serta ada gaun-gaun lain ibuku yang sudah lusuh dan juga ada pedang ayahku saat dia gunakan saat dia masih menjadi pangeran di Kerajaan Ethereal, aku mengambil pedangnya dan aku membukanya dan sedikit bermain-main dengan pedang itu.
"Ini sangat ringan untuk pedang sepanjang ini" ucapku saat mengayun-ayunkan pedangnya.
Tanpa sengaja saat mengayunkan pedang, aku membuat salah satu kardus yang di atas lemari tua terjatuh dan seketika mengeluarkan warna yang mengenai sepatuku.
"Loh? Apa ini?" ucapku saat melihat warna-warna itu mengenai sepatuku.
Dan saat aku membersihkannya aku terkejut, karena teksurnya yang kental dan sedikit wangi cat.
"Eh? Ini cat?" dengan cepat aku langsung melihat isi kardus tersebut.
Saat aku meilhat isi kardusnya aku terkejut karena isinya adalah cat warna-warni untuk melukis dan juga isi semua botol catnya masih terisi penuh seperti seakan belom pernah digunakan ataupun di sentuh sampah sekali.
Dan di dalam kardusnya juga terdapat buku kecil yang berjudul "My Artwork", entah buku siapa ini, tapi saat aku mengambilnya dan mebukanya ada tulisan anak kecil yang bisa dilihat seperti tulisan anak kecil yang baru belajar menulis, tapi aku bisa membacanya sedikit-sedikit dan tulisan itu bertuliskan "Buku gambarku yang aku beli di pasar" dan di bawahya terdapat nama panggilanku saat aku masih kecil yaitu "Vero" ya, itu adalah panggilan ku saat masih kecil, aku ingat sekali itu karena yang memanggilku dengan nama itu hanyalah mendiang Ibuku.
Saat melihat ini semua aku langsung teringat bahwa dulu aku membeli ini sampai merengek-rengek ke ibuku di pasar, walau kini pasar itu sudah tidak ada dan menjadi jalanan biasa yang sering di gunakan kendaraan roda 4 atau lebih berlalu-lalang.
Setelah itu aku memutuskan untuk membawa cat warna-warna ini ke kamarku, dan setelah di kamarku justru aku Kembali bingung karena aku bingung mengapa aku membawa warna warna ini ke atas, aku duduk di Kasur dan menatapi kardus yang berisi cat-cat warna itu beberapa menit dan setelah itu aku mencoba untuk iseng-iseng Kembali mencoba melukis dengan kertas biasa.
Dan saat aku mencobanya di kertas, aku mengambil warna hijau dan mencobanya, tapi caraku salah dalam memasukkan warnanya, karena aku terlalu banyak memasukkan air ke dalam gelas yang berisikan cat yang sudah aku tuang.
"Hmm…sepertinya aku salah…" ucapku setelah mengoleskannya ke kertas.
Karena aku kembali tertarik untuk melukis Kembali jadi aku memustukan untuk membeli alat-alat melukis untuk aku belajar untuk melukis Kembali karena rasa penasaranku yang tinggi, setelah itu aku turun ke bawah dan pergi ke dapur dan nanya ke salah satu pembantuku yang di dapur, dan kebetulan sekali di dapur ada Vira salah satu pembantuku yang pernah melukis.
"Ah! Vira!"
"Eh Ayam Ayam!!!" kaget Vira setelah mendengar suaraku.
"Kebetulan sekali kamu di sini, aku mau nanya beberapa hal ke kamu tentang alat-alat melukis atau Teknik melukis" tanya aku.
"Oh… haduh Yang mulia… ternyata… kirain ada apa…, memangnya kenapa tiba tiba anda nanya hal-hal tentang melukis?" tanya Vira.
"Anu…soalnya aku merasa Kembali tertarik aja untuk melukis… hehehe" jawabku dengan senyum-senyum malu.
"Oh… Yang mulia tertarik untuk melukis lagi?" tanya Vira.
"Iya, karena mungkin saja bisa mengisi waktu luang ku jika sedang tidak ada pekerjaan." Jawab aku.
"Baiklah… jadi yang harus Yang mulia butuhkan untuk melukis adalah, pensil, penghapus, kuas, kanvas dan palet cat air." jelas Vira.
"Oh itu saja yah… baiklah aku akan pergi untuk membelinya, terima kasih ya Vira."
"Tunggu yang mulia… apa anda sudah memiliki cat airnya?" tanya Vira.
"Aku sudah memilikinya, tenang saja…" setelah itu aku kembali ke kamarku dan bersiap-siap pergi ke took yang menjual alat-alat lukis.
Setelah dari kamar ku mengambil seragam Raja dan pedang ku, aku pergi ke garasi dan mengambil kunci mobil sport favoritku yang berlogo Banteng mengamuk.
Aku memasuki mobilku dan membuka ponsel ku untuk mengarahkanku ke toko yang menjual alat lukis, setelah mendapatkan alamat toko yang menjual alat lukis, aku langsung pergi ke sana, dan selama diperjalanan aku memikirkan tentang apa yang ingin aku lukis nanti Ketika aku sudah membeli alat-alatnya nanti.
Sesampainya di depan toko alat lukis aku langsung memarkirkan mobilku dan memasuki tokonya, aku sedikit tercengang karena di toko alat lukis ini sangat luas dan banyak sekali alat-alat lukis yang di jual, dan juga banyak cat lukis yang lengkap.
Aku berkeliling di dalam toko ini, melihat semua alat-alat dan cat-cat yang ada, ini semua membuat ku semakin tertarik untuk melukis Kembali ya walaupun saat melihat-lihat aku sedikit mearasa risih karena orang-orang mengambil gambar dan ingin meminta tanda tangan ku, ayolah…aku di sini hanya untuk membeli kebutuhan untuk melukis, dan pada akhirnya aku menelfon perngawal pribadiku untuk menjaga di depan toko agar orang-orang tidak membuatku risih, Setelah beberapa menit pengawal pribadiku datang untuk menjaga di depan toko, akhirnya aku bisa belanja kebutuhan melukis dengan tenang.
Setelah membeli alat-alat lukis yang dikatakan oleh Vira, aku Kembali ke kastil untuk belajar melukis kembali, dan sesampainya di kastil aku langsung ke kamarku dan melihat-lihat semua alat-alat lukis yang sudah kubelli tadi, aku melihat semua kuas dengan teliti mulai dari kuas kecil sampai kuas paling besar dan melihat cat-cat yang kubeli lagi sebagai cat tambahan yang akan kugunakan nanti.
Dengan rasa semangat yang tinggi aku langsung siap-siap untuk melukis, ya walaupun aku juga menonton video tentang langkah-langkah bagaimana caranya untuk melukis, 2 jam aku habiskan untuk melihat videonya, jujur saja aku tidak terlalu paham apa yang dikatakan orang yang berada di dalam video tadi dan aku juga bingung apa yang ingin ku gambar sepertinya aku merasakan apa yang di rasakan seorang seniman Ketika mereka kehabisan ide atau bingung apa yang ingin mereka gambar yaitu Artblock.
Aku melihat sekitar ruangan ku untuk mencari ide tentang apa yang ingin aku gambar, ku amati dari ujung ke ujung sampai pada akhirnya pandanganku tertuju pada Vas bunga yang berada di rak dindingku, aku langsung mengambilnya dan menaruhnya di meja model yang sudah aku siapkan di belakang kanvas ku.
Kucoba mengeluarkan warna dengan sedikit-sedikit dan di beri air sedikit seperti yang ada di video tadi, setelah persis seperti yang ada di video tadi aku langsung aku langsung mengoleskannya ke kanvas ku dengan kuas yang sudah disiapkan, tapi saat ingin mengolesnya seketika aku berhenti sejenak dan menginga sesuatu.
"Ah sial… aku belum membuat sketsanya terlebih dahulu dengan pensil." Ucap aku.
Aku langsung mengambil pensil dan membuat sketsa vas bunga yang sudah menjadi modelku, perlahan-lahan aku membuatnya garis demi garis aku buat, membuat skeetsa masih tergolong gampang bagiku karena bisa di hapus dengan penghapus hehehe.
Setelah membuat sketsa yang kuhabiskan selama 30 menit, aku langsung lanjut untuk melukisnya dengan warna dasar vas bunganya terlebih dahulu yang berwarna putih, entah aku ini bodoh atau apa, padahal jelas-jelas vasnya berwarna ptuh dan kanvasnya juga berwarna putih tapi tetap saja ku oles perlahan.
Kekita aku sudah membuat warna dasar vasnya, warnanya sedikit redup karena tadi kuberi warna abu abu sangat sedikit agar tidak terlalu gelap dan warnanya jadi berbeda putihnya dangan warna kanvasnya.
Setelah itu aku langsung mewarnai yang lain seperti warna latar belakangnya dan lain lain, kasih warna dasarnya saja terlebih dahulu kalau masalah detail dari gambarnya itu bisa kita lakukan perlahan-lahan, karena aku tahu jika melukis atau membuat apapun itu ada yang namanya proses, tidak ada yang langsung jadi saat itu juga, kita harus bersabar setiap langkahnya, jangan terburu-buru akan suatu hal, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, semua pasti ada hasilnya walau membutuhkan waktu yang lama.
Ku buat detail dari masing-masing bagian secara bertahap, ku habiskan waktu berjam-jam untuk melukis dan aku merasakan hal yang sering di rasakan Ketika seseorang terlalu lama duduk dan bungkuk, pinggang ku mulai sakit dan saat aku ingin duduk tegak sangat sakit rasanya, wah sangat membuat pegal.
Setelah kubuat semuanya mulai dari bagian yang besar sampai detail-detail yang kecil, aku menjauh dan membuat jarak dari kanvas untuk melihat lukisan nya.
Aku tidak tahu apakah gambar ku bagus atau tidak, karena aku tidak bisa menilai suatu hal yang di buat oleh diriku sendiri, aku hanya memgamati nya dengan serius, melihat kanvas dan modelku untuk memastikan mirip atau tidaknya.
Tapi aku menyerah untuk menilainya, jadi aku memanggil seluruh pembantu dan penjaga di kastil untuk mengumpul di ruang tamu.
Setelah semuanya berkulmpul di ruang tamu, aku langsung menjelaskan kepada mereka.
"Baik, jadi apakah ada yang tahu kenapa aku meminta kalian semua berkumpul di sini?" tanya aku kepada semuanya.
"Tidak, memangnya ada apa Yang mulia?" tanya salah satu penjagaku.
"Jadi aku ingin meminta kalian untuk menilainya dengan jujur… ingat! Ju...jur… Jujur, Ok?" ucap aku.
"B-baik Yang mulia." Semuanya menjawab dengan menatap satu sama lain dengan bingung.
Setelah itu aku membuka penutup yang menutup lukisan ku dan meunjukannya kepada mereka semua.
"Aku baru saja membuat ini… aku ingin kalian menilainya." ucap aku sambil menunjuk lukisannya.
Aku melihat semua wajah pembantu dan penjagaku dengan ekpsresi mereka yang terpukau melihat lukisan ku, aku tidak tahu apakah mereka melihatnya dengan jujur atau hanya dibuat-buat.
"Ok, jujur saja, apa pendapat kalian?" ucap aku.
"Sejak kapan Yang mulia bisa melukis?", "Ini lukisan Yang mulia?", "Loh? Yang mulia bisa melukis?".
Banyak sekali pertanyaan mereka tentang aku melukis, aku tidak tahu mereka ini menghindari pertanyaan ku atau benar-benar terpukau oleh ku yang melukis lukisan ini.
"Haish, jawab saja sudah… jadi bagaimana? Bagus atau tidak?" tanya aku kepada mereka.
"Ini sangat bagus, jika ini di lelang aku pasti akan membelinya.", "Sepertinya ini cocok untuk menggantikan lukisan di Lorong yang sudah pudar warnanya.", "Iya, itu bagus sekali Yang mulia." Banyak sekali respon baik dari mereka semua.
"Itu sudah sangat bagus untuk seseorang yang kembali melukis." ucap vira seketika.
Saat aku mendengar komentar-komentar dari pembantu dan penjagaku aku merasa senang, tapi aku merasa kurang puas maka dari itu, maka saat sore nya aku membawa lukisan ku ke istana untuk mendapatkan penilaian dari orang-orang yang bekerja di istana.
Tapi tidak ada bedanya, mereka yang bekerja di istana juga sama menilainya seperti di kastil jika lukisan ku memang bagus, tapi bedanya ada kritikan tapi kritikannya tidak terlalu mengkritik banget bagiku, karena kritikannya hanya mengatakan jika ada bagian yang kurang tebal saja. Tapi walaupun begitu aku tetap menerimanya.
Setelah itu aku meminta salah satu penjaga di kastil ku untuk datang ke istana mengambil lukisan ku dan di pajang di Lorong seperti yang dikatakan oleh salah satu penjaga kastil ku saat tadi siang.
Malam nya di istana, aku berdiri dengan menghadap jendela di Menara istana yang paling tinggi, melihat pemandangan kota malam, angin sejuk yang menghembus tubuhku dari jendela membuat ku mengingat tentang bagaimana perjalananku bisa sampai di titik ini dalam setahun yang penuh dengan tantangan.
Di saat aku sedang sedang seperti ini, tiba-tiba saja ponsel ku berdering dan Ketika aku menjawabnya ternyata itu suara penasihat yang menelfon ku.
"Halo… kenapa?" tanya aku kepada penasihat ku.
"Anu… Yang mulia… Saya baru dapat pesan mendadak dari Raja Hanzel…" ucap penasihat ku dengan nada gelisah.
"Hm? Pesan apa? coba kamu langsung katakana saja" ucap aku dengan santai.
"Jadi Raja Hanzel mengundang kita untuk datang ke acara ulang tahunnya besok" ucap Penasihat ku.
"Besok? Wah… mendadak juga yah, coba berikan alasan kenapa pesan ini baru terdengar kepadaku sekarang?" tanya aku.
"Sebenarnya pesan ini sudah datang dari 3 hari yang lalu, tapi saat ingin di berikan ke kotak pesan istana, tanpa sengaja pesan ini terbawa oleh salah satu petugas pesan ke kotak pesan milik markas Ksatria Darat." Ucap penasihat ku dengan cemas dan gelisah.
"Wow… itu sangat tidak di sangka…," ucap aku "Baiklah, tenang saja, aku akan menghadirinya besok, mulai dari jam berapa itu?" tanya aku.
"Ah… ini di mulai dari jam 5 sore." jawab penasihat ku.
"Baiklah kalau begitu, aku tutup."
"Baik Yang mulia…terima kasih." Jawab penasihat ku dengan tenang.
Setelah tahu dengan pesan itu aku langsung pulang ke kastil untuk beristirahat.
Ke esokan harinya, di pagi hari aku melakukan rutinitas olahraga sepeda seperti biasa, mengelilingi kota dengan menyapa rakyat-rakyat ku, dan setelah olahraga aku istirahat di warung kecil favoritku di pinggir sungai bawah jembatan. Warung ini sepi pengunjung, hanya beberapa orang saja yang tahu warung ini, salah satunya diriku.
Aku sudah langganan dengan pemilik warung kecil ini sejak aku masih menjadi Pangeran, dan pemilik warung kecil ini bernama Pak Douwan. Awal aku tahu tentang warung ini ada di bawah jembatan aku sedikit terkejut karena posisi nya di bawah jembatan. Aku sudah sering menanyakan nya, kenapa beliau tidak mau pindah dari bawah jembatan, tapi beliau selalu menjawab hal yang sama jika beliau sudah nyaman berada di sini dan juga sudah terbiasa dengan orang yang dia temui di bawah jembatan.
Memang sih, tak salah jika beliau menjawabnya dengan jawaban yang selalu sama, karena aku pernah bertemu dengan pelanggan lain dan aku sedikit terkejut karena pelanggan nya adalah salah satu orang dari keluarga konglomerat. Yah, tidak salah jika beliau nyaman di bawah jembatan, karena saat aku mengetahui pelanggannya yang sering mengunjunginya semua rata-rata dari keluarga Bangsawan dan Konglomerat.
Ya, memang nyaman juga di bawah sini, karena tidak ramai dan bisa menikmati waktu untuk sendiri tanpa harus ada oang-orang yang meminta foto, hanya ada suara mobil yang berlalu-lalang di atas jembatan tapi itu tidak terlalu bising, dan suara air sungai yang melintas di bawah jembatan.
Sesudah nya aku dari situ, aku kembali ke istana untuk kembali bekerja, saat di perjalan pulang aku tidak mengayuh sepedaku, aku memilih jalan kaki dengan mendorong sepedaku. Walaupun aku mendorong sepedaku tapi aku mengambil jalan seperti gang-gang kecil yang berada di belakang banguna atau gedung untuk menghindari Paparazzi.
Saat aku berjalan di gang-gang kecil sambil bernyanyi irama dari mulutku dan melihat kearah atas tiba-tiba aku menabrak seseorang.
"Aduh!" ucapku saat bertabrakan "Hey hati-hati dalam berjalan tolong perhatikan langkahmu…".
"Ah iya… maaf-maaf saya sedang terburu-buru" ucap orang misterius itu dengan lembut.
Aku sedikit terkejut karena suaranya yang lembut dan ternyata dia itu seorang wanita. Dia memakai jubah coklat gelap dengan kupluk di kepalanya sehingga seluruh tubuhnya tertutup yang dimana hanya memperlihatkan wajahnya, tapi walaupun wajahnya terlihat aku masih tidak bisa melihatnya karena posisinya yang menunduk
Belum sempat kutanya dia langsung pergi dengan cepat, ingin ku kejar tapi aku tahu aku juga ada urusan di Istana ku, jadi aku langsung jalan saja tanpa memikirkannya lagi
Sesampainya di Istana aku langsung mandi dan mengganti baju ke seragam seorang Raja. Setelah mengganti pakaian aku langsung masuk ke ruang kerjaku untuk melanjutkan kerjaan ku, mulai dari permasalahan-permasalahan yang di berikan dari penasihatku dan juga pekerjaan-pekerjaan Raja lain nya seperti meeting secara daring, melihat survei dari masyarakat dan lain-lain.
Jam demi jam aku lewati, semua pekerjaan sudah ku selesaikan dan kini saat nya aku tinggal santai-santai. Melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 4:30 aku langsung berdiri dari kursi ku untuk bersiap-siap ke acara ulang tahun nya Raja Hanzel. Aku langsung berjalan dengan cepat ke garasi istana mengambil mobilku dan pulang ke kastil untuk mandi dan mengganti baju ku lagi, gila padahal aku sudah mandi tadi tapi tidak apa-apa karena ini demi ke bersihan, tap ikan terlalu bersih juga tidak baik, ah tidak tahu lah.
Sesampai nya di kastil, aku langsung beranjak ke kamar dan melepas pakaian dan langsung memasuki kamar mandi untuk mandi yang kedua kalinya dalam jangka waktu yang dekat. Setelah mandi aku langsung memilih pakaian yang cocok untuk pergi ke acara ulang tahun Raja Hanzel. Aku memilih pakaian favoritku yaitu seragam Raja warna hitam dengan jubah merah serta aksesoris perak.
Setelah memilih pakaian dan melihat jam dinding lagi, aku melihat jam sudah menunjukan ke arah pukul 5. Saat melihat itu aku langsung memakai sepatu dan berlari ke garasi untuk pergi ke acara ulang tahun.
"Ah sial…sial! Aku bisa telat ini!" ucap aku dengan tergesa-gesa berlari ke garasi.
Sesampai nya di garasi aku langsung masuk ke dalam mobil ku dan langsung tancap gas ke pangkalan Angkatan udara.
Saat di perjalanan tiba-tiba aku di kawal oleh polisi, dia tahu aku mau kemana, maka dari itu saat motornya berada di samping mobilku dalam kecepatan tinggi, dia langsung memberikan gestur tangan seakan mengarahkannya ke pangkalan Angkatan udara. Selama perjalanan ke pangkalan aku di kawal oleh dia dengan kecepatan tinggi dan sesampainya di perbatasan Angkatan udara, dia langsung memberi gestur tangan selamat jalan dan pergi ke jalan putar balik untuk kembali patrol di kota.
Dengan cepat aku langsung memarkir kan mobil ku di tengah-tengah pangkalan dan memberi kan kunci mobilnya ke salah satu kesatria di sana untuk memarkir kan mobil ku di tempat yang aman. Aku melihat pesawat ku sudah siap, tinggal lepas landas saja.
Aku memasuki pesawat ku dan langsung duduk, begitupun dengan pilot yang mengatakan bahwa kita akan langsung berangkat.
"Kita akan langsung berangkat yang mulia" ucap sang pilot melalui speaker
"Iya, langsung lepas landas saja" ucap aku dengan tenang setelah duduk di kursi pesawat.
Setelah itu pesawat langsung lepas landas serta terbang dengan kecepatan tinggi, aku bisa merasakan pesawat ini terbang dengan kencang nya karena aku bisa melihat nya dari jendela dan juga aku merasakan tekanan G-force yang lumayan terasa. Perjalanan dari kerajaan ku sampai kerajaan temanku si Raja Hanzel hanya memakan waktu 25 menit, itu pun karena pesawat ku yang terbang dengan kecepatan tinggi walau sebenarnya durasi perjalanan ke kerajaan Hanzel itu selama 45 menit.
Setelah perjalanan yang cepat, kota dari kerajaan Raja Hanzel sudah terlihat, nama kerajaan nya kalau tidak salah itu namanya kerajaan Altuzoa. Setelah mendarat di pangkalan Angkatan udara nya, aku langsung di jemput oleh mobil yang sudah di siapkan, sepertinya aku membuat supir dari mobil ini jengkel karena aku yang datang nya sedikit telat bisa di bilang, aku tahu karena aku bisa lihat dari mukanya, maafkan saya pak supir jika saya telat.
Aku melihat jam tangan ku, arah jam nya duah menunjukan pukul 5:30, sepertinya aku hanya telat 30 menit, sepertinya. Akhirnya sampai lah aku di istana nya, tak pakai lama aku langsung keluar dari mobil, tapi aku tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada supir yang sudah sedia menunggu lama kedatangan ku di pangkalan. Saat di dalam aku langsung memasuki meja registrasi dan langsung menanda tangani kehadiran diriku di daftar nama tamu yang sudah di sediakan. Setelah itu aku langsung masuk ke dalam dan di sana aku sudah melihat banyak tamu-tamu dari berbagai kerajaan.
Ada Raja atau Ratu yang langsung menyapa ku, serta aku juga menyapa kembali kepada mereka. Berapa menit kemudia Raja Hanzel keluar dan langsung menyapa serta sambutan kepada para tamu dari atas mimbar, selang beberapa waktu setelah sambutan kue ulang tahun nya yang besar datang dari balik tirai, setelah itu kami semua berkumpul mengelilingi Raja Hanzel yang akan meniup lilin nya dan seperti biasanya orang jika ulang tahun, dia akan berdoa untuk keinginan nya di kabulkan sesaat. Setelah meniup lilin nyam aka acara di lanjut dengan makan-makan kue ulang tahunnya, di saat aku sedang memakann nya di salah satu meja tiba-tiba Hanzel mendekati ku.
"Hei Damian!" panggil Hanzel.
"Oh hai…" sambil batuk-batuk karena tersedak kue.
"Maaf-maaf, nih minum lah" Hanzel memberikan air minum ke padauk.
"Terima kasih, tolong lah jangan mengejutkan ku saat lagi makan" mengambil air dan meminum nya.
"yasudah maaf, ga lagi deh" ketawa sedikit.
"iya-iya," masih meminum air yang di berikan, "Jadi gimana? Apakah semua tamu yang kau undang datang? Kau kan paling suka jika semua nya datang, dasar Perfectsionist" tanya aku.
"Tahu saja kamu jika aku seperti itu, hahaha. Yah, ada beberapa yang tidak bisa ikut karena urusan mereka" jawab Hanzel.
"Memang nya siapa saja yang tidak hadir?" tanya lagi aku.
"hmm… ada Raja dari kerajaan Althizianida, terus ada Kaisar dari kekaisaran Gaiotella, terus ada Ratu dari kerajaan Testorovik dan yang terakhir kalau tidak salah itu ada Raja dari kerajaan Astratorian, tapi katanya dia akan di gantikan kehadiran nya oleh adik nya, tapi aku tidak tahu juga, soalnya belum ada kabar dari registrasi kalo adik nya sudah datang atau belum" jawab Hanzel dengan sedikit kecewa.
"Apa? Althizianida? Gila… itu sangat jauh dari sini, itu kan ada di benua sebelah!" aku kaget saat mendengar itu, "kau mengundang nya? Memang teman ku yang paling gila kau ini Hanzel".
"Hehehe, habis aku tidak tahu ingin mengundang siapa lagi".
"Oh iya Han, tapi dengar-dengar katanya kerajaan Althizianida baru saja ganti sang pemegang takhta, itu benar?" tanya aku dengan penasaran.
"Entahlah, mungkin saja iya karena itu beritanya masih abu-abu dan mungkin itu juga alasan kenapa mereka tidak hadir di sini". Jawab Hanzel dengan santai.
"Iya juga sih bisa jadi, kalo ganti pemegang takhta kira-kira siapa yah yang menggantikan nya?" ucap aku.
"Entah, tapi dengar-dengar katanya sih saudari jauh nya yang menggantikan nya" ucap Hanzel.
"Hmmm…" seketika aku kebelet buang air kecil, "Aduh, aku tinggal dulu yah, akum au buang air kecil, dimana toilet nya?".
"Toilet nya itu, kau harus lewati Lorong itu sampai mentok terus ke kiri dan lurus terus setelah itu ada pertigaan dan ambil yang kanan dan ke kanan lagi maka disitulah toilet" jawab Hanzel dengan menunjukan arah-arah nya.
"Gila, yasudahlah aku sudah kebelet" setelah itu aku langsung jalan dengan cepat menuju toilet yang sudah di arahkan oleh Hanzel.
Sesampai nya di toilet aku langsung lega, walau tadi saat perjalanan ku sini tadi aku salah arah saat di pertigaan lorong. Sesudah buang air kecil, aku keluar dari toilet dan ingin kembali ke aula, seketika ponsel ku berdering dan ternyata itu notifikasi dari penasihat ku jika malam ini ada beberapa kiriman paket seperti biasa. Dan saat aku membalas pesan nya sambil berjalan, aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita.
"Oh maaf-maaf saya tidak melihat anda" ucap aku.
"Tidak apa-apa, saya juga tidak melihat anda" jawab wanita itu.
Entah apa yang aku lihat, aku melihat ada wanita cantik dengan mahkota di kepala nya dan dia berada di depan ku saat ini, aku terdiam sejenak karena kecantikan nya.
"Halo… hai…" Wanita itu memanggilku.
"Oh iya… H-Hai…" aku berusaha kembali untuk fokus, "Ah anu… apakah anda Ratu, putri atau…".
"Permaisuri…" dia menjawab ku dengan cepat.
"Oh… berarti anda istri Kaisar?" tanya aku.
"Tidak, aku belum menikah, aku masih sendiri" jawab dia.
"Jadi anda memimpin sendiri, begitu?"
"Ya, begitu lah" jawab dia dengan memiringkan kepalanya.
"Oh begitu, dan kalau boleh tahu, nama anda siapa?" tanya aku dengan malu.
"Yuna… Yuna Sunnaya".
Dan di saat itulah, semuanya di mulai.