webnovel

Mati Satu Tumbuh Seribu

"ANJ****NG" Teriak imam kencang dengan wajah tertutup bantal.

Potongan-potongan gambar dari peristiwa yang tadi imam alami bersama Viny kembali membayang. Bagaimana bisa imam kena jebakannya. Harus nya imam tau dia udah punya pacar. Harusnya imam ga baper sama Viny. Harusnya imam ga main hati.

"SH*T!!!" Teriak imam lagi.

Kali ini bantal yang imam gunakan untuk menutupi wajah, imam lemparkan ke tembok.

Tapi anehnya bantal itu tertahan dan tetap melayang sebelum tepat di depan tembok kamar. Mata imam melotot heran menyaksikan hal ganjil itu.

"Jangan bilang ada setan di kamar imam, imam bantai pokoknya" Kata imam dengan hati kesal.

Tiba-tiba muncul sosok Sekar yang sedang menahan bantal tersebut. Hati imam sedikit lega.

"Aura Kang Mas merah sekali, sedang marah?" Tanya Sekar dengan polos.

imam Cuma bisa menjambak rambut imam sendiri mendengar pertanyaan polosnya. Memangnya dia ga bisa bedain tampang orang yang sedang kesal dengan orang yang baru menang undian? Tanya imam dalam hati.

imam kembali beristighfar dan mengelus-elus dada imam. Mencoba menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Setelah sedikit lebih tenang, imam meninggalkan Sekar untuk mengambil segelas teh panas untuk di bawa ke kamar.

"Kang Mas, apakah dirimu sudah siap untuk bertemu Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara?" Tanya Sekar sambil duduk di atas kasur.

imam yang duduk di atas bangku belajar, meliriknya sesaat sambil meniup-niupkan uap panas dari minuman yang saat ini imam genggam. Dengan hati-hati imam minum sedikit air teh yang ada di dalam gelas.

"Kapan, besok saja kalau mau. sekalian kita bikin perhitungan dengan Kuntilanak Merah penghuni Aula" Celetuk imam.

Sekar mengernyitkan dahinya dan menatap imam heran.

"Kang Mas tidak boleh sembarangan berurusan dengan mahluk sepertinya, ilmunya cukup tinggi meski masih sedikit ada di bawah ku, lagipula kau masih belum siap dalam waktu dekat" Jelas Sekar.

"imam lagi pengen makan orang soalnya" Kata imam pelan, mungkin Sekar tak mendengarnya.

"Beristighfarlah, Kang Mas tiap kali hati mu di butakan oleh amarah" Nasihat Sekar.

Tiba-tiba Hp imam berbunyi tapi imam malas untuk membukanya. Paling-paling dari Viny. Dari tadi dia WA beberapa kali meminta maaf. Tak satupun yang imam kirim sebagai balasan. Sempat terlintas fikiran untuk mem'blok' kontaknya. Tapi imam khawatir dia akan menilai imam sebagai laki-laki yang lebay. Mati satu tumbuh seribu, Mam. Cewe manapun bisa lu pacarin kalau lu nya mau. Asal jangan Riri sama Teh Yuyun aja.

Benak imam kembali memikirkan ucapan Sekar tentang Ki Sabdo. Seperti apa yang tampang Penjaga Gerbang Utara yang kata Sekar ada hubungan kerabat dengan Kakek Moyang imam. Apapula yang akan ia sampaikan nanti pada saat imam menemuinya. Kenapa sesudah imam menyaksikan pemandangan yang membuat hati imam panas tadi siang, imam kali ini pun harus menanti untuk melihat sosok salah satu penguasa gaib.

"Mudah-mudahan sosoknya ga nyeremin" Batin imam dalam hati.

Malam harinya, imam mengajak Rio untuk Hang Out di salah satu toko retail yang memang menyediakan tempat nongkrong untuk anak muda. Sayangnya semua tokonya sudah tutup.

Beberapa tempat duduk sudah ramai dengan muda mudi yang saling asyik ngobrol. imam sama Rio yang datang berdua untungnya masih kebagian tempat. Beberapa pasang mata terasa memperhatikan kami yang sudah mulai menikmati rokok masing-masing. Rio sempat masuk ke dalam toko lalu kembali dengan beberapa makanan kecil dan minuman ringan.

"Lu serius si Viny udah punya cowo, Men?" Tanya Rio.

imam memang sempat menceritakan kejadian antara imam dan Vny di dalam mobil ayahnya Rio.

Saking lebaynya dia bahkan sempat merapatkan mobilnya ke pinggir jalan, lalu menyuruh imam untuk menceritakannya semua.

imam menghembuskan nafas imam yang berisi asap rokok ke atas.

"Setau aku, dia itu jomblo dan naksir lu, Men" Kata Rio setelah meminum minumannya.

"Udah lah, males imam dengernya klo lu ngobrolin dia mulu. Lu imam ajak kesini buat nemenin cuci mata" Ucap imam dengan nada malas.

"Mam, arah jam 3 cakep tuh" Seru Rio sambil melirik ke arah yang ia maksud.

Mata imam tertuju ke seorang cewe berjilbab biru berbunga-bunga yang nampak sedang ngobrol dengan teman sejenisnya. imam harus akui selera si Kambing memang mantap. Cewe itu cantik dengan wajah putih dan berhidung mancung serta bibir tipis. Dagunya yang sedikit panjang semakin memperindah wajahnya.

"Taruhan, kalo imam bisa dapet no HP nya lu traktir imam seminggu disini, kalo ga dapet ya sebaliknya imam yang traktir lu." Kata imam setelah mendapat ide cemerlang barusan.

Rio mengerutkan dahinya seperti berfikir keras.

"Tapi jangan lebih dari 20 ribu yah traktirnya" Jawaban Rio sontak membuat imam tertawa keras.

Beberapa orang terlihat menoleh ke arah kami, bahkan gadis itu juga. imam langsung menghentikan tawa dan memberinya senyuman andalan imam. Dia membalasnya, bagi imam kode pertama sudah di terima dan di balas dengan reaksi sempurna.

Setelah setuju dengan permintaan Rio, imam pun berjalan pelan menghampiri tempat duduk si cewe berjilbab biru. Sengaja posisi imam membelakangi Rio, supaya dia tidak bisa melihat tindakan yang akan imam lakukan ini.

"Hai, maaf ganggu. Kamu Laras anak SMUN..Depok, kan?" Tanya imam disertai senyuman..

Si cewe berjilbab biru melihat imam sesaat dan mengalihkan pandangannya ke kedua teman duduknya.

"Siapa, aku?" Katanya sambil menunjuk diirinya sendiri, seakan meyakinkan bahwa memang ia lah orang yang imam maksud.

imam mengangguk lalu tersenyum.

"Koq kamu tahu aku sekolah di sana, tapi namaku bukan Laras. Ada Laras anak 11 3, aku 11 1" Jawabnya menerangkan.

"Yes, tebakan imam berhasil" Ucap imam dalam hati.

"Terus imam bisa minta tolong ga?" Pinta imam

Si cewe berjilbab biru yang masih belum menyebutkan namanya itu kembali memandangi kedua temannya yang sudah mulai saling berbalas senyum, sepertinya dia meminta persetujuan mereka.

"Boleh, mau minta tolong apaan?" Jawabnya meluluskan permintaan imam.

"Duduk aja dulu, jangan berdiri terus nanti makin tinggi loh" Ledek salah satu temannya.

imam mengangguk lalu menarik sebuah bangku besi yag ada di samping untuk duduk.

"Jadi gini, eh nama kamu siapa?" Tanya imam langsung to the point.

"Tasya" Jawabnya singkat.

Salah satu temannya berdehem seperti memberi kode.

"Jadi gini, Sya. imam itu sama Laras satu sekolah di SMP, nah minggu depan ada reuni akbar di SMP kita, sayangnya imam lost Contact sama dia, mau ke sekolah lu imam males, jadi imam minta tolong lu supaya bilang ke Laras untuk menghubungi imam" Kata imam panjang lebar.

Tasya yang mulai terjerat umpan modus imam, cuma mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tapi, imam gak tau nomor lu, yah. Susah juga jadinya" Kata imam sambil garuk-garuk kepala layaknya orang bingung.

"Kamu catet aja no aku. Nanti aku hubungi Laras trus kasih no hp nya ke kamu, aku ga punya nomer hp Laras soalnya" Jawaban Tasya terasa seperti desiran angin lembut bagi imam.

"Oh ya udah, gitu juga boleh. Tapi, Hp imam lagi di cas disana, di catet di tangan imam aja yah Nomernya" Kata imam sambil mengulurkan tangan.

Tasya membuka tasnya sebentar dan mengeluarkan sebuah pulpen.

Diatas telapak tangan kanan imam, dia mulai menulis tiap angka dari nomor hp nya.

"Oke, makasih banyak ya, Sya. Btw, nama aku Imam. Nanti imam coba miss call yah" Ucap imam sambil mengulurkan tangan ke arahnya.

Kedua teman Tasya kelihatan menahan tawa mereka.

Tak berapa lama kemudian, imam kembali ke bangku imam sama Rio.

"Gimana, ga dapet kan lu nomornya?" Tanya Rio setengah meledek.

imam menggelengkan kepala lalu mengambil Hp yang sedang di cas.

"Yes, baru kali ini imam menang taruhan dari lu, Men. Tau gitu, tadi ga usah di batesin 20 ribu aja yah" Ucap nya lagi.

imam memasukkan nomer hp milik Tasya dan memberinya sebuah Missed Call. Dari arah Tasya, imam lihat dia sedang mengambil Hp nya yang berbunyi. Matanya nampak melihat ke samping kiri dan kanan. Saat bertemu mata dengan imam, dia menunjuk-nunjuk ke arah hp nya. imam mengangguk kan kepala sambil mengacungkan jempol.

"Kambing, imam di kibulin. Kata nya lu ga dapet nomernya" Kata Rio berusaha menoyor kepala imam namun berhasil imam hindari.

"Rezeki anak soleh nan ganteng, Boskuhh" Jawab imam santai.

Lalu imam menengadahkan tangan ke depan Rio. Selembar uang pecahan 20 ribuan ia keluarkan dengan sangat terpaksa sepertinya..

imam membeli sebungkus rokok dari uangnya Rio. Senang nya hati imam klo bisa begini terus. Jajan tapi ga usah memakai uang sendiri, siapa yang ga seneng coba?

Saat imam berniat membuka pintu toko dari dalam hendak keluar, tatapan imam membentur ke seorang wanita yang saat itu terlihat sedang berdiri mematung di belakang Tasya. Anehnya, Tasya dan teman-temannya tetap asyik bersenda gurau, seperti tidak menyadari kehadiran sosok tersebut. imam lekas duduk kembali berhadapan dengan Rio, sambil sesekali mencuri pandang ke sosok itu. imam ambil hp dan mengirimkan sebuah pesan via WA ke nomer Tasya.

"Ada cewe aneh berdiri pas banget di belakang lu, Sya? Pesan imam terkirim.

Dua buah tanda centang berubah menjadi biru. imam lihat Tasya menengok ke belakang.

"Njirr, Dia malah ngedeketin mukanya " Seru imam saat melihat jarak wajah Tasya sangat dekat dengan sosok aneh tersebut.

"Lu gila ya, Men. Ngomong sendirian?" Celetuk Rio dengan tatapan heran.

imam tidak memberinya jawaban apapun. Sebuah pesan WA masuk ke HP imam dan langsung imam buka.

"Mana, ga ada siapa2. Kamu ngerjain aku yah?" Kata Tasya lewat WA.

imam mencoba mengetik sebuah balasan, tiba-tiba hidung imam menagkap bau anyir darah dari jarak yang dekat. Saat imam menoleh kembali ke arah Tasya, ternyata sosok itu sudah tepat berdiri di samping imam.

"HUAA!!!" Teriak imam sambil melompat dari kursi.

Beberapa pasang mata menatap aneh ke imam, termasuk Rio yang saat itu juga ikut berdiri. imam sama sekali tidak menghiraukan mereka. Mata imam tertumpu pada sosok perempuan berpakaian kumal dan penuh sobekan disana-sini. Yang paling membuat imam kaget adalah wajahnya yang tersisa hanya sebagian, yang sebagian lagi sudah berupa tengkorak.

"Sekar, tolong." Kata imam berbisik.

Tenggorokan imam seperti kering tanpa sebab begitu melihat sosok menakutkan itu mencoba menggapai pakaian imam.

Tiba-tiba sosok itu beringsut mundur menjauh dari imam lalu perlahan-lahan menghilang. Ternyata Sekar sudah ada di samping imam. Karena saking takutnya, bau harum bunga kenanga yang merupakan pertanda ia muncul tidak imam sadari sebelumnya.

"Lu kenapa sih, Mam. Aneh banget teriak ga jelas. Bikin malu imam aja lu aah." Ejek Rio begitu imam sudah kembali duduk di hadapannya.

imam masih terdiam membayangkan sosok yang muncul tadi. Sekar yang masih berdiri langsung duduk di atas tenda tempat kami nongkrong.

"Yang barusan itu hantu?" Tanya imam dalam hati sambil berpura-pura membuka HP.

"Bukan, itu adalah jin penjaga seseorang yang sudah meninggal, sepertinya dia mempunyai hubungan dengan gadis dengan tutup kepala berwarna biru itu" Jawab Sekar sambil menatap ke arah Tasya.

imam belum mengerti benar akan jawabannya. bagi imam yang terpenting saat ini adalah pulang ke rumah, dimana imam akan merasa jauh lebih aman.

"Sudah ku bilang tempo hari, Kang Mas. Kau harus terbiasa dengan berbagai bentuk mahluk halus sepertiku" Ujar Sekar lagi.

imam mengangguk faham, tapi sebagian hati kecil imam seakan menolak kalimatnya barusan.

Nächstes Kapitel