webnovel

Aura

 Bel istirahat membolehkan kami untuk keluar dari kelas. imam bersama keempat teman baiknya langsung ke tempat biasa kami berlima nongkrong di kantin. Masing-masing temen imam sudah memesan.

 "Abang ganteng mo pesen apa, biar rio yang pesenin sekalian" Tanya Rio ke imam sambil mengedipkan mata beberapa kali.

 imam yang memang dari awal keluar kelas berubah pendiam, hanya menanggapi dengan senyuman getir.

 "Jaaelah, lagi cool amat bang ganteng. Harusnya yang BT itu Rio yang habis dapet Tanda Tangan spesial dari Bu Irma di pipinya tadi" Timpal Joni.

 Rendi dan Mail menyambut gurauan Joni dengan tertawa. Rio yang hanya bisa tersenyum kecut langsung pergi menuju meja pesanan kantin.

 "Men, lu ngerasain kita lagi di lihatin sama orang ga sih?" Tanya imam tiba-tiba.

 Perhatian Joni, Rendi dan Mail pun teralihkan. Mereka menyusuri pandangannya ke setiap sudut kantin.

 "Iya, Mam. Bener kata lu, tapi perasaan ku mereka lihatin nya ke arah lu dah, bukan ke kita pada" Sahut Rendi. Mail mengiyakan perkataannya.

 Beberapa pasang mata memang menatap ke arah kami.

 Tiba-tiba semilir angin berbau harum bunga kenanga melintasi imam. Saat imam menoleh, Sekar ternyata sudah duduk manis di sebelah imam.

 "Darimana aja baru dateng?" Tanya imam dengan wajah cemberut.

 "Kang mas, merajuk?" Tanya Sekar sambil tertawa kecil.

 Nih Jin baru kenal sebentar udah songong. Batin imam.

 "Lu ngomong ama siapa?" Pertanyaan Rio sedikit membuat imam kaget. Ditambah melihat wajahnya yang sekilas nampak di manis-maniskan. Najis banget nih sepupu imam kelakuannya.

 "Ehh, anu. Nyokap imam barusan video call" Jawab imam beralasan.

 imam lupa Sekar tidak terlihat bagi mereka.Lalu berpura-pura kembali dalam posisi seperti sedang menerima telepon. imam berdiri dan berjalan agak menjauh. Sekar dengan santai mengikuti imam berjalan.

 "Kau merasakan hari ini ada yang aneh di diriku? Hampir semua orang menatap ku" Tanya imam pada Sekar. Lagi-lagi pertanyaan imam di jawab dengan senyuman.

 "Jangan senyam senyum aja, aku berasa risih di liatin terus oleh orang-orang di sekitar, SEKAR KENCANA" Kata imam.

 Sengaja imam beri peningkatan intonasi suara di namanya.

 

 Jin wanita yang barusan imam sebut nama nya dengan lengkap itu malah tertawa terbahak-bahak. imam langsung BT melihatnya yang masih mencoba menahan tawanya.

 "Duduk dulu, Kang Mas" Katanya sambil menunjuk ke sebuah bangku yang ada dekat imam.

 Rio sempat memanggil imam namun imam jawab dengan mengacungkan hp. Masih dengan gelagat seperti orang yang sedang menerima telepon, imam duduk di sebelah Sekar.

 "Semua berasal dari aura tasbih milik suamiku, Jagat Tirta yang ada di bahu mu sekarang Kang Mas" Tutur Sekar.

 imam yang tidak mengerti akan apa yang dia ucapkan barusan hanya bisa memberinya sebuah tatapan penuh tanda tanya.

 "Aku tahu betul tasbih tersebut, kekuatannya sangat tinggi karena berasal langsung dari Tanah Suci. Di tambah, tasbih itu memang yang selalu menemani dzikir mendiang suami ku" Jelas Sekar ke imam.

 Tatapan imam yang masih belum faham betul akan penjelasan Sekar seakan memintanya untuk bercerita lebih jauh. Sekar mendengus sebal, lalu menarik wajah imam hingga menghadap langsung ke wajahnya.

 Lagi-lagi jantung imam berdegup kencang saat menatap wajah cantik nan ayu yang saat ini berada hanya berjarak sejengkal.

 "Manusia yang ditubuhnya telah tertanam benda gaib dengan aura yang kuat, maka aura manusia itu pun akan terpancar dan sampai ke orang lain" Jelasnya lagi, lalu membuang wajah imam hingga kembali menjauh.

 "Seperti ini saja, jika orang itu berwajah kurang tampan tapi saat aura nya bersatu dengan aura benda gaib yang jauh lebih kuat, maka orang lain yang melihat akan langsung tertarik dengan auranya. Kurang lebih seperti itu, kang mas. Tapi semua tergantung hatinya dan darimana benda tersebut berasal. Makin bersih hatinya, maka akan makin menarik pula aura yang keluar" Kata Sekar menutup penjelasannya.

 "Seperti Susuk?" Tanya imam singkat.

 Sekar mengangguk pelan. imam pun melakukan hal yang sama. imam yang masih sangat awam dengan urusan mistis seperti ini butuh beberapa waktu untuk memahami. Lalu, pembicaraan imam dengan Sekar terhenti karena Rio terlihat memberi kode untuk kembali ke kelas.

 Di dalam kelas, Perut imam terasa perih. Beberapa kali Rio tertawa saat mendengar suara KRUCUK KRUCUK yang keluar dari perut imam.

 "Makanya, klo udah di kasih waktu buat ngisi perut pas jam istirahat, makan Men. Lambung lu kan ada dua" Guyon Rio sambil menyikut lengan imam.

 imam tak meladeni candaannya karena mulai merasakan perih yang makin menjadi.

 "imam mo izin dulu men, mumpung guru nya santai yang sekarang mah" Kata imam dengan muka meringis.

"Aku anter ya men. Otak ku juga lagi males banget nih buat di ajak belajar Bahasa Inggris" Sahut Rio.

 "Terserah lu dah" Jawab imam singkat.

 Lalu, imam dan Rio berjalan meninggalkan bangku kami menuju meja guru. Kebetulan yang mengajar Pak Anwar, salah satu guru yang paling selow. Tanpa banyak komentar, guru imam itu mempersilakan kami untuk meminta obat maag di UKS.

 "Men, lu tolongin aku minta obat maag di UKS yaa. aku mau ke kantin beli makanan kecil." Pinta imam ke Rio.

 "Siap, Bosskuh. Tapi lu jangan langsung masuk kelas ya. Temenin dulu ke gudang belakang, biasa Men, smoking-smoking dulu kita" Katanya sambil menunjukkan 2 batang rokok Mild yang terselip di saku seragam.

 "Pe'a juga lu. aku lagi sakit begini sempet-sempetnya ngajak ngerokok. Males" Jawab imam seraya meninggalkannya menuju kantin.

 "Ya udah, ntar sore aja ya men. Kita mampir ke warung Teh Yuyun" Teriak Rio dari belakang. imam tak menggubris teriakkannya.

 Sepulangnya kami dari sekolah, Rio sengaja membawakan tas imam. Alasannya karena tidak tega sama imam yang masih sakit. imam tahu padahal, dia takut imam ga ikut nongkrong di warung Teh Yuyun.

 Rio tahu juga kalau sakit maag imam sudah baikan. Emang tuh kambing ada aja akalnya. imam lihat, ketiga teman imam yang lain sudah siap, mereka menunggu di tempat parkir. Rio meminta Joni membawa motor imam dan imam memboncengnya di belakang.

 Lalu, kami berlima pun melajukan motor kami menuju tempat biasa kami menghabiskan berbatang rokok. Sekar saat ini masih belum juga kelihatan. Entah kemana jin perempuan yang sudah berjanji untuk selalu menjaga imam itu perginya. Mungkin sama seperti yang sebelumnya, dia kembali ke alamnya untuk menemui Kakek Moyang imam.

 "Teh, bikinin kopi susu 2 yah" Kata Rio Sambil meletakkan helm sportnya di atas meja warung Teh Yuyun.

 "aku teh tawar anget aja men" Ucap imam.

 Rendi, Joni dan Mail memesan juga minumannya. imam sempat melirik Teh Yuyun, yang juga sedang mencuri-curi pandang ke imam. Beberapa kali dia nampak melempar senyumnya. imam yang awalnya tidak merasakan kejanggalan apapun pada sikap wanita yang kira-kira berumur 30 tahunan itu mulai sedikit risih.

 "Ntar malem keluar yuk guys, kemana kek besok kan libur." Seru Joni dengan tiba-tiba.

 "Kerokan aja nyok di Inviz D'Mall" Ajak Rio. Dia memang menyebut keraokean dengan kerokan.

 "BL aja, udah lima kita ga main BL" Sahut Rendi.

 "Kalo BL ga ikut, haram banyak cabe nya" Gurau Mail sambil mencomot sepotong tahu goreng isi tauge.

 "Aku ga ikutan dulu ya men. Perut imam masih kurang enak nih" Timpal imam.

 "Kalo ga enak, jangan lu telen Mam, lepehin aja" Ejek Rio.

 "Ngehe lu." Kata imam sambil menendang kakinya dengan pelan.

 "Ini minumannya yah. Untuk Kang Imam yang ganteng belakangan yah, Teteh kehabisan stok Teh nya nih" Ucap Teh Yuyun sambil meletakkan beberapa gelas minuman pesanan kami. imam sempat kaget melihat Teh Yuyun mengedipkan matanya sebelum masuk lagi ke dalam warung nya.

 "Nambah lagi fans lu satu, Men" Ucap Rio yang sepertinya juga melihat perbuatan Teh Yuyun Barusan.

 imam tersenyum nyinyir mendengar candaannya. Tidak Tau mengapa, hari ini selera humor imam dari pagi mendadak lenyap. Tiba-tiba Sekar muncul dan melayang di samping Teh Yuyun yang sedang berjalan keluar dari warungnya sambil membawa teh hangat pesanan imam yang sedikit terlambat. Melihat Jin Penjaga imam yang saat ini melayang sejengkal dari tanah itu, masih terkadang membuat bulu kuduk imam berdiri sedikit. 

 Maklum lah, baru beberapa hari imam kenal dengannya. Sampai sekarang, kalau melihat Sekar muncul dengan tiba-tiba seperti barusan, imam masih suka kaget.

 Teh Yuyun yang masih berjalan sambil diikuti Sekar sejenak berhenti. imam lihat ia memegang tengkuknya dan menoleh ke kiri ke kanan, seperti sedang mencari sesuatu. Sementara Sekar memandanginya dengan tatapan tajam dari samping.

 "Kenapa berhenti, Teh? Si Imam nungguin minumannya tuh" Kata Rio yang membuat Teh Yuyun seperti tersadar dari lamunannya.

 Wanita yang berasal dari Bumi Parahiyangan itu memberi senyuman getir sambil meneruskan langkahnya yang terhenti.

 "Silakan di minum tehnya, Kang Imam. Teteh yakin setelah minum teh hangat buatan teh Yuyun mah, bakalan selalu teringat terus deh dengan teteh." Ucap Teh Yuyun seraya meletakkan minuman tersebut di depan imam. Sebelum pergi dengan genit wanita itu sempat mencolek dagu imam. 

 Pandangan mata temen-temen imam yang lain spontan melihat tingkah Teh Yuyun dengan tatapan mengherankan. imam juga berasa risih dengan perlakuannya barusan.

 Dengan berjalan berlenggak lenggok yang terkesan di buat-buat agar terlihat seksi, ia meninggalkan kami lalu berhenti tepat di depan pintu.

 "Kayaknya, Teh Yuyun juga kena dampak pesona lu Men" Ujar Joni dengan menoleh sesaat ke arah wanita yang ia maksud.

 imam hanya terdiam, pandangan mata imam tertumpu pada Sekar yang masih menatap Teh Yuyun dengan tajam.

 "Diminum donk, Kang. Koq malah bengong lietin teteh kayak gitu" Kata wanita itu dengan suara sedikit ia keraskan.

 imam yang agak terkejut, langsung mengambil minuman yang memang di sajikan untuk imam. Beberapa detik sebelum bibir imam menyentuh gelas putih berisi teh hangat, imam lihat Sekar mengayunkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah imam. Tiba-tiba gelas yang ada di genggaman imam terasa seperti di terjang angin kencang dan membuat gelas itu terlepas hingga hancur menghantam dinding warung.

 imam dan keempat teman imam sangat terkejut. Rio dan Joni malah sempat melompat menaiki meja. Rendi terlihat menutup kedua telinganya. Mail malah menutupi kepalanya dengan kedua tangan. Sementara, Teh Yuyun masih berdiri menatap imam dengan tatapan nanar.

 "Air minum yang ada dalam gelasmu sudah di kotori oleh imu pelet wanita tengik ini, Kang Mas" Ucap Sekar.

 Sisa rasa terkejut yang masih imam rasakan akibat insiden aneh barusan, bertambah setelah mendengar ucapan Sekar. imam lemparkan pandangan ke Teh Yuyun, dia sempat menatap imam dengan tajam lalu masuk ke dalam warungnya sambil membanting pintu dengan kencang.

 "Boleh kah aku memberi wanita itu sedikit pelajaran, Kang Mas?" Tanya Sekar yang sudah berada di samping imam. Duduk diantara imam dan Rio.

 "Tidak usah sekarang Sekar, masih ada teman-temanku disini" Jawab imam dalam hati.

 "Lu sengaja lempar tuh gelas, Men?" Tanya Rio tiba-tiba sambil menggeser duduk nya ke dekat imam. Sekar langsung melayang berpindah tempat sebelum dirinya tersentuh oleh Rio.

 imam sempat memandangi teman-teman imam berusaha mencari alasan yang tepat.

 "Air tehnya terlalu panas. imam kaget makanya imam ga sengaja lemparin tuh gelas. Abisnya panas banget Men" Jawab imam lalu memunguti pecahan beling yang berserakan.

 "Ya, ga usah ke tembok juga lemparin tuh gelasnya Mam. Jantung imam hampir copot tadi" Ucap Joni sembari mengelus-elus dadanya.

 Akibat insiden tersebut, Teh Yuyun tidak keluar dari dalam warungnya hingga kami berlima pulang. Kata Rio mungkin wanita itu ngambek. Mungkin saja, tapi imam ga mau ambil pusing. imam hanya heran, kenapa wanita yang selama ini kenal baik dengan kami semua tiba-tiba berniat memelet imam. Ini pasti ada hubungann ya dengan Aura, tanpa Kasih yang sempat di katakan Sekar.

Nächstes Kapitel