20 Mei, Brazil Amerika Selatan Rio de janiero
Ditengah kerumunan pasar Oberon sedang melakukan pembauran dengan yang lain sekaligus membeli beberapa buah segar seperti apel, pear dan juga anggur
"mmppssdhhh Rio kota dimana banyak orang yang suka menari Samba dan akhirnya aku bisa ke negeri tropis juga"
Dirinya benar benar menikmati pemandangan dikota ini dimulai dari pasiran pantainya serta patung yesus yang sangat terkenal dibrazil, walaupun itu semua hanya bisa ia dinikmati saat dunia disinari matahari saja.
Saat malam hari, dirinya sedang berada ditengah hutan menuju Lab Rahasia D.E.M dibrazil walaupun tempat ini lebih tepat dibilang penjara dibandingkan markas.
Ketika jarak dirinya dari Lab sekitar 50 meter, datang 2 orang penjaga menggunakan seragam militer lengkap serta Gas Mask dan senjata bertipe Assault Rifle Scar-L.
"Selamat datang Tuan Jester, kami sudah menunggu kedatanganmu" ucap salah satu penjaga.
Setelah mendengarnya ia pun lanjut kembali berjalan didampingi kedua orang tersebut disisi kiri dan kanannya.
"jadi bagaimana kondisinya? " tanya Oberon/Jester kepada salah satu penjaga.
"kondisinya masih stabil kata profesor dan sama sekali tidak ada tanda tanda pemberontakan sama sekali dari 'The Sister' "
Oberon pun meliriknya sekilas orang yang menjawab pertanyaannya barusan kemudian kembali fokus kedepan pandangannya.
Kini dirinya telah sampai diSecret Lab dihutan belantara Amerika Selatan dengan bangunan berbentuk kubus dan terdiri beberapa lantai kebawah tanah agar tidak ada yang mencurigai dari atas permukaan tanah.
Setelah sampai, kedua penjaga itu membiarkan dirinya masuk kedalam dan mulai melakukan pemeriksaan identitas.
"scan selesai, selamat datang tuan Jester" ucap A.I
Kemudian ia pun memasuki sebuah lift menuju lantai paling yakni lantai 10.
"jadi bagaimana perkembangan? " tanya dirinya
"untuk perkembangan dia masih stabil, dia selalu kami berikan cairan untuk pengganti konsumsinya karena cukup berbahaya jika memberikan makanan secara langsung"
Setelah mendengar ucapan dari Staff disana, ia jadi mengerti mengapa 'The Sister' diikat diatas kursi baring dengan keadaan diikat oleh besi serta matanya yang ditutup tanpa mengenakan busana sama sekali, walaupun Oberon tahu The Sister atau Spirit yang bernama Nia ini hanyalah Spirit bertipekan Support
"begitu, ya sudah aku mau kalian pergi dan berikan aku privasi untuk berbicara kepadanya"
"Ta-tapi nanti bagaimana jika dia-"
Ketika mau menyela ucapannya, Oberon/Jester pun langsung menoleh ke arahnya
"Kau berani melawan?! " ancam Oberon/jester menatap sinis dari balik topengnya.
Pandangannya membuat Profesor tersebut merasakan hawa hawa membunuh disekitarnya seakan akan dirinya bisa terbunuh kapan saja dengan metode pembunuhan yang tidak wajar.
Dirinya pun menyuruh para Profesor lainnya beserta Staff disana untuk pergi memberikan privasi antara dirinya dan 'The Sister'
"hee... Sepertinya mereka benar benar pergi seperti ayam ya" ucap Nia
Seperti dugaannya, semua hal yang ia lakukan pasti akan direspon olehnya
"baguslah kupikir kau sedang tidur ketika aku baru masuk ke ruangan ini"
Kemudian Jester pun membuka ikatan besi dilengan dengan memencet tombol pengaturan Lab dan membantu membuka kepalanya dari penutup kepala yang dipasangkan oleh beberapa kabel berwarna biru.
"kau benar benar santai sekali ya anak muda" ucapnya walaupun penglihatannya masih terlihat buram.
"sayang sekali umur kita ini sama jadi tidak perlu kau keluarkan sikap seorang kakakmu itu" balas Jester dengan nada bicara yang datar.
Setelah penglihatannya sudah jelas, Nia melihat sesosok pria berjubah hitam dengan tudungnya serta topeng yang ia pakai
"Jester? " balasnya dengan nada bingung
"ya kau bisa memanggilku begitu sama seperti yang lainnya"
Setelah percakapan santai tadi, Nia pun mulai memasang wajah serius dan tatapan yang agak sinis
"jadi apa yang membawamu kemari jester? "
Jester pun tersenyum tipis dibalik topengnya dan kemudian membalasnya dengan nada bicara yang begitu santai "ya jika seseorang datang kepadamu pasti kau tahu bukan apa yang ingin aku mau darimu?"
"jika ini tentang First Spirit maaf saja aku tidak tahu menahu sama sekali" balas Nia dengan ekspresi jengkel
Dirinya merasa jengkel karena sebelum Jester, Isaac pun juga pernah menanyakan berkali kali sampai membuat dirinya mual karena mendengar pertanyaan yang sama berulang kali.
Setelah mendengar balasan Jester mulai tertawa dibalik topeng jesternya.
"MNNHAHAHAHAHAH!! ... "
Nia pun menjadi bingung dikarena tingkah lakunya sekarang ini
"HAHAHAHAHA.... haduhh kau pikir aku ini orang yang bucin seperti Isaac? hhhh... Ada ada saja" lanjut perkataan Oberon
"baiklah karena kau satu satunya orang yang berbeda dari kedua orang itu yang bertanya kepadaku, pertanyaanmu akan kujawab ya bisa dibilang karena rasa terimakasih karena kau sudah membiarkanku setengah bebas saat ini walaupun aku tidak tahu apa kau menatapku dengan tatapan mesum atau tidak dibalik topengmu itu"
Mendengarnya membuat Jester menahan tawanya seketika "Pffttt... Siapa juga yang tertarik sama perempuan berdada tepos sepertimu"
Setelah ucapan tersebut dilontarkan, Nia pun seketika menundukkan kepalanya kebawa meratapi dadanya yang tepos dengan penuh kekecewaan
"Hummnn... Kenapa aku terlahir rata sih... "
Karena dirinya tidak mau berlarut larut dalam percakapan yang absurd ini, Jester pun langsung menyelanya
"ah dah dah, aku kemari bukan berurusan tentang itu. Seperti yang kau tau sendiri memang benar aku kemari untuk menanyakanmu tentang Spirits tapi bukan yang pertama melainkan yang ketiga" ujar Oberon sembari memangkat ketiga jarinya kepada Nia
Nia terkejut jikalau Jester menanyakan tentang Spirit yang data datanya masih belum stabil diperusahaan D.E.M
"jika boleh tahu apa hubungannya dengan dirimu Jester? " tanya Nia
"ya bisa dibilang hanya masalah sepele dimata orang orang, tapi Masalah yang paling besar untuk diriku"
Atmosfer disekitar mereka mulai semakin dingin bukan dikarena A/C didalam ruangan tapi hawa hawa Pendendam dari dirinya
"karena Spirit itu sudah membunuh orangtuaku"
-To Be Continue-