webnovel

Chapter 9

"Tiba-tiba aku ingin pergi ke toilet" kata Kyo Seung sembari meraba handle mobil, ia berusaha untuk keluar dari mobil tanpa menunjukkan gerak-gerik panik atau terburu-buru. "Tunggu aku di sini, jangan tinggalkan aku"

Dengan perasaan panik dan resah yang tersembunyi, Kyo Seung berjalan kembali ke rumah Jang Sooya dan berencana memakai toiletnya sebentar. Dari jauh, Kyo Seung dapat merasakan Dae Joon sedang menatapnya dengan tatapan tajamnya, jadi ia mempercepat tempo berjalannya. Setelah ia masuk ke dalam kamar mandi di rumah Jang Sooya, Kyo Seung buru-buru melihat ke cermin. Ia membasuh wajahnya, lalu ia mencubit-cubit pipinya. "Bukan mimpi" batin Kyo Seung sembari melihat ke refleksi dirinya di cermin. "Dia bukan Dae Joon, dan aku yakin, Haeri juga pasti bukanlah 'Haeri' yang kukenal"

Suara melangkah terdengar dan terhenti di depan pintu kamar mandi. Kyo Seung mendengarnya, dan ia berusaha untuk tetap tenang dan mencari cara untuk memastikan bahwa kedua teman yang ada di sekitarnya itu benar adalah teman-temannya, dan bukan sebuah penyamaran.

Tok! Tok! Tok!, pintu kamar mandi diketuk.

Suara gadis terdengar dari balik pintu. "Kyo Seung, kau butuh berapa lama lagi di sana?"

Kyo Seung menatap tajam ke pintu kamar mandi. "Haeri? Kamu belum pulang?"

"Belum, tiba-tiba aku mau ke toilet"

"..." Kyo Seung terdiam sejenak, dan terlintas suatu ide di otaknya. Ia pun langsung membuka pintu kamar mandi. "Eh, bolehkah aku melihat isi buku harian yang tadi diberitahu oleh Dae Joon?"

"Buku...harian?"

"Iya, buku harian korban. Aku mau melihat isinya"

"Tetapi seharusnya aku tidak membawanya" ucap Haeri sembari meraba isi tas pinggangnya yang berwarna hitam. "Tidak ada"

"Aneh, padahal tadi aku melihat Dae Joon memberikannya padamu. Aku ingat jelas, kamu menyimpannya di tas ini"

"Tadi itu kapan?"

"Sebelum kita mengejar orang bertopeng pantomim itu, aku melihatnya"

Haeri memiringkan kepalanya. Dari belakang Haeri, Dae Joon muncul entah dari mana, yang di mana hal itu membuat Kyo Seung sedikit terkejut. Haeri melirik ke Dae Joon, ia mengangkat pundaknya. "Mungkin kamu hanya berhalusinasi"

"Tidak! Aku tidak berhalusinasi"

"Sudahi kenaifanmu itu, Park Kyo Seung. Kamu tidak melihat apa pun saat itu" ujar Dae Joon, sepertinya ia sudah mendengar secara lengkap perbincangan Kyo Seung dan Haeri sejak awal.

Kyo Seung mulai bersikeras, "Aku melihatnya(?), sungguh!". Kyo Seung terus memberikan perhatian ke gerak-gerik kedua "temannya" itu.

Kyo Seung sempat khawatir dengan rencananya yang kemungkinan besar akan gagal, namun ternyata Haeri mengeluarkan sebuah buku harian dari dalam tas selempangnya. "Aku menemukannya! He he, maaf" ucap Haeri dengan wajah tercengir.

"Terima kasih" Kyo Seung menerima buku harian yang disodorkan Haeri, lalu ia melihat isi buku harian tersebut. Ia mulai memikirkan hal-hal random yang akan ia katakan. "Aku ingin melihat lagi foto burung Pingai yang berwarna merah muda di buku ini"

Sesuai dugaan Kyo Seung, foto burung Pingai berwarna merah muda terselip di buku harian tersebut. "Aku sudah tahu sekarang"

Dengan cepat, Kyo Seung langsung mengeluarkan pistol dari saku utility belt-nya. "Kalian...siapa?" tanya Kyo Seung dengan serius, sembari menodongkan pistolnya ke Haeri dan Dae Joon.

Haeri dan Dae Joon bertukar tatapan, lalu mereka menatap ke Kyo Seung bersamaan. "Gagal" ucap Haeri sembari menodongkan revolver ke Kyo Seung.

Dor!

***

"Hah!"

Kedua mata mendadak terbuka dengan lebar, tubuh yang awalnya rileks menjadi tegang, dan pikiran yang awalnya tenang menjadi resah. Kyo Seung terbangun, dan ia bangkit dari posisi tidurnya. Ia mengucek matanya, lalu melihat ke sekeliling. Ia menghadap ke depan, dan pandangannya terkunci ke sekumpulan bunga Nycrophilia yang ada di depannya. "Nycrophilia..." Kyo Seung merenung sejenak, "Aku ingat, walau bisa digunakan untuk bahan perawatan mesin, bunga Nycrophilia memiliki serbuk sari yang beracun. Mungkin serbuk sari bunga itu tersebar ke mana-mana di tempat ini, dan aku tidak sengaja menghirupnya...ah tidak, tadi dengan naifnya aku mencium aroma bunganya".

Pikiran Kyo Seung tenggelam dalam lautan kebingungan, dan ia merasa sangat bodoh ketika mengingat kembali bahwa ia mencium aroma bunga Nycrophilia dengan sengaja. "Pasti tadi itu hanya mimpi" batinnya sembari menjauh dari bunga Nycrophilia. Tapi, biasanya setelah terbangun orang-orang akan lupa dengan mimpi mereka. Kyo Seung mengingat kelas seluk beluk kejadian yang barusan ia alami hingga ke detail kecilnya, semakin lama Kyo Seung semakin merasa ada sesuatu yang tidak beres. Meski begitu, ia menghiraukan firasatnya. Ia beranggapan bahwa semua tadi hanya mimpi yang disebabkan oleh dirinya yang menghirup serbuk sari bunga Nycrophilia, dan kebetulan saja ia mengingat secara mendetail mimpi yang ia alami. Kyo Seung pun berdiri, ia berjalan ke rute yang sama ketika ia sedang bermimpi tadi. Ia sampai di ruangan dengan dinding besi yang berwarna putih, dan ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Kyo Seung menemukan sebuah huruf "D" besar yang dicoret dengan spidol berwarna merah di dinding sebelah kiri tepatnya di bagian koridor kiri. Kyo Seung mulai bingung lagi. "Siapa yang telah meninggalkan tanda ini?" tanya Kyo Seung dalam hati. Tiba-tiba, Kyo Seung langsung menyadari sesuatu. Jika benar tadi yang ia alami hanyalah mimpi dan ia pingsan tepat sebelum ia masuk ke ruangan dinding besi, lalu kenapa mimpinya bisa mengetahui isi ruangan ini?

Kyo Seung terdiam dan mematung. Ia menoleh ke belakang, dan "HUWAA..!" Kyo Seung dikejutkan oleh sosok Dae Joon yang tepat berada di belakangnya, refleks ia langsung mendorong tubuh Dae Joon hingga Dae Joon terdorong ke belakang. "Ah, Dae Joon..."

"Santai sedikit, Park Kyo Seung!" kata Dae Joon sembari mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kepala, menunjukkan posisi seakan-akan ditangkap oleh polisi.

"..." Kyo Seung terdiam, "Apakah kau yang menulis ini?" tanya Kyo Seung sembari menunjuk ke huruf "D" berwarna merah tertulis di dinding besi.

Dae Joon menggelengkan kepalanya, "Siapa yang menulis ini?"

Kyo Seung memiringkan kepalanya. Dae Joon bukanlah tipe orang yang suka basa-basi, apalagi saat ini temannya itu mengatakan hal seperti itu, yang tentunya tidak ada yang tahu pasti jawaban sebenarnya. Kyo Seung mulai merasa curiga dengan teman yang ada di dekatnya ini. Kyo Seung melirik ke Dae Joon yang sedang memeriksa tulisan huruf "D" di dinding, ia mulai membuka mulutnya. "Dae Joon,"

"Ya?"

"Kau...habis dari mana?"

"Dari...tempat kita berpisah tadi"

"Ya, dan jalan yang di bagian tengah terhubung ke sini?"

Dae Joon mengangguk.

"Aku mau melihat jalannya"

"Tidak bisa, jalan itu menutup dengan sendirinya"

"Hah?"

Dae Joon melirik ke kiri, "Mungkin, jalan yang Haeri pilih juga terhubung ke sini".

"..." jantung Kyo Seung berdegup dengan kencang. "Jelas sekali 'Dae Joon' ini berusaha mengalihkan topik" batin Kyo Seung.

Dae Joon lanjut berjalan semakin dalam ke koridor sebelah kiri. "Sebaiknya kita mencari Haeri—"

"Jalan itu tidak ada kan?"

Dae Joon menoleh ke belakang, dan melihat Kyo Seung berdiri dengan canggung. Meski begitu, ekspresi Kyo Seung menunjukkan perilaku waswas. Dae Joon menatap tajam ke temannya itu. "Apa maksudmu?"

"Tipe orang seperti Dae Joon akan lebih suka bekerja sendiri. Untuk misi seperti ini, biasanya dia akan terus berjalan maju dan fokus ke tujuan utamanya"

"Apa yang sebenarnya mau kau katakan—"

"Dia orang yang sangat pemilih, apalagi dalam memilih teman. Tetapi, sekalinya dia memilih teman, dia akan percaya seutuhnya ke teman-temannya itu"

"Fokus, Kyo Seung—"

"Kami semua berpencar jalan karena dia percaya kami akan fokus ke tujuan utama kami. Untuk apa dia mencari Haeri di saat seperti ini?"

"Kyo Seung—"

"Kamu siapa?"

Dae Joon dan Kyo Seung menghadap satu sama lain, dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Mereka berdua terdiam. Kyo Seung mempersiapkan posisi tangannya di dekat pistolnya, dan ia berjalan mundur ke belakang dengan hati-hati. Mata Dae Joon yang tajam menusuk tepat ke mata Kyo Seung, yang seketika membuat Kyo Seung seakan-akan membeku. Ekspresi Dae Joon kosong, namun Kyo Seung dapat merasakan bahwa api amarah sedang bergejolak di dalam diri temannya itu.

"Gagal" Dae Joon langsung menodongkan revolver dari sakunya, ia bersiap menembak Kyo Seung.

Kyo Seung sontak kaget, ia juga ikut menodongkan pistolnya dengan cepat. Tanpa basa-basi lagi, Kyo Seung langsung menembak berkali-kali kedua kaki Dae Joon hingga "temannya" itu terjatuh.

"Kamu siapa? A-aku ada di mana? Sebenarnya ada apa ini? Apakah kalian semua sekelompok orang bertopeng pantomim itu?" Kyo Seung berusaha untuk tetap tenang di situasinya sekarang.

"Gagal" ucap Dae Joon yang sedang mengesot dengan tangan yang masih menodongkan revolver ke Kyo Seung.

Kyo Seung menghindar dari bidikan Dae Joon yang kedua kakinya sudah ditembak berkali-kali hingga berdarah. Ia berjalan mendekat ke Dae Joon. "Bajingan, di mana semua teman-temanku?!" umpat Kyo Seung sembari menarik kerah pakaian Dae Joon palsu itu.

"Gagal"

Kyo Seung memutar bola matanya, "Kau terus mengatakan hal itu seperti robot rusak! JAWAB PERTANYAANKU!".

"Gagal"

Kyo Seung melihat ke tangan Dae Joon yang sedang memegang revolver, posisi revolver sudah menghadap ke dirinya, namun Dae Joon palsu itu tidak menarik pelatuknya. Kyo Seung semakin geram dengan tiruan temannya itu. "Aku tidak punya pilihan lain" Kyo Seung menodongkan pistolnya ke dahi Dae Joon.

Brak! Suara pintu terbuka terdengar dari ujung samping kiri koridor. Seorang gadis berambut ungu muda keluar dari suatu ruangan dan ia melihat Kyo Seung yang sedang menodongkan pistol ke Dae Joon. "Haeri?" Kyo Seung melihat Haeri di bagian kirinya. "Kau juga pasti—"

"Gagal" ucap Haeri langsung mengeluarkan revolver dari saku celananya, dan menembak kepala Kyo Seung.

Dor!

Aneh, sepertinya viewers novel ini kena bug. tapi baguslah, aku jadi ada motivasi melanjutkan novel ini

Keidou_Kurobacreators' thoughts
Nächstes Kapitel