webnovel

Chapter 11 The Traveller

5 tahun telah berlalu semenjak kedatanganku di Mondstat, meskipun begitu diskriminasi terhadap para bangsawan keluarga Lawrence tetap saja berlanjut hingga saat ini.

Semua orang memusuhinya dan menolak barang dagangan mereka dibeli oleh keluarga Lawrence bahkan Eula yang sudah diangkat menjadi Knight of Favonius pun yang sudah memimpin regu pengintai sekalipun tetap saja dimusuhi.

Tetapi berbeda denganku.

"Oh Eula... Gimana penyelidikannya, apakah kalian menemukan sesuatu? " tanya Oberon

Disini ia pun menggelengkan kepalanya dam berkata " sama sekali tidak, pergerakan para Hilichurl masih normal seperti biasa dan para Treasure Holder belum ada pergerakan sama sekali"

Oberon cukup paham dengan kondisi tersebut dengan mengangguk-anggukan kepalanya sembari memenopang dagunya

"ahh... Kalau begitu ini ambil"

Oberon pun melemparkan buah Sunsettia kepada Eula yang ukurannya 1,3 kali lebih besar pada umumnya.

Ia pun mengambil buah tersebut dan ketika Eula hendak mengambil Mora dari sakunya Oberon langsung menolaknya begitu saja.

"ah tidak usah tidak usah, anggap saja hadiah dari ku dan lagi pula.. "

Oberon pun mendekati telinga Eula dan mulai berbisik kepadanya "6 hari lagi purnama, temui aku ketempat biasanya, yang pun juga akan berkumpul" ucapnya dengan nada pelan kemudian menjauh lagi dari telinganya. 

"jangan sampai lupa ya Eula~" ujar Oberon

memasang ekspresi senang kepada Eula

"ya... Awas saja ya jika kau tidak menepati janjimu, akan kuingat ini untuk balas dendamku! " seruan Eula yang membuang muka kemudian pergi begitu saja

'yap.... Setidaknya tidak ada yang akan mencurigai tentang keberadaan kami untuk sekarang' ucap dalam hati Oberon

Langit jingga menyelimuti Mondstat yang menandakan akan segera malam. Karena dirinya tinggal diluar mondstat, ia harus membereskan kios dagangannya yang berdekatan dengan gerbang depan Mondstat mengingat kereta Caravan miliknya ia tinggalkan disana.

"yap... Kurasa sudah waktunya beres beres" ujarnya melihat semua barang dagangannya.

Kemudian ia pun memanggil penjaga gerbang untuk membantu membawakan semua barang bawaannya serta tak lupa ia memberikan mereka masing masing 1000 Mora sebagai imbalannya.

Oh ya aku lupa memberitahukannya jika selama 5 tahun terakhir Oberon memutuskan menjadi seorang pedagang dengan menjual buah buahan hasil dari ladangnya sendiri yang ia pinjam. Hanya dalam 3 bulan saja ia bisa membeli tanah tersebut dan menjadikan hak milik.

Walaupun ia memakai cara licik dengan menyuruh para serangga miliknya untuk merusak ladang pertanian dan perkebunan milik orang lain, yang al hasil ladang miliknya panen melimpah tak lupa dengan dibantuan serbuk peri yang membuatnya lebih cepat panen serta memiliki ukuran 1,3-1,5 lebih besar dari yang dipunyai pedagang lainnya dimondstat.

Tentunya itu membuat orang-orang curiga serta dibenci oleh para pedagang lain. Tetapi mulai disukai warga disana setelah diberikan perbandingan dengan pedagang lainnya, memiliki harga yang standar, stok tidak pernah berkurang dan memiliki kualitas dan kuantitas yang sama-sama bagus wajar saja jika semua orang menyukai Oberon dan membeli barang dagangan miliknya meskipun disisi lain mereka tidak suka jika ia memperlakukan hal yang sama kepada keluarga Lawrence.

**

Hari sudah malam, dan kini ia sudah sampai ditempat tinggalnya. Jika kalian ingat tentang penjarahan yang dilakukan Oberon dan Eula, itu sudah menjadi tempat tinggal berupa sebuah rumah pondok yang nyaman serta cerobong asap yang selalu menyala dimalam hari.

Oberon pun melepas tali yang mengikat kuda tersebut dengan Caravan miliknya lalu mengelus elus pipi kanannya "selamat beristirahat ya Jack, terima kasih sudah menghasilkan banyak Mora untukku" ujarnya

Mora yang dimiliki Oberon sudah seperti bank berjalan, yakni sebesar 20 juta mora. Tentu dengan mora sebegitu banyaknya bukan berarti ia akan memakainya sembarangan, jika tidak mana mungkin ia akan memilih membangun rumah pondok yang begitu kecil sebagai tempat tinggalnya.

Ketika Oberon hendak masuk, ia melihat langit langit berbintang diangkasa serta melihat sebuah bintang yang jatuh.

"sudah 9 bulan ya, sejak jatuhnya komet bercahaya keemasan itu terjatuh. "

Lalu ia segera menaiki tangga kecil untuk naik ke terasnya dan membuka pintunya

" dan sampai sekarang aku tidak tau dimana bekas komet itu jatuh "

Oberon segera mengambil beberapa balok kayu bakar lalu memasukannya kedalam perapian dan mulai menyalakan perapian tersebut dengan sihir sederhananya.

"kuharap akan terjadi suatu hal yang menegangkan besok" ujar Oberon melihati kobaran api yang membakar kayu bakar tersebut.

Ia pun segera naik keatas ranjangnya disebelah jendela rumahnya dan berbaring

"lagi pula... Aku benci kedamaian ditengah kepalsuan yang buat oleh dewa dunia ini"

**

Keesokan harinya, Oberon sudah bersiap siap dan mengganti beberapa buah buahan dengan yang baru sedangkan yang lama akan ia berikan kepada Jack ketika sudah sampai di Mondstat.

"ayo kita berangkat Jack " ujar Oberon sambil mengelus elus leher kuda tersebut

Ia pun segera naik kereta Caravan lalu memacu kudanya untuk bergerak.

**

Ditengah perjalanan angin berhembus sangat kencang seperti biasanya sampai-sampai atap kereta caravannya yang terbuat dari kain sedikit bergerak terkena terpaan angin.

"sepertinya akan ada badai yang melanda negeri ini" ujarnya sembari menatap langit.

Disaat bersamaan, ia melihat Naga yang amat besar berwarna biru dengan 4 sayap dipunggungnya melintas diatasnya.

"tak kusangka Naga masih hidup didunia ini, kupikir dia sudah punah. " ujar Oberon yang cukup takjub melihatnya.

'akan tetapi Naga seperti itu tidak akan menganggu visi dan misiku bahkan jika ada 100 atau lebih sekalipun ' ucap dalam hati Oberon.

Berbeda dengan Oberon yang tenang tenang saja, Kudanya justru panik setelah melihat bayangan tersebut yang melintas dihadapannya membuat keretanya susah ia kendalikan.

"hei hei tenanglah Jack tenang!!" seruan Oberon yang menarik talinya.

Karena tidak bisa diam sama sekali mau tidak mau ia terpaksa harus melepas tali yang mengikat Jack dengan kereta Caravannya.

Jack pun langsung kabur dan lari masuk kedalam hutan belantara. Karena dirinya membawa sebuah kereta Caravan mau tidak mau ia harus menariknya sendiri.

"Haduhhh... Bukannya menegangkan malah apes" keluh Oberon melihat hal yang ia lakulan.

Lalu tak lama kemudian dia mendengar suara perempuan yang cempreng ntah dari mana.

"hei! Kamu tidak apa apa?!! "

ia pun segera menoleh ke kiri dan kanan tetapi tidak ada siapa siapa.

'dibelakang kali ya? ' pikir Oberon

Ia pun berhenti menarik kereta tersebut lalu berbalik kebelakang dan yang benar saja ia melihat sesosok pria dengan tinggi 167 cm dan perempuan kecil yang terbang bersamanya.

Didalam pikiran Oberon ia berpikir jika perempuan pendek itu adalah Peri tetapi dilihat dari mana pun ia tidaj terlihat memakai sayapnya untuk terbang.

Mereka mendekat dan kini berada dihadapannya "ya tak apa apa, memang lagi sial aja... kudaku lari setelah melihat bayangan naga dilangit beberapa menit yang lalu dan sekarang ia sudah masuk kedalam hutan"

Lalu Perempuan tersebut pun mendekati pria tersebut lalu membisikan sesuatu kepadanya

"sepertinya kita tidak boleh memberitahukan dia jika kita barusan melihat naga itu tadi"

Pria itu hanya mengangguk saja sebagai balasannya.

"begitu ya... Kasian sekali, mau kami bantu?" tanya perempuan tersebut.

"ah tak apa tak apa, jika soal kuda aku bisa membelinya lagi nanti." jawab Oberon yang membalasnya dengan tenang dan sedikit senyuman

"memangnya kamu mau pergi kemana membawa kereta caravan dengan barang barang sebanyak itu? " tanya perempuan kecil tersebut

"ah aku mau pergi ke mondstat untuk berdagang, jaraknya tidak begitu jauh kok dari sini" jawab Oberon.

Perempuan itu pun mengangguk dan berkata "baiklah kami akan membantumu! " seruannya dengan nada bersemangat

Berbeda dari kata-katanya yang dia ucapkan dengan penuh semangat, yang membantunya menarik caravan hanya pria muda berambut pirang itu saja.

'diluar nalar memang ini peri ' ujar dalam hatinya dengan wajah datar

"ngomong-ngomong kita belum perkenalkan diri, aku Oberon seorang pedagang" ujarnya sembari melirik pria tersebut yang sedang mendorong caravannya dari belakang

"namaku adalah Traveller" balasnya dengan senyum tipis diwajahnya

-To Be Continued-

Nächstes Kapitel