webnovel

Lin dan Awan

pagi yang cerah. gadis bernama Awan sedang mematut wajahnya di depan cermin untuk ke kantor pagi ini. Awan ia berumur 28 tahun. sudah punya pacar tapi belum jelas kapan di lamar.

cantik, punya pekerjaan jelas. pegawai bank BUMN. cantik, tinggi 167 cm. putih, langsing, Awan cocok menjadi model tapi milih menjadi pegawai BUMN karena jelas masalah finansial dan masa depan.

Awan punya sahabat yaitu Lin. bekerja di salah satu BUMN juga hanya saja Lin di bagian telekomunikasi. kantor searah sering buat keduanya kerap jalan sama. Lin jomblo. pria itu asik dengan dunianya. sudah di paksa menikah dengan ibunya tapi Lin gak mau. namanya adalah Aditya Lin Nugroho. tapi Awan suka memanggil Lin saja. lebih singkat lebih mudah di ingat.

Lin telah siap dengan wajahnya. dia Meraih tas yang telah dia letakan di sofa. melampirkan ke pundak lalu menuju keluar. Lin belum datang. jarak rumah mereka hanya sekitar satu kilometer.

"itu anak niat jemput gue gak sih!" sungut Awan. selalu telat datang pada saat menjemput nya.

awan mangambil ponselnya lalu menghubungi Lin. tidak berselang lama Lin mengangkat.

"Lin Lo dimana sih?" cacar Awan pada Lin.

"santai kali Wan. ini juga udah mau kesana!"

awan menatap jam tangan nya. sebentar lagi jam masuk kerjanya.

"Ya udah gue tunggu. tiga puluh menit lagi gue masuk nih..."

"iya, iya bawel deh."

sambungan terputus. Awan masukan ponsel ke tas. berjalan ke depan setelah mengunci pintu. awan membuka pagar. menutupnya dan menguncinya. tak berselang lama Lin datang dengan mobilnya.

Awan masuk ke dalam mobil Lin dengan raut wajah cemberut. waktu jam masuknya tinggal lima belas menit lagi.

"Ayo Lin jalan. aku udah terlambat." ujar Awan kesal.

"senyum dulu baru aku jalan."

"Lin!"

"Apa susahnya wan. cuma senyum loh. aku gak minta kamu jadi istri aku loh."

"Ngaco kamu!"

"Jadi gak mau nih.. ya udah gak usah jalan!" ancam Lin. akhir Awan mau dan Lin menjalankan mobilnya menuju ke tempat kerja Awan.

sepuluh menit mereka sampai. seperti biasa Lin selalu membawa mobil dengan kecepatan tinggi. seperti biasa pula Lin akan selalu kena omel awan karena jantung tidak baik saat Lin membawa mobil. Lin menulikan telinga. tetap membawa mobil dengan kecepatan penuh agar sampai dengan cepat di tempat kerja Awan.

"Terimakasih Lin." ujar Awan lalu keluar dari sana. Lin tersenyum. sebelum meninggalkan awan yang sudah berada di dekat dengan nya karena Awan tadi mengintari mobilnya. Awan berdiri dekat dengan Lin menyetir.

klekson mobil Lin berbunyi. melambaikan tangan pada Awan lalu meninggalkan kantor Awan.

"Wan," Tere teman satu depertemen Awan memanggil.

"Ya, Ter..?"

"Itu Lin kan?" tanyanya.

"Hmm.. seperti biasakan!" ujar Awan.

"Ya ampun Wan, bisa gak sih loh jodohin gue sama Lin. dia itu baik banget lagi. sama Lo yang sahabat aja tiap hari antar jemput apalagi sama pacar." Tere menyukai Lin sejak pertama kali Awan memperkenalkan mereka di salah satu warung bakso langganan mereka. Lin sadar hanya saja Lin memberi batasan. Lin kalau tidak suka dengan perempuan maka dia tidak akan memberi celah. lebih baik Lin di benci dari pada di anggap mempermainkan mereka.

"Tapi Lin gak mau Ter, kemaren juga udah aku kasih tau dia ko."

"Apa gak bisa di usahakan ya Wan. jujur gue se fans itu ke dia!"

"maaf ya Ter. gue juga gak bisa maksa Lin."

***

dering ponsel Lin berbunyi. nama ibunya tertera di sana. sudah tau pembahasan apa yang akan ibunya katakan pada lin. karena masih terus berdering dan ibunya tidak akan berhenti menelpon sebelum Lin mengangkat. maka pria itu segera menyambar ponsel itu dan memakan tombol hijau menjawab telepon ibunya.

"Iya ma?"

"kenapa lama sekali kamu angkat? kemana saja? jangan bilang kamu lagi sibuk. mama tau kamu hanya menghindar dari mama."

"Salam dulu ma."

hus...

wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya kasar.

"Syalom." ujarnya.

"Syalom ma. mama mau bicara apa lagi?"

"Pernikahan kamu lah. udah dua tahun loh kamu janji akan ngenalin ke mama calon kamu! tapi mana? kenapa sampai sekarang belum ada yang kamu kenali?" tanya sang mama

"Sabar donk ma."

"Iya sampai kapan Lin? apa sampai mama mati dulu?"

Lin, diam. hal paling terberat yang paling Lin rasakan adalah ketika ibunya mengucapkan kata yang tidak ingin Lin dengar.

'apa mama mati dulu?' kata-kata itu seolah membuat jantung Lin berhenti berdetak. jika ibunya pergi maka Lin yakin hidupnya tidak akan pernah baik-baik saja. ibunya adalah segalanya bagi Lin.

"ma.."

"Lin mama udah tau. udah mau enam puluh tahun. kalau mama pergi sebelum kamu menikah rasanya mama gak tenang Lin. kamu, cuma kamu anak mama satu-satunya. jadi wajar kan Lin kalau mama khawatir sama masa depan kamu?"

Lin menyimak. memikirkan apa yang mamanya katakan. benar.... setiap orang tua akan khawatir jika anaknya yang hampir menginjak kepala tiga belum menikah. setiap orang tua mana pun pasti seperti itu. apalagi Lin anak satu-satunya. cucu yang mereka nanti ya hanya dari Lin. jadi wajar saja ibunya Lin selalu memaksa Lin menikah. karena ibunya Lin ingin melihat cucunya semasa ia masih sehat.

"Iya ma Lin paham. tapi Lin belum dapat yang tepat ma."

"sampai kapan Lin?"

"Lin gak tau ma.."

"Kalau begitu kamu jangan nolak lagi sama permintaannya mama ya lin. kali ini aja. mama yang akan urus semuanya. ya.."

Lin tidak tega menolak. hanya ini permintaan ibunya padanya. selama ini ibunya tidak meminta apapun padanya. Lin memikirkan semuanya matang. tidak mungkin ibunya tidak memberi yang terbaik baginya. pilihan ibu pasti sudah yang paling tepat baginya. meski berat Lin akhirnya menjawab.

"terserah mama saja. Lin pasti akan menurut."

"Itu yang mama mau dari mu Lin. mama akan mengurus nya segara ya. mama sayang sama kamu Lin. sangat sayang. jaga diri di sana baik-baik Lin. jangan aneh-aneh. ingat ya mama udah mau cari jodoh sama kamu!"

"iya ma. Lin gak mungkin macam-macam."

"oke sayang mama. my darling. mama tutup dulu ya sayang. i love you."

"I love you to mama. syalom."

"syalom."

sambungan telepon terputus. Lin memijat kepala nya yang sakit. setiap kali pembahasan masalah tentang jodohnya Lin memang selalu pusing.

Lin ada pengalaman pahit dengan masa lalunya. jika itu terulang lagi maka Lin akan mengalami hal kelam di masa lalu lagi. Lin hanya mencoba menjadi melindungi dirinya dari patah hati terdalamnya. makanya Lin membatasi dirinya untuk menghindari patah hati itu kembali.

Nächstes Kapitel