Wardana's House
Rangga POV
"Gwen sudah pulang?" Aku langsung bertanya pada Bi Yuni yang berada di dapur, saat aku pulang ke rumah sore harinya.
"Nyonya Muda baru saja pulang dan langsung masuk ke dalam kamar."
Aku mengangguk, hendak melangkah tapi panggilan dari Bi Yuni menghentikanku.
"Boleh saya memberi saran?" Bi Yuni bertanya dengan hati-hati.
Aku mengangguk singkat.
"Tolong beri Nyonya Muda waktu, tuan. Nyonya Muda terlihat berantakan. Tolong beri dia waktu beberapa hari untuk menenangkan dirinya. Saya yakin dia membutuhkannya."
Aku diam, mendesah pelan. Lalu menatap pintu kamar Gwen yang tertutup rapat. Setidaknya Gwen kembali, wanita itu tidak pergi. Dan aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tetap disini.
"Jangan lupa ingatkan dia untuk makan." ujarku pelan sambil melangkah lelah menuju kamar.
Malamnya, aku duduk di tangga, menatap lantai satu dimana kamar Gwen berada. Aku duduk dalam kegelapan, tersembunyi di pembatas lantai.
Aku menatap ponsel, lalu mengirimkan pesan kepada Bi Yuni.
Rangga Wardana : Bi, kenapa Gwen tidak keluar dari kamar sejak tadi?
Aku menunggu balasan dari Bi Yuni dengan jantung yang berdebat. Tapi Bi Yuni tidak kunjung membalas.
Rangga Wardana : Bibi, balas pesanku!
Balasan datang tidak lama kemudian.
Bibi Yuni: Saya akan coba mengetuknya.
Lalu aku memerhatikan Bi Yuni yang melangkah menuju kamar Gwen, Bi Yuni mengetuknya beberapa kali. Lalu tidak lama pintu terbuka, tapi aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah Gwen yang tersembunyi di balik pintu. Aku memerhatikan Bi Yuni dan Gwen tampak bicara sejenak sebelum pintu kembali tertutup.
Bibi Yuni: Nyonya Muda akan makan di dalam kamar.
Aku hanya menatap pesan itu.
Rangga Wardana: Nomor Gwen, bisa Bibi berikan padaku?
Dan tidak lama, sebuah kontak masuk. Aku memerhatikan sederatan nomor itu. Lalu menyimpannya di kontak dan memberinya nama : Gwenia Arya Wardana.
To Be Continued