Lantunan musik klasik mengalir indah dari piano yang dimainkan oleh La Signora. Ya, putri bungsu Harbingers itu sangat menyukai musik klasik dan piawai memainkannya. La Signora berada satu tingkat di atas Childe, sebagai perempuan paling muda, ia benar-benar dimanjakan oleh Pierro, ayahnya. Seluruh keinginan Signora selalu dikabulkan sementara Childe harus mati-matian bertarung untuk mendapatkan apa yang diinginkan, satu-satunya kemudahan Childe di dunia ini hanyalah wajah tampannya.
"Permainanmu lebih baik dari sebelumnya," ucap Arlecchino, sang ibu.
Signora tersenyum ke arah Arlecchino setelah selesai memainkan lagu favoritnya, Für Elise karya Beethoven. Gadis riang itu tak pernah bertemu dengan masalah-masalah di Teyvat karena ia tak pernah keluar rumah selama 20 tahun, tak hanya pandai di bidang musik, Signora pun terbilang cerdas jika berurusan dengan nilai akademik meski ia hanya homeschooling.
"Perlombaan selanjutnya akan diselenggarakan bulan ini, kamu pasti bisa menang dengan mudah karena lawanmu tidak sebaik kamu, Nak." Arlecchino tersenyum sembari merangkul Signora penuh kasih sayang. Ia mengecup pipi Signora dengan lembut, gadis itu merasa sedang di awang-awang karena pujian itu.
Setelah membereskan pianonya, Signora kembali ke kamar dengan senyum yang lebar. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk nan mahal yang diekspor dari luar negeri, namun beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah tak seperti gadis riang yang orang kenal.
"Ah, gue capek banget jadi orang bodoh..."
La Signora mengambil sebuah benda kecil dari nakasnya, benda itu berwarna merah muda dan masih bergetar saat diambil oleh si surai putih.
"Lho, belum dimatiin, ya? Batrenya masih cukup gak, ya?" gumam Signora panik.
Diletakkan benda itu di lehernya, sensasi yang ia dapatkan dari getaran itu membuatnya mendesah kecil. Signora memainkan liang kemaluannya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya mengeksplorasi bagian lehernya dengan vibrator.
"Pangeranku..." rintih Signora saat mendapatkan kenikmatan itu.
Signora memejamkan matanya perlahan, ia sudah kehilangan akal sehat, jari tengahnya mulai menusuk ke dalam vaginanya, penetrasi yang ia lakukan memiliki tempo sama seperti ia memainkan musik-musik klasiknya. Mulai dari yang terpelan, sampai yang paling cepat.
Signora mengambil sebuah kain putih lalu membekap dirinya dengan kain tersebut agar orang-orang di luar tak mendengarkan suara desahannya.
"Udah basah,"
Gadis itu meletakkan vibrator tadi di atas clitorisnya, memutarnya perlahan hingga dirinya semakin bergairah dan mengerang dengan ganas, namun kain yang menutupi mulutnya berhasil mengedapkan suara manis gadis itu.
'Dikit lagi!'
Semakin kencang penetrasi jarinya, semakin bergetar pula tubuh mungil si surai putih, rasa mual di perutnya mulai terasa karena kain yang menempel di mulutnya itu tak pernah ia cuci karena takut ketahuan oleh para asisten rumah tangga.
'Anghh!'
Getaran itu kini tampak dari tubuh Signora, puncak kenikmatan yang ia rasakan semakin dahsyat ketika gadis itu sedang lelah. Rasanya seperti seluruh perjuangannya untuk memenuhi ekspektasi Arlecchino terbayar oleh kenikmatan saat ia berada di puncak birahinya. Signora mengelap vaginanya yang masih basah itu dengan kain yang ada di mulutnya, wajah gadis itu memerah dengan nafas tak tertata, senyum polosnya tak seperti gelagatnya saat ini. Signora hanya meniru semua perlakuan saudara-saudaranya terkhusus Columbina, perempuan bersurai hitam itu kerap memainkan dirinya sendiri karena tak ada laki-laki yang pantas untuk menyetubuhinya.
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, panggilan yang ditujukan kepada Signora membuat gadis itu bergegas merapikan pakaian serta kasurnya. Setelah semua dirasa aman, Signora membuka pintu kamarnya hingga mendapati Pierro sudah berdiri menunggu sang putri untuk menyambutnya.
"Ayah!" peluk Signora.
Pierro hanya memeluk putrinya dengan sebelah tangan, matanya tertuju pada vibrator yang masih tergeletak di atas lantai.
Pierro mendorong tubuh Signora hingga gadis itu tersungkur ke lantai, dengan cepat ia mengambil benda kecil itu lalu menunjukkannya kepada Signora.
"Apa ini?" tanya Pierro dengan suara beratnya.
Signora tak lagi bisa berkata-kata, wajah khawatirnya membuat asumsi Pierro benar bahwa putri bungsunya tersebut berani bermain dengan dirinya sendiri.
"Bisa-bisanya kamu masturbasi di rumah suci ini," lanjut Pierro karena Signora melakukan pembelaan.
"A-Ayah, Nora bisa jelaskan—"
"Diam!"
Suara itu terdengar sampai ke bawah, Arlecchino buru-buru menyusul ke kamar Signora setelah mendengar suara bentakan Pierro.
"Ada apa?" tanya Arlecchino, namun matanya sudah terfokus kepada benda yang dipegang oleh sang suami.
"Apa yang kamu lakukan, Nak?!" teriak Arlecchino histeris.
Signora hanya menundukkan kepalanya, kepalan tangannya terlihat oleh Pierro. Pria bersurai putih itu menampar Signora dengan keras sehingga gadis itu terpelanting beberapa kali sebelum menabrak lemari kayu miliknya.
"Saya tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi lonte seperti Columbina,"
Pierro berjalan ke arah Signora lalu menarik paksa rambutnya, Signora terus meminta ampun kepada sang ayah namun hati Pierro sudah tertutupi oleh amarah yang besar.
Pierro membanting kepala Signora ke lantai, suara keramik pecah pun terdengar ditambah teriakan Arlecchino berhasil mengambil perhatian seluruh penghuni rumah Harbingers.
"Sudah, Yah! Sudah!" pinta Arlecchino kepada Pierro.
Namun sayang, apa pun yang sudah dilakukan oleh Pierro tak bisa dibantah oleh sang istri. Pierro menendang tubuh Signora berkali-kali walaupun gadis itu sudah pingsan sejak tadi.
"Biar saja! Biarkan rasa trauma itu sampai anak ini tak berani lagi melakukan hal bodoh ini! Kalau mau berhubungan seks cari laki-laki! Cari suami!" bentak Pierro terus menerus.
Di depan kamar Signora sudah ada Columbina tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan si bungsu, tatapan tajam Pierro tak dipedulikan oleh perempuan bersurai hitam itu. Pierro menyenggol tubuh Columbina saat ia berjalan keluar ruangan, disusul oleh Arlecchino dengan tatapan yang sama dengan Pierro ke arahnya.
Setelah Signora sadar, Columbina sudah menduduki tubuhnya hingga gadis itu sulit untuk bergerak. Senyum yang tampak dari wajahnya membuat Signora dirundung oleh ketakutan.
"Sudah, jangan dipikirkan,"
"Setelah sembuh, aku akan ajarkan bagaimana cara berhubungan seks supaya nafsumu bisa terkendali. Plus, kamu bisa mendapatkan uang dari sana," ujar Columbina sambil mengelus lembut pipi Signora.
Signora menelan ludahnya, saat Columbina beranjak barulah ia dapat bernafas dengan nyaman. Columbina menampar pantat Signora hingga menimbulan sedikit percikan gairah dari diri Signora.
"Oh, kamu suka dikasarin?" tanya Columbina tersenyum.
Signora hanya mengangguk pelan.
"Ha-ha-ha! Cocok untuk dia, tapi kamu harus sembuhkan lukamu terlebih dahulu,"
***
Sesuai permintaan Zhongli, Yelan bertemu dengannya malam ini di pusat kota Liyue. Pria bersurai hitam itu meminta Yelan untuk menjelaskan seluruh anggota keluarga Harbingers agar dirinya bisa menyusun strategi untuk misi rahasianya.
"Silakan duduk," Zhongli dengan setelan hitamnya sudah menunggu Yelan sejak tadi.
Yelan duduk di depan Zhongli setelah meletakkan laptopnya di atas meja, mereka duduk di sudut Wanmin Restaurant.
"Tenang, tidak ada siapa pun yang mengikuti saya," ujar Zhongli dengan suara berat.
Foto keluarga Harbingers kini tampak di layar laptop, Yelan menunjuk ke arah Pierro dan Arlecchino bergantian.
"Dia adalah Pierro, dan ini istrinya, Arlecchino,"
"Pierro adalah Walikota Snezhnaya sekaligus founder dari Harbingers Corporation, perusahaan ini tidak jelas ke mana arahnya, yang orang tahu Harbingers Corp. membantu pemerintah Snezhnaya di bidang militer,"
"Sementara Arlecchino direktur utama perusahaan suaminya, dulu Arlecchino adalah salah satu anggota secret services sebelum menikah dengan Pierro. Perempuan itu seorang pengkhianat, sebelum kau masuk direkrut, Arlecchino pernah membeberkan rahasia tim kita sampai Varka harus terus bersembunyi sampai saat ini,"
Zhongli berdeham, "Rahasia apa yang dibeberkan oleh Arlecchino?"
"Saya tidak bisa menjelaskan, ini kode etik," jawab Yelan sambil menggelengkan kepala.
Pointer milik Yelan kini tertuju pada Sandrone dan Pantalone, walaupun nama mereka sekilas mirip tetapi mereka bukan saudara kembar.
"Sandrone membuat banyak robot untuk kepentingan militer Snezhnaya, setelah diusut ternyata perempuan itu hanya membuat robot seks untuk memuaskan dirinya saja,"
"Sementara Pantalone, ketua umum Northland Bank bersama kakeknya, Pulcinella. Pulcinella adalah ayah dari Pierro, sebelum Pantalone naik menjadi ketua umum, dialah yang bertugas mengurus seluruh dana korup Harbingers,"
"Aliran dana Sandrone berasal dari Pantalone, saya sendiri tidak tahu menahu asalnya dari mana uang yang mereka kumpulkan. Pantalone adalah si sulung, kemudian Sandrone di urutan kedua,"
"Yang ini Capitano," Yelan menunjuk ke foto Il Capitano.
"Mungkin akan terdengar aneh, tapi Capitano adalah mantan suami Arlecchino,"
Walaupun terkejut, Zhongli tetap berusaha menahan ekspresi wajahnya agar tidak membuyarkan suasana meeting tersebut.
"Pierro dan Capitano sering bergantian memakai Arlecchino, bahkan saat mereka masih sekolah. Arlecchino adalah seorang polyamorous, tapi tempat tinggal Capitano tidak di Snezhnaya. Capitano adalah salah satu petinggi kepolisian di Teyvat,"
"Childe adalah anak dari Capitano dan Arlecchino,"
Yelan menatap ke arah Zhongli beberapa kali, ia berusaha untuk memastikan agar penjelasannya bisa dipahami oleh Zhongli. Walaupun ia tak tahu apa isi kepala orang yang ada di depannya saat ini.
"Selanjutnya Dokter Dottore dan Columbina,"
"Dottore adalah salah satu dokter terkenal di Teyvat, tapi kecerdasannya tak selaras dengan akal sehatnya. Beberapa kali kasus malpraktik yang dilakukan oleh Dottore tertutupi dengan kasus lain. Ya, semacam pengalihan isu,"
"Dottore bermimpi untuk menghidupkan orang yang sudah mati, dengan cara yang keji, yaitu membunuh orang-orang tak bersalah,"
"Lalu Columbina, perempuan itu terkenal di dunia bawah karena paras dan keahliannya, ia sanggup memuaskan nafsu puluhan lelaki yang membeli jasanya dalam satu malam. Terdengar gila, kan? Tapi aku menyaksikannya sendiri saat sedang dalam penyamaran,"
"Selain menjadi prostitusi, Columbina adalah seorang pembunuh bayaran, ia kerap berkhianat seperti ibunya,"
"Oh, ya. Untuk Pulcinella, di samping jabatannya sebagai Ketua Umum Northland Bank, dia juga pernah menjabat sebagai Walikota Snezhnaya,"
"Tapi..."
Yelan menjeda suaranya, rasa ingin tahu Zhongli semakin tinggi karena raut wajahnya berubah seketika.
"Pulcinella dibunuh saat sedang kampanye untuk menjadi presiden di negeri ini,"
"Tebak siapa yang membunuhnya?"
Zhongli berpikir sejenak, hanya ada nama Columbina dan Arlecchino di kepalanya saat ini.
"Kalau kau berpikir dua nama pengkhianat yang sudah kujelaskan barusan, kau salah besar,"
Ekspresi Zhongli berubah setiap detiknya, Yelan terkekeh walaupun di wajahnya tetap terlihat ketakutan saat bercerita.
"Pantalone yang membunuhnya, supaya ia bisa lebih cepat naik jabatan menjadi ketua umum. Kutegaskan saat ini, mereka adalah keluarga orang gila, misimu mungkin akan berjalan lama mengingat Harbingers berisi penjahat kelas kakap,"
"Terakhir, La Signora dan Childe," lanjut Yelan serius.
"Signora adalah putri kesayangan Arlecchino karena dia satu-satunya yang mewarisi kemampuan bermain musik klasik dari Arlecchino. Gadis malang itu dikurung di rumah selama 20 tahun, Signora tak dibiarkan menghirup udara luar dan mendapatkan cahaya matahari. Paling jauh yang bisa kulihat adalah saat Signora berdiri di balkon rumahnya beberapa tahun lalu,"
"Signora selalu mengikuti perlombaan musik, tapi selama perjalanan menuju venue, dirinya ditutupi oleh peti mati bekas Pulcinella. Jasad Pulcinella dibuang ke laut beberapa hari setelah upacara kematiannya,"
"Sekarang Childe, anak itu yang paling muda di antara para Harbingers. Sering dibilang anak haram karena dia satu-satunya putra dari Capitano, tugasnya adalah menjaga statistik saham milik Harbingers karena sering dijadikan 'wajah' Keluarga Harbingers yang baru setelah kematian Pulcinella. Wajah tampannya memang sering menyihir calon investor, tapi semua itu hanya tipu muslihat, kau lihat sendiri bagaimana kekejian Childe ketika di sekolah. Beberapa kali ia menghamili murid SMA Teyvat tapi berhasil membuat gadis-gadis itu menggugurkan kandungannya karena rayuan manis Childe. Anak itu luar biasa gilanya,"
"Saat ini Harbingers ketar-ketir setelah Childe dikalahkan oleh Itto—maaf, olehmu,"
"Zhongli, beruntung kau kembali menjadi anak sekolahan tanpa harus menyamar sepertiku. Ini adalah mukjizat pemberian Tuhan lewat dirimu, aku tak tahu tugas apa yang diberikan Varka kepadamu, tapi sepertinya rencana ini berjalan dengan lancar,"
Yang dipuji mengangguk, tapi tak menunjukkan senyumnya. Zhongli beranjak dari kursi lalu meninggalkan Yelan seorang diri setelah mendapatkan informasi yang ia butuhkan.
Di depan Wanmin Restaurant, Zhongli bertemu sosok perempuan yang selama ini ia rindukan.
'Ei?' batin Zhongli.
"Saya harus bicara denganmu," ujar Ei sambil menarik paksa lengan lelaki yang sedang ia curigai.