webnovel

Lamaran pernikahan untuk Atthy

Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.

''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.

''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.

''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.

''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.

''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.

''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.

''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu apa pun tentang hal itu, aku tidak pernah sekali pun mengenyang pendidikan di sebuah akademi, tidak sepertimu...'' ujar Rowtag pada Ash dengan wajah di buat-buat menggoda putra semata wayangnya.

Ash menjatuhkan tubuhnya di kursi panjang di hadapan ayahnya, tubuhnya lemas masih merasa hal ini sangat tidak mungkin.

*

Baron Rowtag Galina memang seorang bangsawan, tapi itu hanya sebuah gelar yang hanya ada di atas kertas dokumen kependudukan, tidak lebih. Baron Galina tidak punya apa pun selain sebuah gelar di atas kertas, mereka bahkan harus pergi meninggalkan pusat kota Nauruan ke Caihina karena dua puluh tahun yang lalu, Rowtag terpaksa menjual semua aset miliknya di pusat kota untuk melunasi hutang saat istri dan anak-anaknya sakit hingga akhirnya kemudian meninggal satu per satu.

Baron Rowtag Galina pada awalnya hanya seorang pemburu biasa. Empat puluh delapan tahun yang lalu, saat dia berusia dua belas tahun, dia ikut berperang melawan invasi bangsa Egan yang di kenal bar-bar. Selama tujuh tahun, dia terus mengobarkan semangat penduduk kota untuk tidak menyerah dan memperoleh kembali kebebasan mereka dari bangsa Egan. Keberhasilannya memimpin para petani dan pemburu, yang merupakan penduduk asli Nauruan agar tidak menyerah dan terus bertahan, sampai akhirnya bisa memukul mundur bangsa Egan, mendapat perhatian dari pemerintah kerajaan.

Raja Xipil yang bijaksana kala itu mengapresiasi kegigihan Rowtag yang berhasil mempertahankan wilayah Xipil agar tidak jatuh ke tangan Bangsa lain. Raja Xipil kemudian menganugerahinya gelar bangsawan dengan titel Baron saat dia berusia dua puluh tahun.

Sayangnya kedengkian para kaum bangsawan yang akhirnya mendiskriminasi Rowtag dan keluarganya dari pergaulan berdampak nyata. Istri Rowtag di kucilkan dari komunitas sosialita kaum bangsawan lain yang memiliki gelar secara turun temurun, yang merasa kalau rakyat jelata seperti mereka tidak pantas mendapatkan gelar kebangsawanan. Meski begitu Rowtag dan istrinya tidak putus asa, hingga suatu hari, dengan kegigihannya, dia mampu membangun usahanya sendiri. Keadaan ekonominya perlahan naik karena hubungannya yang bagus dengan para pedagang dan para prajurit upahan. Usahanya membuahkan hasil hingga dia bisa membeli rumah megah di pusat kota Nauruan.

Rowtag bisa menikmati kehidupan mewahnya bersama dengan istri dan enam anaknya. Tapi, hidupnya tidak selalu berjalan mulus, setelah dua puluh tahun dia memperoleh gelar kebangsawannya. Usaha yang sudah dirintis olehnya dari nol perlahan mengalami kegagalan, belum sampai berakhir masa sulitnya, tidak lama kemudian istrinya jatuh sakit karena wabah, begitu juga anak-anaknya yang kemudian, mereka meninggal satu per satu dan hanya menyisakan Ash seorang.

Karenanya, pada awalnya Ash sulit menerimanya. Tapi Rowtag, walau pun dia tidak pernah mengenyang pendidikan formal seperti putra-putranya, Rowtag adalah seorang yang bijaksana dan tidak bodoh. Rowtag bisa meyakinkan Ash putra satu-satunya yang tersisa, bahwa gelar dan kekayaan bukanlah suatu kebanggaan utama. Harga diri dan kehormatan yang masih ada di atas kepala walau mereka telah jatuh miskin, itu yang terpenting.

*

Pengalaman masa lalu Rowtag dan Ash membuat mereka memahami seperti apa kehidupan sosialita para aristokrat kelas atas dan kaum bangsawan elit. Apa lagi bangsawan elit sekelas Ibu Kota Kerajaan Xipil. Bangsawan kelas atas di Kota Nauruan saja tidak sebanding dengan mereka yang di Ibu Kota Kerajaan Xipil.

Lalu bagaimana mungkin bangsawan jatuh seperti mereka bisa di kenal di Ibu Kota Kerajaan?

Hal itulah yang masih menjadi pertanyaan besar untuk kedua ayah dan anak itu.

Mereka adalah keluarga seorang Bangsawan bertitel Baron, golongan bangsawan berlevel rendah. Lamaran untuk Atthy yang bahkan tidak kenal oleh para sosialita di Nauruan, karena anak-anak Ash tidak pernah mengadakan pesta apa pun meski itu adalah perayaan beranjak dewasa untuk kedua putra dan putrinya yang telah melewati usia dua belas tahun.

Lalu, bagaimana mungkin bisa datang lamaran untuk putrinya yang tidak pernah mengadakan pesta debut akil baligh?

Itu pun dari Ibu Kota Kerajaan, hal itu sangat tidak bisa di percaya oleh Ash. Bukan hanya Ash tapi Rowtag juga tahu itu tidak mungkin. Tapi, karakternya yang santai dan tidak suka ambil pusing, membuatnya terlihat acuh dan terkesan masa bodoh.

*****

Malam itu, setelah selesai makan malam, Ash meminta mereka semua termasuk ke empat anaknya untuk berkumpul membicarakan sesuatu. Aydan adalah adik lelaki Atthy yang berusia tiga belas tahun duduk di sampingnya bersebelahan dengan si kembar Dimi dan Agafya yang berusia delapan tahun. Agafya adalah saudara kembar Dimi yang memiliki tubuh lemah semenjak dia di lahirkan, istri Ash meninggal tidak lama setelah melahirkan sepasang anak kembarnya.

''Atthy, masalah yang akan kita bicarakan adalah tentang dirimu,'' ujar Ash memulai perbincangan dengan santai sambil tetap menikmati makan malam.

''Ya, ayah...'' jawab Atthy dengan sopan, meski terlihat santai tapi Atthy bisa tahu kalau ayahnya sedang serius dengan ucapannya barusan.

''Kau tahu tadi pagi ada surat dari Ibu kota, 'kan?!''

Atthy mengangguk menjawab ayahnya.

''Surat itu adalah surat lamaran pernikahan untukmu,'' ujar Ash melanjutkan kata-katanya.

Semua anak-anak Ash terkejut mendengarnya, begitu pun Atthy.

Dalam hukum kerajaan Xipil seorang anak yang telah menginjak usia dua belas tahun sudah di perbolehkan untuk menjalin hubungan, lalu mereka bisa mengesahkannya ketika usia mereka telah menginjak enam belas tahun. Dan, Atthy sudah berusia delapan belas tahun, tentu saja dia sudah di perbolehkan menikah. Tapi bukan itu masalahnya.

Sama seperti pemikiran Ash dan Rowtag sebelumnya, Atthy bukanlah gadis polos yang akan langsung tersipu dan malu-malu karena suatu hal seperti lamaran pernikahan. Atthy juga bukan perempuan bodoh yang tidak mengerti pahitnya dunia sosialita kaum elit bangsawan hanya karena dia tinggal di desa terpencil. Bagi Atthy, lamaran pernikahan dari Ibu Kota Kerajaan adalah sesuatu yang aneh dan janggal.

Seperti halnya Atthy, begitu pun pemikiran Ay, adik lelakinya yang hampir selalu mengikuti ke mana pun ayahnya pergi. Ketika Ash bekerja di bengkel besi, berburu, atau berdagang di pusat kota.

''Ayah!'' seru Atthy terkejut.

Ash sempat terdiam lalu sesaat kemudian wajahnya menunjukkan ekspresi bertanya menanggapi putrinya yang memanggil dengan nada terkejut dan tampak seperti tidak menginginkannya.

''Atthy, aku tahu ini sangat mendadak... Kami tidak akan memaksamu, tapi kami ingin kau memikirkannya. Menurut kami, ini adalah kesempatan yang sangat baik untukmu,'' ujar Ash menjelaskan pada Atthy yang masih terlihat gamang.

Kebijaksanaan Rowtag dalam memimpin keluarga, kini yang diturunkan pada putranya Ash. Tentu Rowtag mengerti apa yang ada di benak putra semata wayangnya.

''Ayah... Aku belum ingin menikah, aku sama sekali tidak pernah memikirkan hal itu,'' ujar Atthy menjawab ucapan ayahnya dengan wajah serius.

Atthy tampak serius menjawab ayahnya, tapi, dia juga tetap santai menikmati makan malamnya. Sikap tenang Atthy bukan hanya diturunkan dari ibunya tapi sebagian juga merupakan turunan dari kakeknya. Atthy tipe wanita yang sangat peduli pada keluarganya dan sangat mengerti akan maruah bangsawan karena dia juga mendapatkan didikan tegas dari ibunya. Tapi, meski begitu dia tetap santai menjalani segala sesuatunya.

''Aku mengerti. Tapi, akan lebih baik jika kau memikirkan hal ini baik-baik... Pikirkan dulu Atthy!'' seru ayahnya memberi dorongan pada Atthy, ''Setidaknya kau akan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dari pada jika tetap berdiam diri di sini.''

''Ayah, kakek...'' panggil Atthy dengan penuh kasih sayang, ''Aku tidak pernah sekali pun membenci tempat ini, aku di lahirkan dan di besarkan di tempat ini, aku sangat menikmati kehidupan di sini, di Caihina...'' tambah Atthy dengan tegas mengungkapkan isi hatinya.

''Atthy, kakek sangat mengerti itu, tapi seperti saran ayahmu, sebaiknya kau pikirkan dulu!'' sahut Rowtag memberikan dukungannya pada pendapat Ash.

''Atthy, Ayah harap kau tidak salah paham dalam menyikapi semua ini. Ayah memintamu untuk memikirkan hal ini bukan berarti ayah dan kakekmu ingin kau mengambil lamaran pernikahan ini... Pernikahan, adalah sesuatu yang sakral dan akan jadi seumur hidup saat kau memasukinya, itu yang harus kau camkan! Pada akhirnya, kau yang menjalani pernikahan itu. Ayah dan kakekmu tidak ingin kau menjalani kehidupan yang penuh dengan keterpaksaan... Seperti katamu Atthy, kita miskin dan hidup di tempat terpencil. Tapi, tidak pernah sekali pun kita membencinya. Kita selalu menikmati hidup kita dan akan terus seperti itu... Kami, hanya ingin kau memikirkannya baik-baik! Ini memang kesempatan langka tapi kalau kau tidak menginginkannya, maka kami akan menghargai keputusanmu,'' ujar Ash dengan wajah serius dan tegas mengungkapkan apa yang di pikirkan olehnya dan juga oleh Rowtag.

Ash memiliki kepribadian sedikit lebih keras dari Rowtag yang santai, mungkin karena dia juga telah merasakan bagaimana didikan dari sebuah akademi pendidikan resmi di pusat pendidikan kerajaan pada masanya dulu. Tapi, dia tetaplah seorang yang juga cukup bijaksana dengan tidak menjadi seorang yang otoriter dalam keluarga.

''Baiklah... Aku... Akan lebih memikirkannya lagi,'' ujar Atthy menjawab, dia tulus akan mempertimbangkan kembali pendapat ayah dan kakeknya.

Dia bisa memahami apa yang di pikirkan oleh dua orang tua di hadapannya, bahkan dia sekarang bisa melihat mata Agafya berkilauan menatapnya sejak saat Ash memberi tahu, kalau Atthy mendapat lamaran pernikahan dari seorang bangsawan tinggi di Ibukota.

**

Nächstes Kapitel