webnovel

Dunia Jiwa

"Mendekatlah muridku...!" kata sang guru.

Kemudian terlihat sang guru mulai mengerak-gerakkan kedua telapak tangannya dan muncul cahaya hijau yang dengan cepat memasuki tubuh Zang Lung, dengan berposisi lotus terlihat cahaya hijau tersebut memasuki tubuh Zang Lung terus menerus selama 10 menit.

"Nah selesai...!, sebenarnya saat tingkat kekuatanmu telah mencapai Ranah Kekuatan Alam Surgawi...?, Dunia Jiwamu telah terbentuk..., hanya saja kamu belum merasakannya...!, dan aku telah membantu membentuk Dunia Jiwamu sekalian telah membuatkan kebun tanaman herbal sama seperti yang ada didalam Dunia Jiwaku...!, semua jenis tanaman herbal dengan berbagai tingkatan sudah berada disana..., sekarang mari kita melihat kedalamnya..." kata sang guru kemudian mereka berdua menghilang dan berpindah tempat kedalam Dunia Jiwa milik Zang Lung.

Whhuuzz..., Whhuuzz...,

"Dunia Jiwa ini sepenuhnya menjadi otoritas milikmu...!, tidak ada seorangpun yang bisa masuk kesini tanpa seijin pemiliknya..., untuk itu sebagai langkah pertama sebarkan Aura Kekuatan Energi Spiritualmu disertai darah milikmu keseluruh bagian Dunia Jiwa ini...!, hal itu menandakan sebagai tanda materai pemilik sah tempat ini..., dan juga yang berhak membuat apa saja keinginan dari sang pemilik...!" kata Dewa Obat menjelaskan.

"Terimakasih guru...!, murid belum menyadari kalau Dunia Jiwa telah terbentuk sebelumnya..., murid akan memanfaatkan Dunia Jiwa ini untuk membantu tugas-tugas murid dimasa depan...!" kata sang murid.

"Bagus...!, selanjutnya tinggal kamu sempurnakan isi Dunia Jiwamu ini..., aku telah membuat beberapa tempat dengan mengambil contoh seperti yang berada di Wilayah Tengah Benua Putih Alam Fana ini..., dan untuk hewan-hewannya silahkan kamu yang mengisinya..."

"Baik guru...!"

"Dan sebaiknya sebelum kamu mengisi Dunia Jiwamu dengan makhluk hidup...!, lindungi dulu kebun tanaman herbal itu dengan kubah perlindungan agar supaya tetap aman dan tidak dirusak oleh hewan-hewan nantinya...!"

Zang Lung kemudian dengan kemampuan yang dimilikinya membuat sebuah formasi pelindung teradap kebun tanaman herbal yang telah dibuat oleh gurunya dan juga membuat beberapa buah gunung, danau, padang rumput serta sebuah istana megah yang diletakkannya didekat sebuah danau. Kemudian dia memikirkan untuk segera mengisi Dunia Jiwanya dengan berbagai jenis hewan, karena dia mengetahui bahwa ayah dan ketiga pamannya adalah seorang pemburu dan sering mengadakan perburuan di Hutan Kabut setiap 2 bulan sekali. Zang Lung kemudian mengajak sang guru untuk melihat Istana hasil buatannya, Istana yang tidak terlalu besar itu hanya terdiri dari sebuah ruangan utama dan 4 buah ruangan berukuran sedang. Dibagian tengah terdapat ruangan induk dengan sebuah kamar besar yang didepannya terdapat sebuah kolam ikan berukuran kecil, kemudian dibagian belakang terdapat beberapa ruangan yang dapat dijadikan gudang serta sebuah dapur besar.

Setelah puas melihat-lihat Istananya keduanya keluar dari dalam Dunia Jiwa dan berpindah kedalam podok latihan Zang Lung yang berada diatas pohon, dengan posisi duduk bersila dan saling berhadapan sang guru berkata...

"Muridku...!, sudah saatnya aku meninggalkanmu untuk berlatih sendiri..., karena semua pengetahuanku sudah kuberikan semua kepadamu...!, nantikan guru-gurumu berikutnya..., ingat pesanku untuk tetap berlatih dan lebih mengasah kemampuanmu baik dalam bidang Alkemis, Tabib dan teknik-teknik lainnya...!, terlebih dari pada itu untuk tetap berlatih untuk memperkokoh pondasi tubuhmu...!, karena hal tersebut sangat penting seiring peningkatan tingkat kekuatanmu...!"

"Murid akan melaksanakan semua perintah dan petunjuk guru...!" kata Zang Lung sambil sujud hormat kepada gurunya.

"Aku akan tetap mengawasimu dari atas langit..., dan suatu saat nanti kita akan bertemu lagi untuk mengevaluasi seluruh hasil pelatihanmu...!, tetaplah merendah dan bantulah setiap makhluk yang membutuhkan pertolongan serta berilah hukuman kepada setiap kajahatan dan keangkaramurkaan...!" kata sang guru kemudian menghilang dari hadapannya.

Whhhuuuzzz...!

Setelah kepergian sang guru, bocah berusia 8 tahun itu segera membersihkan diri dan berganti dengan pakaian baru yang dia simpan didalam cincin dimensinya, setelah itu dia bergegas menuju paviliun keluarganya untuk ikut makan malam bersama kedua orangtuanya dan sang adik Zang Ling. Mendekati paviliun Zang Lung mengedarkan kesadaran spiritualnya untuk merasakan keberadaan keluarganya dan tak satupun dari mereka dia temukan, kemudian dia menuju bagian belakang paviliun untuk menemui para pelayan dan penjaga disana.

"Salam bibi Lun...!, ayah..., ibu dan adik Ling pergi kemana...?" tanya Zang Lung kepada kepala pelayan paviliun keluarganya bibi Ai Lun.

"Ehh..., tuan muda...!, tuan besar dan nyonya serta tuan putri sedang kerumah tuan Tabib..., mereka sedang menghadiri acara pernikahan tuan Zang Fei..., sebaiknya tuan muda berganti pakaian yang bagus dan susul mereka kesana...!" kata bibi Ai Lun menjelaskan.

"Ohh..., begitu...?, baiklah terimakasih bi...!" kata Zang Lung kemudian bergegas mendapatkan Chuan Wei yang mengurusi kereta dan kuda-kuda tunggangan dipaviliun keluarganya.

"Paman Wei...!, tolong siapkan kuda tunggangan buatku..., aku akan pergi kerumah kakek Wui...!" kata Zang Lung.

"Ehh..., apa tidak sebaiknya naik kereta tuan muda...? takutnya nanti tuan uda erjatuh jika menunggang kuda sendiri...!" kata Chuan Wei sang penjaga kuda.

"Ahh..., tidak mengapa paman..., aku sudah bisa menunggang kuda sendiri...!, paman jangan kuatir..., hehehe..." kata sang bocah sambil tersenyum melihat kekhawatiran sang penjaga kuda tersebut.

"Baiklah tuan muda..., paman akan menyiapkan kuda yang terbaik...!"

"Terimakasih paman...!, saya ganti lakaian dulu..." kata Zang Lung kemudian bergegas masuk kedalam paviliun menuju kamarnya untuk berganti dengan pakaian yang pantas untuk menghadiri sebuah pesta pernikahan.

Bagai seorang pangeran dengan mengenakan pakaian berwarna putih lengkap dengan jubah dibelakangnya, Zang Lung memacu kuda tunggangannya menuju kediaman keluarga kakek Zang Wui dan nenek Sun Lei dimana hari ini adalah hari pernikahan pamannya Zang Fei. Dari kejauhan sudah terlihat keramaian yang terjadi dirumah kediaman kakek Zang Wui, dengan melambatkan kudanya Zang Lung mendekati paviliun yang disekelilingnya terdapat tenda-tenda berukuran besar. Didepan gerbang masuk Zang Lung disambut oleh beberapa orang penjaga paviliun keluarga kakek Zang Wui,...

"Selamat datang tuan muda Lung...!, biarkan kami yang mengurus kuda tunggangan tuan..., silahkan tuan muda bergabung dengan seluruh anggota keluarga yang saat ini sedang berada diruangan utama paviliun...!' kata sang penjaga.

"Baik..., terimakasih paman...!" kata Zang Lung kemudian turun dan bergegas masuk kedalam paviliun karena upacara pernikahannya sudah berlangsung sejak siang hari sebelumnya dan tamu undangan telah pulang sehingga tersisa anggota keluarga besar Zang yang sedang berkumpul diruangan tengah paviliun tersebut.

Didalam ruangan itu terlihat seluruh anggota keluarga masih lengkap, sedang melanjutkan acara pesta pernikahan paman Zang Fei yang khusus diadakan untuk keluarga besar Zang.

"Nah..., ini yang ditunggu-tunggu baru muncul...!, hehehe..." kata kakek buyutnya Zang Lang yang melihat Zang Lung sedang berjalan memasuki ruangan tersebut.

"Salam semuanya...!, maaf aku baru sampai..., tadi setelah selesai latihan tertutup selama beberapa bulan..., aku kembali kepaviliun dan mendengar dari bibi Lun kalau semua anggota keluarga sedang berada disini..., jadi aku segera menyusul kemari...!" kata Zang Lung menjelaskan.

"Iya..., kami sudah diberitahu oleh ayahmu soal itu..., nah sudah sampai sejauh mana pelatihnmu nak...? kakek ingin mengetahuinya...!, dan sudah ditingkat mana kekuatanmu...?" tanya sang kakek buyut.

"Hmm..., seperti yang kakek lihat..., latihanku masih jauh dari kata sempurna dan tingkat kekuatanku tidak jauh berbeda dengan tingkat Hawa Murni Langit tahap 10..., dan aku masih butuh banyak pengalaman..., untuk itu aku ingin ikut jika ayah dan paman-paman akan melakukan perburuan nantinya...!" kata Zang Lung yang menyembunyikan tingkat kekuatan yang sebenarnya.

"Hei..., kenapa kakek tidak bisa melihat tingkat kekuatanmu nak...? apa kamu menggunakan artefak khusus...?" tanya Zang Tong sang Kepala Desa Kun Zang.

"Ahh..., kakek Tong bisa aja..., aku tidak menggunakan artefak khusus..., hanya saja waktu pelatihan guruku sengaja membuat sebuah pelindung didalam tubuhku agar kebal dan terhindar dari pengaruh racun dan sihir serta membuat seseorang tidak bisa melihat tingkat kekuatanku...!, nah kalau begini apakah kakek sudah dapat melihatnya...?" kata Zang Lung kemudian mengatur tingkat kekuatannya sampai ditingkat Hawa Murni Langit tahap 10 dan membuka aura pelindung tubuhnya.

"Ya..., sekarang kakek bisa melihat tingkat kekuatanmu...!, hahaha..., sekarang tingkat kekuatanmu telah melewati tingkat kekuatan paman-pamanmu...!, dan juga pertumbuhan tubuhmu tidak seperti anak-anak seusiamu..., saat ini kamu terlihat seperti seorang remaja yang kuat dan berotot seperti seorang pemburu...!" kata Zang Tong dengan bangga.

Nächstes Kapitel