webnovel

11. Hubungan Antara Lintang Dan Arwin

Matahari belum menampakkan sinarnya sebab masih terlalu dingin baginya untuk keluar begitu pula sebuah keluarga kecil yang tengah sarapan pagi Namun kali ini suasananya sedikit berbeda dimana si bungsu Dani yang ikut sarapan bersama mereka.

Randa "Tumben bangun pagi, biasanya kan nanti kita udah berangkat sekolah baru bangun" Ucapnya dengan sedikit mengejek, Heran saja sebab ini pertama kali baginya bisa sarapan bersama adik bungsunya ini.

Rani "Dani mau latihan buat bangun pagi, Kan tidak lama lagi dia mau masuk TK" Tuturnya lalu Dani yang asik makan hanya mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan ucapan bundanya.

Rino "Alhamdulillah, baguslah kalau begitu" Ucapnya senang.

Rani "Oh iya Rin, Bunda hampir saja lupa, itu sepeda kamu sudah Bunda bawa ke bengkelnya Ibnu" Ucapnya.

Rino "Hehehe... Maaf jadi merepotkan Bunda, coba saja temanku tidak memintaku untuk ke rumahnya mungkin aku yang membawanya ke bengkel sepeda" Kekehnya.

Randa "Teman? Tumben Abang bawa teman kesini" Herannya sambil mengunyah makanan di mulutnya.

Rino "Telan dulu baru bicara, kebiasaan kamu" Tegurnya. Randa pun terkekeh lalu segera menelan makanannya.

Rino "Jadi kemarin Abang di ajak teman kerumahnya terus pulangnya malam jadi Abang gak sempat bawa sepeda ke bengkel, capek" Lanjutnya dengan sedikit kesal mengingat kejadian di mesjid kemarin.

Rani "Kenapa mukanya kesal begitu?" Tanya Rani ke anak sulungnya saat melihat perubahan ekspresi di wajah Rino.

Rino "Tidak apa-apa Bun, tidak usah dipikirkan. Memangnya kapan Dani masuk TK?" Kata Rino mengalihkan pembicaraan. Ia hanya tidak ingin menceritakan kejadian kemarin kepada keluarga kecilnya.

Rani "Tidak lama lagi, Dan jika saatnya tiba Bunda akan jualan bakso saat Dani pulang dari sekolah" Tuturnya membuat Rino dan Randa tersenyum maklum, Tentu saja mereka paham. Pasti Bunda mereka akan sibuk menemani Dani di sekolah nanti.

Randa "Bun, kenapa gak sekalian bunda jualan di sekolahnya Dani? Kan lumayan hasilnya Shhh!" Usulnya, lalu lengannya di hadiahi sebuah cubitan kecil dari Rino.

Randa "Kamu punya otak atau tidak? Mana ada anak TK beli bakso? Kalau Dani sekolah SD mungkin saja, Tapi kan Dani masuknya TK mana bisa Ran yang ada orang tuanya yang kenyang makan bakso" Rino, Randa dan Rani tertawa lucu di sela-sela sarapan pagi mereka kecuali Dani yang sama sekali tidak terusik dengan keributan itu.

***

Rino "Jangan nakal kamu di sekolah, Di tinggal baru tau rasa" Celetuknya saat mereka akan berpisah ke sekolah masing-masing yang hanya di batasi jalan raya saja.

Randa memutar bola matanya dengan malas, Abangnya sudah seperti emak-emak rempong jika menasehatinya. Dengan enggan di ambilnya tangan Abangnya lantas diciumnya dengan khusyuk hingga Rino tertawa geli melihat tingkah adiknya dan memukul kepala Randa dengan pelan.

Rino "Kamu ini ya... Di nasehati yang benar malah bermain, Abang serius ini" Ucapnya dengan kekehan berlesungnya.

Randa "Habis Abang kayak emak-emak yang kalau ceramah bisa ngabisin 30 juz Alquran" Jelasnya.

Rino "Biar kamunya tidak nakal!"

Sejak mereka berbincang, Interaksi kakak beradik ini mengundang perhatian murid-murid dari masing-masing sekolah mereka untuk menonton. Dari sekolah Randa, mereka kagum dengan ketampanan Rino. Dari sekolah Rino juga begitu walau tidak nampak tapi mereka memang kagum dengan kakak beradik yang miskin tapi sialnya sama-sama tampan ini.

Setelah memastikan Randa masuk ke sekolahnya kini giliran dirinya yang akan masuk ke sekolahnya namun tanpa Rino sengaja menabrak punggung seseorang bahkan ia sedikit mundur ke belakang akibat punggung yang sangat keras itu tiba-tiba berhenti mendadak di depannya.

Arwin merasa sebuah benda mendarat di belakangnya. Tadi ia berhenti mendadak karena baru ingat telah melupakan kunci mobilnya yang masih terpasang di kontak mobilnya.

Saat menoleh ke belakang dirinya sedikit terkejut melihat Rino sedang memegang hidungnya yang nyaris pink itu kini berwarna merah setelah menabrak punggungnya.

Rino pun sama terkejutnya dengan Arwin, beberapa hari ini ia tidak pernah bertemu dengan kekasihnya ini.

Rino "Maaf" Hanya itu yang keluar dari bibir busur seksi miliknya kemudian ia melangkah meninggalkan Arwin yang masih terdiam seakan-akan mereka tidak memiliki hubungan apapun.

Arwin "Tunggu"

Namun Rino menghentikan langkahnya kala Arwin menahannya Dan hal itu membuat para murid yang berada di sekitar halaman sedikit terkejut. Kemarin Lintang, sekarang Arwin? Entah apa yang digunakan Rino hingga bisa menarik perhatian dari most wanted kelas 3 dan 2 itu.

Rino "Kenapa kak?" Bingungnya menatap Arwin, Pacarnya.

Arwin "Ikut gue" Ia langsung menarik tangan Rino untuk ikut dengannya ke WC laki-laki.

Saat tiba ia langsung membawa masuk Rino ke salah satu kamar mandi yang kosong dan mendorong tubuh yang lebih kecil hingga sedikit menabrak tembok belakang. Arwin mengunci pintunya lalu berjalan mendekati Rino yang masih dirundung kebingungan lantas memenjarakan tubuh Rino di antara kedua tangannya dengan tatapan mata yang siap menelanjangi Rino.

Rino "Ke-kenapa kak?" Tanya Rino dengan sedikit takut. Untuk apa Arwin membawanya ke WC?

Arwin masih diam, ia terus memperhatikan Rino dari atas sampai bawah. Tidak buruk, Wajah Rino memang tidak manis tapi cukuplah untuk Arwin menjadikannya sebagai uke(pihak bawah) Namun bukan itu yang ada dipikirannya sekarang.

Arwin "Ada hubungan apa Lo sama adek gue?" Tanyanya penuh selidik.

Mendengar itu Rino mengerenyitkan dahinya tanda bingung.

Rino "Adik? Siapa?" Bingung Rino. Jangankan bertemu adiknya, Orang tuanya saja belum pernah sekalipun Rino melihatnya.

Arwin baru ingat jika mungkin saja Rino tidak tau siapa yang dimaksudnya 'Adik' di sini. Rahasia ini hanya Janu, Fanda dan Wardi serta kepala sekolah saja yang tau, selebihnya tidak.

Arwin "Lintang, ada hubungan apa Lo sama dia?" Barulah Rino mengerti dengan arah pembicaraan Arwin.

Tapi tunggu... A-ADIK!!!??

Rino "Adik?!! JADI LINTANG ITU ADIK KA-UMMMPPPHH!!" Pekiknya tanpa sadar dan berhenti kala Arwin membungkamnya tepat di bibir, dengan kata lain Arwin menciumnya.

Rino membelalakkan matanya. Memang benar ia dan Arwin pacaran tapi perlu diperingatkan lagi bahwa sejak awal hanya Rino yang suka kepada Arwin dan menembaknya dan Arwin juga tidak serius menganggapnya pacar, hanya sebagai mainan. Lantas kenapa menciumnya?

Plop!

Bunyi kecipak basah bibir terpisah, Arwin melepaskan tautannya dari bibir Rino yang baru disadarinya jika bibir busur dihadapannya ini sangat manis untuk dikecup. Rino blank, seketika otak cerdasnya menjadi buntu, Hey ciuman pertamanya telah direnggut!! Sebenarnya ia senang tapi tubuhnya tidak bisa di gerakkan sekarang.

Arwin tersenyum remeh, baru juga di cium sudah menjadi patung, bagaimana bila Arwin membuatnya mendesah nikmat di bawahnya? Dicengkramnya bahu Rino dengan kuat hingga si empunya sedikit meringis menahan sakit.

Rino "Akh... Le-lepas kak" Mohonnya kesakitan sembari memegang tangan Arwin yang sedikit meremas bahunya.

Arwin "Kalo Lo sampe buka mulut soal Lintang adek kandung gue, gue gak akan segan-segan buat nyakitin Lo, ingat itu!" Ancamnya tanpa melepas cengramannya.

Rino "Aku Shhh! Aku janji kak!" Barulah Arwin melepaskan bahu Rino dari tangannya. Tubuh Rino sedikit lemas tapi ia berusaha tetap berdiri tegak sembari memijat kecil pundak kirinya, cengkraman tangan Arwin tidak main-main.

Arwin mendengus kasar.

Arwin "Sekarang gue tanya sekali lagi, ada hubungan apa Lo sama adek gue?" Selidiknya.

Rino menelan ludah, bagaimana caranya ia akan menjelaskannya kepada Arwin? Tidak mungkin ia jujur bahwa kemarin Lintang dibuatnya babak belur akibat merobek tasnya.

Nächstes Kapitel