webnovel

BERMAIN KE PANTAI SELATAN BALI

Akhirnya kuhadirkan Gaib terkuat dari pantai di depan saya dan dimasukkan ke badan kang bondan terus kukunci agar tidak lepas.

Setelah badan kang Bondan merespon, maka saya biarkan dia masuk secara sempurna menguasai badannya kang Bondan. Setelah sudah masuk semua dan singkron dengan badan mediator,

“Selamat malam, Assalamualaikum,…..” Kataku.

“Hhmm ya kamu siapa?Kenapa kau panggil saya ke sini?” tanyanya.

“Aku bukan siapa-siapa, saya mau bincang-bincang saja sedikit denganmu, ngobrol-ngobrol lah kata orang, gituh. Kamu ini makhluk golongan apa dan wujud mu apa kalau boleh tau?” tanyaku.

“Hm aku siluman Ular, kenapa tanya-tanya?Hah?” gertaknya.

“Kamu jangan marah-marah dululah, saya ini cuma mau kenalan saja. Namamu siapa kalau boleh tau?” tanyaku kepadanya.

“Bumi Swadarma, namaku,” katanya.

“Kayak nama dewa ya? hehehe,” tanyaku.

“Ya saya dapat tugas dari Khayangan untuk menjaga pantai ini,” katanya.

“Kamu tau siapa saya donk?” tanyaku.

“Hm…maaf saya sudah lancang, maaf kalau saya sudah sombong di hadapanmu,” katanya sambil menyembah dan menunduk.

“Ya gak papa, saya cuma nanya saja sama kamu, sudah berapa lama kamu disini?” tanyaku.

“Sudah 300 tahun saya menguasai pantai ini,” katanya.

“Emang kamu diutus langsung sama beliau dari khayangan?” tanyaku.

“Ya, semenjak beliau menguasai Alam khayangan beliau memberi mandat langsung untuk menjaga semua kekayaan yang ada di laut sini,” katanya.

“Loh emang ada harta goib disana?di dalam laut sana?” kataku.

“Ya, ada hanya tak boleh dikasih tau sama siapapun, harta ini akan muncul sebentar lagi,” katanya.

“Sebentar lagi?” tanyaku heran.

“Lah kapan kalau boleh tau?” tanyaku lagi.

"Masih rahasia sang pencipta,” katanya.

“Ya sudah kamu kan tau siapa pemimpin alam Khayangan sekarang ini?kamu jaga ya, tugasmu kamu jalankan dengan baik, jangan sampai ada yang mengambilnya,”kataku tegas.

“Ya, saya paham itu, salam saya kepada beliau,” katanya sambil menyembah.

“Ya nanti saya sampaikan kepada beliau,” kataku.

“Bumi, kalau saya panggil nanti mau ya bantu saya,” kataku kepada dia.

“Ya silahkan saja, panggil saja saya Bumi Swadarma, siluman ular penunggu pantai Tabanan,” katanya.

“Oh ini Pantai Tabanan?” ujarku. “Ya saya akan perhatikan itu Bumi,” kataku.

“Terima kasih atas waktunya, maaf kalau saya tadi manggil kamu dengan tidak sopan?” ujarku lagi.

“Ya sama-sama, saya ucapkan terima kasih bisa bertemu denganmu,” katanya.

“Asssalamualaikum,” sapanya.

“Waalaikumsalam,” jawabku.

Akhirnya kang Bondan sadar kembali dan dia bilang,

“Wah gede banget itu Ular, kayaknya condong ke Naga kang,”katanya.

“Naga juga Ular atuh kang, hehehehe,” kataku.

“Ya bener, Ular Naga,” katanya.

“Gimana udah jam 7 lewat mau Isya dulu? Terus kita langsung ke Negara ya?” tanyaku.

“Ya boleh kang, udah masuk Isya ini,” katanya.

“Yuk…,” kataku

Sehabis sholat Isya lanjutkan perjalanan ke pasar malam Negara dan disana kang Bondan masuk pasar untuk menagih dan menawarkan baju-baju yang dia bawa untuk dijual, sedangkan saya menunggu di sebuah warung untuk minum kopi dan udud, sambil mengedit video putri khayangan yang tadi di pantai.

***

Sesudah kang Bondan selesai mengurus pekerjaannya, dia mendatangiku sambil memberikan sebungkus rokok lagi.

"Ini kang sebungkus lagi,” katanya.

“Hm ya kang, terima kasih, tapi masih 2 batang lagi kok,” kataku.

“Kang nanti kita mampir ya ke min market kawanku, dia yang punya mini marketnya, enak kalau diajak ngobrol, dan muslim juga kok,” katanya.

“Ya kang santai saja. Udah selesai belum kerjaan?” tanyaku.

“Udah kang,” katanya.

“Enak juga ya kalau masa pandemic gini, jalana gak rame dan gak macet. Pastinya di daerah kost kita macet kalau bukan pandemi ya kang?wong tadi kita sore jam 4 ajah udah rame agak macet, gimana gak pandemi kang?” tanyaku.

“Iya sih, macet banget pastinya, emang akang pengen hidup di bali?” tanya nya.

“Ndaklah, nanti saya juga palngan Cuma sebulan dua bulan saja disini, masih betah tinggal di jawa, disini udaranya panas banget kang, saya gak cocok tinggal disini,” kataku.

“Ya gak papa saya sih siap saja. Eh iya kapan mau ke tempat bli Ketut?” tanyanya.

“Ya saya sesuaikan saja dengan jadwal sampeyan disana, ada jadwal gak ke pasar sana?” tanyaku.

“Pasar disana sepi-sepi kang, ya kalau mau main ke sana ya anggap saja silaturahmi bukan jualan,” katanya.

“Masa sih masih sepi, kan disana kayaknya juga pinggir pantai ujung timur Bali ya?” tanyaku ke kang Bondan.

“Iya, disana kalau malem dingin kang, enak, kita nginep disana ajah yah beberapa malam, ya sekalian saya muter disana juga. Nanti kang Karim di rumah Bli Ketut saja,” katanya menjelaskan rencana nya.

“Kita jalan dulu deh jangan ke sana dulu, minggu depan saja ke sananya, sekalian saya seminggu disana,” kataku.

“Oh kalau gitu boleh kang, besok kita kearah utara, pantai utara Bali,” katanya.

“Bolehlah ke sana, saya mau jalan-jalan dulu di Bali, kalaudah disana sama bli Ketut kayaknya kudu ngendon dan palingan jalan-jalan daerah sana saja,” kataku.

“Yuk kang kita ke tempat kawan yang punya mini market?” ajak kang Bondan.

“Ya yuk,” kataku.

***

MENUNDUKAN SILUMAN KERA DI TAMAN

Kemudian kita lanjutkan kembali perjalanan ke mini market yang direncanakan oleh kang Bondan. Sesampainya disana kami bertemu juga dengan yang ingin ditemui yaittu Bli Panca yang punya sosok kekar dan rambutnya gimbal. DIa terlihat asik diajak ngobrol karena sepertinya dia tokoh juga disana dan tinggal dipinggir pantai.

Tak lama kami disitu dan lanjut arah pulang karena sudah malem dan perjalana ke kost memerlukan waktu sekitar 2 jam lebih. Sebelum sampai di kost, kita berhenti di angkringan untuk ngopi dan makan tusukan. Di sekitar situ ada banyak patung kera atau hanoman dan aku tertarik untuk mengetahui penunggu dari pating kera tersebut.

“Kang kita medium yuk, cari tempat, tapi gak usah divideokan gak enak banyak orang nanti jadi tontonan,” kataku.

“Yuk, dimana?oh di sana ajah tuh ada kursi taman juga,” katanya.

Sete;ah kita jalan ke sana dan duduk, kang Bondan bertanya,

“Mau medium apa kang?” tanyanya.

“Medium itu patung kera, saya aja yang jadi mediatornya ya, saya mau merasakan energy si ker itu, sepertinya kuat banget dan emang mau berkomunikasi lagi sama saya,” kataku.

“Ya kang siap ya, kang Bondan saja yang narik, fokus kang,” kataku.

“Ya siap kang, Akang protek dulu sendiri ya,”katanya.

“Ya kang siap,” kataku.

Kemudian kang Bondan mencoba menarik goib terkuat yang ada di patung kera dipojok jalan, dan memasukkan goibnya ke badan saya.

Setelah badanku merespon, maka kubiarkan dia masuk secara sempurna menguasai badanku sempurna dan sinkron dengan badanku. Gaya ku seperti kera dan ingin melompat-lompat seperti kera, untung kang Bondan segera password untuk tenang dan diturunkan energinya 30% sehingga aku laebih tenang.

“Selamat malam, maaf dengan siapa ini saya bicara?” katanya.

“Ya malam, swastiastu,” katanya juga.

“Makhluk golongan apa ini? Dan wujudnya apa?” tanya kang Bondan.

“Saya siluman Kera, nguk nguk nguk…,” kataku berlagak seperti kera.

“Hm ya tenang dulu, powernya diruntunkan 30% lagi,” katanya.

“Siapa kamu?” tanyanya.

“Saya hanya orang biasa, mau tau kamu yang ada didalam petung Kera di ujung jalan ini?” tanya kang Bondan.

“Ya, kamu siapa kok bisa menarikku ke sini?” tanyanya lagi.

“Ya aku ini orang biasa saja, emang kamu dah lama disana?” tanya kang Bondan lagi.

“Hmm udah lumayan lama sih, seikitar 400 tahun, ya saya memang menguasai daerah ini dan saya tinggal di badan patung itu,” katanya.

“Loh, kamu penguasa daerah ini juga?kenapa milih di patung itu?” Tanya kang Bondan.

“Aku suka saja disana, seperti badanku sekarang ini, sama,” katanya.

“Oh emang semua patung di Bali ini isinya goibnya sama dengan wujud patungnya?” tanya kang Bondan.

“Rata-rata ya sama, karena kami memang banyak disini maksudku bangsa kera seperti kami banyak disini,” katanya.

“Pantes kalo disni banyak kera ya? Dan di beberpa tempat binatang kera juga sering ke jalan-jalan,” tanya kang Bondan.

“Hmm ya kalo itu banyak mengelompok saja, dan mereka itu juga banyak silumannya juga, jadi wujud kera beneran tapi sebenarnya wujud dari kelompok siluman kera yang berjumlah milyaran,” jelasnya.

“Ohhh gituu…ya paham,” kata kang Bondan. “Loh sekarang kamu udah muslim belum?” tanya kang Bondan.

“Belum, memang kenapa saya harus muslim?” tanya nya.

“Ya gak papa nanya saja, kamu tau pemimpinmu gak, Penguasa Alam Gaib,” tanyaku.

“Iya saya tau beliau walaupun saya belum pernah bertemu. Namanya terkenal di alam gaib dana lam khayangan,” katanya.

“Oh gitu, kamu kalau mau tunduk dengan beliau harus muslim,” kata kang Bondan.

“Masa sih?emang beliau Muslim juga?” tanyanya.

“Iya beliau muslim, gimana kamu mau gak?Oh iya pasukanmu berapa di daerah ini?” tanya kang Bondan.

“Ada berapa ya? Hmm..500 milyar kalau gak salah,” katanya.

“Wah dikit itu kirain 500 trilyun?” kata kang Bondan.

“Hehehehe…kurang banyak ya?”tanyanya.

“Iya kurang banyak banget, ya udah deh, kalau nanti kamu muslim ajak mereka muslim juga ya,” kata kang Bondan.

“Iya boleh-boleh,” katanya.

Ikutin kata-kata saya ya baca dua kalimat syahadat. Dan kemudian dimuslimkan dan dimasukkan ilmu dan amaliah agar mereka tunduk kepada Penguasa Alam gaib.

“Ya sekarang kamu sudah muslim dan kamu kalau murtad akan meledak dan masuk neraka jahanam ya,” kata kang Bondan.

“Ya, saya sekalian muslimkan semua pasukanku agar ikut menjadi tentara dan pasukan beliau, Penguasa Alam Gaib. Kemudian dia muslimkan semua prajurritnya.

“Sudah, bagaimana selanjtnya?” tanya dia.

“Ya kamu tetep disini saja hjaga daerah sini yah, kalau gaib yang lain mau masuk muslim, ajak mereka ya,” kata kang Bondan memerintah.

“Ya, terima kasih, Assalamualaikum,” katanya.

“Wa”alaikumsalam,” kata kang Bondan.

Setelah siluman kera itu keluar, kembali kusadar dan sudah duduk dbawah lantai tidak dikursi lagi.

“Ya alhamdulillah sudah ada yang tunduk lagi,” kataku.

“Ya kang, enenrginya kuat tadi hamper saya kewalahan, itu soalnya tadi banyak yang melihat dari luar jalan, tapi untung saya bisa kendalikan dan silumannya mau duduk tadi, kalau gak mau berabe saya tadi udah banyak yang berhenti melihat ke sini,” katanya.

“Ya gak perlu takut kang, kita kan lagi menundukan gaib, jadi emmang itu konsekensinya,” kataku.

“Hehehehe iya kang, nanti biar jadi pembelajaran saya juga,” katanya.

“Yuk Pulang, dah jam 1 pagi nih. Besok kita kemana rencananya kang?” tanyaku.

“Kita besok ke Singaraja dan Seririt kang, kita nginep disana, saya punya kamar kost disana, bisa satu malam bisa dua malam,” katanya.

“Ya kita bawa baju ganti saja sekalian buat mandi tobat,” kataku.

“Siap kang, yuk kembali ke gerobak angkringan lagi,” katanya.

“Ayuk,” kataku.

Setelah sampai di gerobak sudah mulai sepi, tadi nya rame sekali gerobak angkringannya. Aku lanjutkan ngabisin kopinya yang masih sedikit lagi. Begitu membayar yang kita makan, kang Bondan ternyata diajak ngobrol sama yang punya angkringan dan dia tadi melihat proses mediumisasi kami. Kang bondan memanggilku,

“Kang, sini kang,” kata dia.

“Ya sebentar,” kemudian ku jalan ke sana.

“Ini kang, mau minta bantuan katanya anaknya sakit, bisa bantu gak kang?” tanya kang Bondan.

“Bawa ke kost ajah kang, kasih alamatnya,” kataku.

“Ya kang,” katanya.

Kemudian dia memberikan alamat kostku dan kasih sekalian nomer Hp kang Bondan supaya bisa janjian untuk pegobatan.

“Yuk kang, kita pulang,” katanya.

Akhirnya kita kenbali ke mobil dan pulang ke kost. Sampai kost udah jam 2 pagi dan kulanjut mandi Tobat dan dzikir tobat. Setelah selesai kuminum kopi yang beli di angkringan tadi sambil menunggu adzan subuh. Seteah sholat subuh ku rebahan dan tidur.

****

Jangan lupa Teman-temanku Para Pembaca, Klik LIKE dan KOMEN ya di ceritaku ini, Komen yang kalian berikan memberikan semangatku untuk lebih baik lagi...

Nächstes Kapitel