webnovel

Bab 24

Raja membuat beberapa catatan setelah mengamati kurang lebih 2 jam di bukit Jati ini. Demikian Raja menyebutnya karena dia tidak tahu nama sebenarnya dari bukit yang paling tinggi di antara bukit-bukit lainnya di wilayah ini. Rasanya semua sudah cukup.

Pemuda itu melangkah turun dengan hati-hati. Tapi tiba-tiba dia merebahkan tubuhnya di lantai hutan Jati. Terdengar suara berdengung keras di atas. Seperti suara sekumpulan tawon sedang mengamuk. Raja tahu persis itu bukan gerombolan tawon. Tapi drone!

Untunglah Raja bertindak cepat. Di balik semak yang menutupi tubuhnya, Raja bisa melihat dengan jelas sebuah drone berukuran besar sedang hover lalu berputar-putar di atasnya. Seolah sedang menyelidiki sesuatu di bawahnya. Firasat Raja mengatakan drone itu sedang melakukan pengawasan daerah sekitar Bukit Bubat. Raja tidak mau berpikir lama. Dia harus bertindak cepat. Dirinya sedang dalam bahaya. Terutama misinya memata-matai Bukit Bubat bisa ketahuan dan menghancurkan semua pengintaian yang selama ini dia lakukan.

Pemuda itu merogoh benda kecil dari balik bajunya. Sebuah crossbow berukuran mini tergenggam di tangannya. Dengan posisi masih telentang, Raja membidik.

Siuuttt! Sebatang anak panah sangat kecil melesat seperti kilat menghantam tepat di rotor drone yang langsung melayang jatuh dan hancur berantakan setelah menghantam dahan pohon dan menghunjam keras ke bebatuan.

Raja berlari cepat ke arah jatuhnya drone. Diambilnya disk yang tersimpan di slot kamera drone lalu cepat-cepat melarikan diri dari tempat itu. Raja sengaja mengambil jalur yang berbeda dari tempatnya mendaki tadi. Sedikit melambung jauh tapi langsung menuju ke sebuah jalan desa di mana nampak para petani berduyun-duyun pulang dari ladang.

Sambil menenteng sabitnya yang agak karatan, Raja menyeka peluhnya seolah kelelahan sehabis bekerja sehari penuh di ladang. Pemuda itu bergabung dengan rombongan para petani menuju ke desa paling dekat dengan Bukit Jati.

Raja terus melangkah di belakang seorang bapak tua yang dari gestur tubuhnya sama sekali tidak kelihatan lelah. Dibahunya tersandang sebatang cangkul tajam berkilat. Capingnya sangat besar menutupi hampir seluruh wajahnya. Jalannyapun nampak gagah meski Raja menaksir usianya tak kurang dari 70 tahun.

Para petani itu sudah mulai berbelok ke rumah masing-masing. Dari jauh terlihat kepulan debu dari kendaraan yang melaju cukup kencang. Raja menengok ke kanan kiri. Tidak ada tempat persembunyian kecuali sebuah rumah kecil yang kelihatannya sudah lama kosong dan dalam keadaan rusak berat.

Dengan sedikit mengerahkan tenaganya, Raja melompat tinggi ke wuwungan rumah. Atap rumah rusak itu memang masih utuh sehingga Raja bisa aman bersembunyi di bawahnya sambil terus mengamati jalanan dari lubang yang banyak terdapat di sana.

Mobil itu ternyata bukan cuma 1. Tapi 2 mobil 4WD yang ditumpangi oleh beberapa orang bertampang sangar. Mereka mencegat bapak tua yang tadi berjalan di depan Raja. Menanyainya dengan suara keras.

"Pak Tua, apakah kau melihat ada orang tak dikenal yang berjalan bersama kalian tadi dari ladang?"

Orang tua itu melepas caping dan mengangkat mukanya. Raja tercengang. Wajah itu terlihat begitu segar meskipun sudah berkeriput. Dan tatapan matanya sangat tajam. Bapak tua itu melirik tak kentara ke arah tempat persembunyian Raja. Janggutnya yang putih pendek dielusnya dengan lembut.

"Kami semua dari desa ini memang selalu berjalan bersama-sama ke ladang kami masing-masing setiap pergi maupun pulangnya nak. Tidak ada orang lain lagi selain para petani yang semuanya merupakan penduduk desa ini." Orang tua itu menjawab dengan nada sareh meskipun dibentak oleh si penanya.

"Maksud saya apakah tidak ada orang lain lagi yang masih muda dan tidak kalian kenal lalu ikut berjalan bersama kalian?" Si penanya masih bertanya dengan nada tinggi.

Bapak tua itu berjalan ke sebuah batu besar yang tergeletak di depan rumah rusak lalu meletakkan cangkulnya ke tanah. Duduk dengan tenang sambil mengipaskan caping ke mukanya yang masih tersenyum sabar.

"Tidak nak. Semua petani di sini kebanyakan masih muda-muda dan saling mengenal. Justru mereka mungkin yang tidak mengenaliku karena aku sudah sangat tua."

Si penanya membanting puntung rokoknya dengan kesal. Bapak tua ini sama sekali tidak kelihatan takut meskipun mereka berenam adalah orang-orang kekar dengan tampang menakutkan.

"Sudahlah! Kita naik terus. Masih ada satu rombongan lagi di atas sana yang bisa kita tanya!"

2 mobil itu bergerak kembali. Menuju rombongan para petani berikutnya yang berjalan tidak jauh di belakang Raja dan bapak tua itu.

Begitu rombongan itu lepas dari pandangan. Bapak tua itu berseru lirih ke arah Raja.

"Turunlah nak! Ikuti aku." Bapak tua itu mengenakan capingnya, mengangkat cangkul ke pundaknya dan berjalan turun melalui tebing terjal ke sungai yang berada sekitar 100 meter di belakang rumah rusak tempat persembunyian Raja.

Meskipun terperanjat bukan main, Raja tahu bapak tua itu pasti tidak bermaksud buruk. Terbukti tadi dia tidak menunjukkan persembunyiannya meskipun tahu dia ada di wuwungan rumah. Raja melompat turun dengan cepat lalu mengikuti si bapak tua yang berjalan dengan sigap menuruni tebing terjal.

Lagi-lagi Raja melongo. Tebing ini bukan hanya terjal, tapi kemiringannya nyaris tegak lurus. Hanya ada jalan setapak yang juga sangat curam menyusur secara diagonal ke arah sungai yang berada jauh di bawah. Hanya orang-orang yang sehat, muda dan cakap saja yang bisa menuruni tebing ini menuju sungai besar di bawah sana.

Keheranan Raja berubah menjadi kekaguman. Selain lincah menuruni tebing, bapak tua itu juga sepertinya mempunyai sesuatu. Saat hampir sampai di bawah, masih sekitar 10 meteran, batu yang dipijaknya tiba-tiba longsor. Dengan gerakan luar biasa bapak tua itu berjumpalitan beberapa kali dan hinggap dengan ringan di pinggiran sungai.

Kekaguman Raja berubah lagi menjadi keheranan yang berlipat ganda. Sungai itu tidak terlalu lebar. Mungkin hanya sekitar 20 meter. Tapi arusnya sangat deras karena topografi perbukitan. Bapak tua itu kembali memperlihatkan sesuatu. Berloncatan dari batu ke batu menyeberangi sungai. Bahkan tadi Raja sempat melihat dengan sangat jelas bapak tua itu kehabisan batu untuk landasan lompat, dia menggunakan air sebagai pijakan sebelum akhirnya mendarat dengan sempurna di seberang sungai yang gelap karena rimbun tajuk pepohonan besar-besar.

Raja tentu saja berhasil juga sampai ke seberang. Duduk di akar pohon besar tidak jauh dari si bapak tua yang sekarang asik melinting klembak. Pemuda itu memperhatikan sungai di hadapannya. Aneh! Padahal tidak terlihat ada aliran sungai di atas sana tadi. Kenapa tiba-tiba muncul sungai sebesar ini di sini?

Sementara itu di jalanan desa. Tempat para penyelidik dari Bukit Bubat sedang mencari orang mencurigakan yang kemungkinan telah menjatuhkan drone mereka, menanyai satu per satu para petani yang masih tersisa di jalanan. Jawaban mereka semua sama.

"Kami tidak mengenali siapapun yang kalian maksud. Termasuk juga bapak tua berjanggut pendek dan bercaping lebar yang kalian sebut-sebut itu."

--****

Nächstes Kapitel