webnovel

Bab 24: Tawaran

Bianca menjelaskan bahwa mungkin saja siluet itu hanya properti dari wahana ini. Selama mereka berdiri, siluet itu sama sekali tidak bergerak sedikit pun. Ucapan Bianca membuat Anastasia setidaknya berpikir dua kali untuk mengambil sebuah keputusan.

Anastasia memutuskan untuk mengurungkan niatnya dan berjalan menjauhi siluet itu. Mereka melangkah menuju ke ruangan selanjutnya. Di dalam ruangan itu terlihat beberapa lukisan yang aneh-aneh dan tidak beraturan. Sarang laba-laba menempel di permukaan dinding dan plafon ruangan tersebut. Suara-suara aneh dan lampu yang berkedip berulang kali memberikan nilai lebih wahana ini.

"Anas, ayo kita cepat ke luar dari sini." Mata Bianca memandang sekeliling dengan raut wajah cemas.

"Bi, kita masih harus mencari Gideon." Anastasia berbalik dan menatap Bianca. "Kita harus …."

Anastasia langsung melihat sosok bayangan asing melintas di belakang Bianca dan seketika menghilang. Rona merah terkuras dari wajahnya. Rahangnya terasa kaku. Bola matanya melebar dan tidak berkedip sedikit pun. Bianca yang melihat wajah Anastasia langung bertanya kepadanya.

"Eh, kamu kenapa?" tanya Bianca sambil menjentikkan jarinya berulang kali dan membalikkan badannya. "Anas, di sana tidak ada apa-apa."

"Astaga Bi, aku tadi melihat sesuatu di sana," ucapnya dengan suara terbata-bata. "Sosok itu tadi berada di sana." Telunjuk Anastasia mengarah beberapa meter dari posisi mereka sekarang.

"Anas, kamu sengaja kan ingin membuatku ketakutan." Bianca menaikkan alisnya. "Di sini tidak ada siapa-siapa selain kita dan Gideon."

"Bi, aku serius!" Anastasia menaikkan suaranya diikuti dengan bola mata yang membesar. "Aku tidak berbohong."

Bianca menganggukan kepalanya mendengar ucapan Anastasia. "Baiklah Anas, aku percaya dengan ucapanmu.

Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang yang memanggil nama mereka. Anastasia dan Bianca dengan cepat berbalik. Sosok itu ternyata Gideon. Dia terlihat mengerutkan alisnya sambil menggaruk kepalanya melihat mereka berdua.

"Gideon? Kamu dari mana?" tanya Anastasia penasaran. "Aku dan Bianca dari tadi mencarimu." Raut wajah cemas Anastasia terukir jelas di wajah.

"Eh, Aku tadi berkeliling tempat ini dan tidak sengaja mendengar suara Kak Anastasia," ucapnya memberi penjelasan. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Kami akan menjelaskannya, tetapi kita harus ke luar dari sini terlebih dahulu," ucap Bianca terus menggenggam erat tangannya. "Tempat ini membuatku semakin enggan berbicara."

Gideon ternyata telah mendapatkan jalan ke luar dari wahana ini. Dia lalu menjadi penunjuk jalan di wahana ini. Akhirnya mereka berhasil ke luar dan segera mencari sebuah tempat untuk berbicara.

Mereka memutuskan untuk duduk sejenak di snack area yang jaraknya tidak terlalu jauh dari wahana rumah hantu. Gideon lalu melihat sebuah kursi panjang di sana dan mereka semua mulai bercerita.

"Kak, jadi apa yang sebenarnya terjadi?" Gideon mengerutkan alisnya.

"Anastasia melihat sesuatu selain kita di dalam wahana rumah hantu," ucap Bianca dengan raut wajah tegang. "Akan tetapi, aku sama sekali tidak melihatnya."

"Kak Anastasia masih mengingat rupanya?" tanya Gideon yang semakin penasaran. "Warna dan ukurannya?"

Anastasia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa melihat warnanya karena pencahayaan di wahana yang kurang terang. Akan tetapi, ukurannya jauh lebih besar dari ukuran manusia normal."

Gideon yang mendengar penjelasan Anastasia hanya mengangguk. Dia merasa mungkin saja itu hanya salah satu bagian dari wahana rumah hantu. Mereka bertiga memutuskan untuk kembali ke penginapan sebelum keberadaan mereka dicari.

Langit siang ternyata telah berganti menjadi warna jingga. Mereka terlalu asyik bermain hingga lupa waktu dan memutuskan mempercepat langkah kaki. Ketika mereka sampai di depan pintu penginapan, terlihat seorang wanita membelakangi mereka sambil berdiri di luar penginapan. Kepalanya terus bergerak dan terlihat sedang menunggu sesuatu. Gideon langsung menyadari bahwa wanita itu berperawakan seperti ibunya. Rambut hitam bergelombang wanita itu membuat Gideon tanpa ragu mempercepat langkahnya.

"Ibu!" teriakan Gideon cukup keras hingga membuat sosok wanita itu berbalik.

Wanita itu menengok ke sumber suara hingga memperlihatkan kontur wajahnya yang utuh. "Gideon, kamu dari mana saja?" tanya wanita itu sambil menunjukkan raut wajah cemas.

"Aku tadi habis bermain dengan Kak Anastasia dan Bianca." Senyuman di bibir Gideon terus terukir dan tidak berhenti sedikit pun. "Aku sangat senang, Bu!" ucapnya sambil melompat-lompat di hadapan ibunya.

Gideon menceritakan semua hal yang dialaminya bersama dengan Anastasia dan Bianca. Isabella terus tersenyum mendengar perkataan anaknya itu. Dia juga sesekali mengelus rambut Gideon lalu memeluknya.

"Ok, sekarang kamu ke kamar dan ganti pakaianmu." Isabella menyentuh ujung hidung Gideon. "Kita akan segera bersantap sore. cepatlah," ucapnya sambil menepuk pundak anaknya.

Gideon dengan cepat menggerakan kepalanya dan berlari meninggalkan mereka semua. Isabella hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah lucu anaknya itu dari belakang.

Isabella lalu mengarahkan pandangannya ke arah mereka. "Anastasia, Bianca terima kasih karena membuat Gideon bahagia."

"Kami berdua sangat senang bermain dengannya," ucap Anastasia sambil memperlihatkan senyuman miliknya.

"Gideon anak yang pemberani dan baik hati," sambung Bianca menambah ucapan Anastasia.

Isabella membalas ucapan itu dengan senyum. Dia kemudian mempercepat langkahnya mengikuti anaknya yang sudah berlari cukup jauh. Anastasia dan Bianca melanjutkan berjalan hingga sampai di depan pintu penginapan.

Bianca yang berada di depan langsung memegang gagang pintu dan memutarnya. "Anas, ayo sebelum Madam Theresa dan Nigera mencari kita."

"Iya Bi, tunggu," ucap Anastasia sambil mengatur napasnya. "Aku sudah sangat lelah sekarang."

Mereka mempercepat langkah hingga sampai di depan pintu kamar. Bianca perlahan memutar gagang pintu dan mengintip dari celah-celah pintu. Beberapa anak terlihat sedang bermain di dalam. Dia kembali memutar bola matanya dan berusaha mencari keberadaan Madam Theresa dan Nigera.

"Bi, gimana?" tanya Anastasia penasaran sambil melirik ke kiri dan kanan.

"Anas, aku rasa semuanya aman." Bianca membuka pintu kamar itu dan langsung masuk dengan cepat. "Ayo sebelum madam Theresa dan Nigera melihat kita."

Mereka dengan cepat masuk ke dalam ruangan dan membaur dengan anak-anak yang lainnya. Beberapa detik kemudian terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamar. Langkah kaki itu ternyata milik Madam Theresa dan Nigera. Mereka kemudian mengarahkan semua anak-anak untuk ke luar.

"Kita mau ke mana?" tanya salah seorang anak panti kepada Madam Nigera.

"Keluarga Zwalinski mengajak kita makan bersama mereka."

"Ayo anak-anak bergegaslah," ucap Madam Theresa dengan terus menepuk tangannya.

Madam Theresa berada di baris depan dan satu per satu anak-anak meninggalkan ruangan itu. Anastasia dan Bianca berada di posisi paling belakang dari barisan anak-anak itu. Mereka semua berkumpul di ruang tamu dan ternyata di sana telah ada seorang pelayan yang mengarahkan mereka menuju tempat jamuan makan.

Jamuan makan kali ini ternyata berada di luar dari bangunan ini. Pelayan yang mengantar mereka perlahan membuka pintu dan langsung terlihat sebuah meja makan panjang yang langsung berdekatan dengan laut di belakang penginapan.

"Tempat makan yang sangat elegan," ucap Madam Theresa berjalan sambil memandang sekeliling. "Suasana yang sangat nyaman untuk menikmatinya."

Gideon yang mendengar suara Madam Theresa langsung berbalik dan memanggil Anastasia dan Bianca. Isabella dan Gideon memanggil mereka semua untuk duduk dan mulai bersantap malam. Beberapa menit kemudian, hidangan berupa ayam dengan baluran saus khusus dan semangkuk nasi menjadi menu hari ini.

"Bagaimana dengan masakan ini hari?" Isabella bertanya kepada madam Nigera sambil mengambil potongan daging ayam yang berada di piring makannya.

"Dagingnya tidak keras dan dimasak sempurna!" ucap Madam Nigera dengan semangat. "Aku sangat menyukai hidangan ini."

"Syukurlah jika kamu menyukai hidangan ini." Senyuman Isabella terbentuk sempurna di bibirnya. "Makanan hari ini merupakan resep yang kubuat."

"Astaga!" Nigera membelakkan matanya. "Aku tidak menyangka, makanan ini merupakan hasil kreasi Anda."

"Isabel memang koki andalan di keluarga kami," ucap George menyela pembicraan antara Isabella dan Nigera. "Dia memang istri paling terbaik." George langsung mencium keningnya.

"George, kamu membuatku malu." Wajah Isabella menjadi merah dan tersipu malu.

Setelah bersantap malam, Gideon mengajak Anastasia dan Bianca untuk berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Anastasia awalnya takut jika Madam Theresa dan Nigera akan langsung kembali ke kamar dan meninggalkan mereka.

"Kak, tenanglah. Ayah dan Ibuku seperti pendongeng," ucap Gideon dengan tersenyum. "Aku yakin mereka akan sangat lama bercerita, jadi tenanglah."

Beberapa menit berlalu, Madam Theresa dan Nigera masih enggan untuk berdiri dari kursinya. Ucapan Gideon mulai membuat Anastasia kembali berpikir. Dia terus memperhatikan Madam Theresa dan Nigera yang tampaknya belum menunjukkan pergerakan baru.

"Jadi, gimana Kak?" tanya Gideon sambil berjalan mendekati kursi Anastasia dan Bianca. "Ada sesuatu yang ingin kuperlihatkan kepada kalian," ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Anastasia dan Bianca.

***

Nächstes Kapitel