webnovel

Dunia Bawah

Antonie mengajak Reina dan Ewa Lani masuk ke lorong bawah tanah. Lorong itu tampak gelap dan pengap.

"Antonie aku dan Reina bisa kehabisan nafas kalau masuk semakin dalam!" ujar Ewa Lani.

"Tenanglah semakin dalam kau masuk udaranya akan semakin segar, kau lihat cahaya di ujung lorong itu, di sana adalah rongga dalam planet ini. Kau bisa bernafas sebanyak yang kau mau!"

Reina dan Ewa Lani merasakan udara segar mulai masuk ke lorong panjang yang gelap itu, mereka mempercepat langkah karena benar yang Antonie katakan semakin jauh masuk ke dalam tanah, mereka bisa bernafas lebih lega. Ewa Lani hampir mencapai arah datangnya cahaya. Suatu hal yang tidak masuk akal bisa melihat cahaya di rongga dalam planet. Setelah mereka sampai ke ujung lorong barulah Ewa Lani dan Reina takjub dengan apa yang mereka lihat di sana.

"Selamat datang di Green Hole, istana dan rumah kami Bangsa Caterpi," ujar Antonie.

Para gadis itu melihat sebuah kota yang sangat indah dikelilingi dengan banyak tanaman serupa paku , herba dan beberapa pohon yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Sangat terang karena di atas rongga dasar tanah tumbuh banyak sekali lumut kristal yang berpendar menyinari kota Green Hole yang terang seperti siang.

"Bagaimana bisa tanaman sebanyak ini tumbuh di rongga planet ini?" tanya Reina heran.

"Tumbuhan di sini tak terlalu membutuhkan sinar matahari langsung, sinar yang dihasilkan oleh lumut kristal sudah cukup untuk membuat mereka memproduksi makanannya sendiri. Kami bangsa Caterpi memang pemakan daun-daunan tapi kami juga melestarikan benihnya. Lihat kesana, kami juga membuat sawah dan perkebunan yang sebagian untuk dikonsumsi dan sebagian lagi untuk dikembang biakkan," jelas Antonie.

"Lalu sungai yang sangat besar ini? Apa kalian memanfaatkan air tanah?" tanya Ewa Lani.

"Ah itu, sebagian sungai memang berasal dari air tanah, tapi kami juga membuat lubang yang menghubungkan danau di atas permukaan dengan di dalam rongga planet. Jadi banyak binatang perairan yang bisa hidup disini juga. Lihat itu!" ujar Antonie yang menunjukkan beberapa ikan terbang berwarna merah melompat-lompat di sungai.

"Wah banyak Dancingfish di sini? Pasti kalian bisa membuat banyak olahan ikan dari sumber daya alam di sini ya?" tanya Reina.

"Iya memang betul, tapi kami tidak makan ikan, jadi kami kadang menjualnya ke dunia atas! Kau bisa makan sebanyak yang kau mau kalau kau suka Reina," tawar Antonie.

"Wah, aku bisa gemuk lama-lama di Green Hole!" ujar Reina yang membuat Ewa Lani dan Antonie tertawa karena kepolosannya.

Ewa Lani lega dia dan Reina bisa lolos dari Floy Beelzebub dan Azazel. Entah apa yang akan mereka rencanakan di atas sana. Ewa Lani harus mulai berpikir untuk menghimpun kekuatan bila ingin melakukan aksi penyelamatan. Tapi tanpa bala bantuan, melawan Floy penyihir sakti dan Azazel si perdana menteri licik sama saja bunuh diri. Memang benar sekarang dia ada bersama dengan Bangsa Caterpi, tapi Ewa Lani tidak yakin kalau bisa bekerja sama dan mengajak mereka berperang. Bangsa Caterpi bukanlah bangsa petarung mereka netral dan pecinta kedamaian. Tapi untuk saat ini tinggal sementara di Green Hole tempat Bangsa Caterpi tinggal, sepertinya merupakan pilihan yang sangat tepat.

Antonie mengajak Reina dan Ewa Lani untuk masuk ke sebuah rumah yang cukup besar ,rumah berbentuk seperti labu panjang berwarna hijau muda. Arsitekturnya cukup unik, rumah lonjong itu penuh dengan pintu-pintu yang menghubungkan lorong-lorongnya. Benar-benar berliku-liku seperti rumah ulat di dalam sayuran.

"Di sini rumahku, rumahku cukup luas kalian bisa menggunakan kamar yang kalian mau!" tawarnya.

"Wah terima kasih Antonie, kau sangat baik!" ujar Ewa Lani.

"Tapi sayangnya kami tak punya kain seperti yang kalian pakai, bangsa kami cukup memakai lemak tubuh untuk menahan hawa dingin," ujarnya sembari memamerkan perut gendutnya yang bergelambir.

"Iya aku mengerti, lipatan perutmu memang luar biasa, bahkan bumbu dapur pun bisa kau simpan disana," ujar Ewa Lani yang masih ingat dengan merica yang diambil Antonie dari sela-sela lipatan perutnya.

"Hihihi, masih banyak benda yang bisa kusimpan di lipatan perutku apa kau mau lihat?" tanya Antonie.

"Oh tidak Antonie, ayolah!" Ewa Lani mulai risih dengan kebiasaan teman gemuknya itu.

"Hihihi...masuklah ke kamar kalian, jika kalian butuh baju ada alternatif baju cadangan, kalian bisa memanfaatkan serat dari daun Tanaman Bananice yang ada di kebun belakang. Lumayan kuat dan warnanya cukup bagus," saran Antonie.

"Baiklah, terima kasih nanti aku coba lihat ke sana. Terima kasih Antonie sudah banyak menolong kami," ujar Ewa Lani.

"Tak masalah, kalau kalian lapar bisa turun ke lantai bawah ya, di sana sangat banyak makanan lezat. Aku pergi dulu. Selamat malam dan selamat beristirahat," salam Antonie yang menggeliat pergi menjauh.

"Iya Antonie terima kasih ya," ujar kedua gadis itu melambai.

Memang ruangan di rumah Antonie cukup banyak, tapi Reina dan Ewa Lani memutuskan untuk berbagi kamar. Ruangannya tidak melebar tapi memanjang, agak susah untuk menyesuaikan diri tinggal di dalam kamar berbentuk lorong.

"Rumah ini unik ya," ujar Reina.

"Iya, seunik pemiliknya!" jawab Ewa Lani.

Bagaimana bisa kau mengenal pria dari Bangsa Caterpi bukannya mereka biasanya sangat tertutup dengan kaum lain seperti kita?" tanya Reina.

"Waktu itu di pasar yang sama saat kau bertemu dengan Rei aku berjumpa dengan Antonie, dia membuat makanan yang sangat enak dan aku tertarik membelinya. Rei juga mau makanan yang kumakan jadi aku kembali lagi ke kiosnya. Ternyata pria itu sedang kebingungan karena kotak giok untuk transaksi pembayarannya sudah penuh. Dia menyuruhku menunggu agak lama saat anak buahnya mengambil kotak giok yang baru. Disana kami ngobrol dan aku memberinya benih rempah-rempah langkah yang aku bawa dari Gunung Carmella. Dia sangat tersentuh, dia bilang akan membantuku jika aku butuh bantuannya. Aku hanya bilang kalau aku butuh masuk ke dalam istana karena sesuatu hal yang penting, dan dia menawariku pekerjaan sebagai asisten koki dan penyaji makanan karena kebetulan dia ditugaskan menjadi koki istana selama beberapa hari dan juga membutuhkan staf untuk membantunya. Jadi aku dan Rei melamar menjadi anak buahnya,"

"Wah sungguh kebetulan ya, jadi kau masih bersama Rei saat masuk ke istana. Apa dia berambut biru dan menyamar menjadi seseorang bernama Nicholas?"

"Ah iya, dia bilang bertemu denganmu di penjara bawah tanah! Dia ingin menyelamatkanmu saat itu, hanya saja tiba-tiba aku melihat penyihir jahat bernama Floy ada di sana, kami harus lari karena pria itu bukan penyihir biasa, aku takut dia akan menangkap kita berdua," jelas Ewa Lani.

"Jadi Nicholas itu benar-benar Rei ya, pantas saja aku seperti sangat mengenalnya. Bagaimana kabar Rei sekarang? Aku sangat ingin berjumpa dengannya," keluh Reina yang menunduk sedih.

Nächstes Kapitel