webnovel

Aku Bukan Manusia

Calestyn menatap wajah Rei dari dekat, mata hitamnya berubah menjadi keemasan seperti mata milik Ewa Lani. Rei bergerak mundur, dia hanya waspada karena bisa saja makhluk indah itu menggigitnya.

"Ewa Lani dia Dionne!" ujarnya sembari menatap putrinya.

Ewa lani menjelaskan bahwa Rei adalah Dionne sebutan untuk makhluk berdarah campuran yaitu anak manusia dengan kaum dari Arasely.

"Sebentar aku tak mengerti apa yang kau katakan, aku mengerti bahwa kalian bukan manusia, okay aku bisa mengerti, aku paham!" ujarnya berusaha tenang. "Tapi aku? Apa maksudmu aku bukan manusia?" Rei kebingungan.

"Tapi itu kenyataannya Rei, kau bukan manusia!" ujar Ewa Lani lagi.

"Memang apa yang kau tau tentang manusia? Kau lihat aku kepalaku, badanku, semuanya! Aku manusia! Kau yang bukan manusia!" ujar Rei ngotot.

"Aku memang bukan manusia Rei, tapi kau juga bukan!" ujar Ewa Lani yakin.

"Apa buktinya kalau aku bukan manusia?" Rei meminta penjelasan.

"Karena kau anak William, ayahmu adalah salah satu pangeran dari Bangsa Iyork, dia adalah pangeran yang merupakan keturunan dari kaum Devoj yang terakhir! Dan apa kau tidak sadar kalau kau tidak mirip manusia?" Ewa Lani mengambil kristal yang seperti kaca dan menunjukkan wujud Rei yang sekarang.

Rei kaget, kakinya lemas, dia melihat bahwa dirinya tak lagi seperti Rei yang dulu. Dia berubah total. Rambut coklatnya berubah menjadi warna keemasan dan lebih panjang, iris matanya merah menyala, dan setelah dia tamatkan warna kulitnya berubah menjadi putih kemerahan. Hanya celana dan kaos bolanya saja yang normal dan bisa membuktikan bahwa dia makhluk bumi.

"Kenapa aku jadi seperti ini? Apa karena aku makan buah yang kau berikan tadi! Bukannya tadi saat baru datang aku masih normal!" ujar Rei masih ragu.

"Normal seperti apa? Sku melihat kau sudah seperti ini dari tadi! makanya aku bilang mana ada manusia di hutan Igdrasil! Itu karena aku memang tidak melihatmu seperti manusia!" Ewa Lani menjelaskan.

"Ewa Lani, dia masih kebingungan biarkan dia istirahat di kamar tamu dan berikan dia baju dan makanan!" ujar Calestyn memerintah putrinya.

"Baik ibu!" Ewa Lani pamit dan mengajak Rei agar lebih tenang.

Rei berjalan dengan gontai, dia mencubit pipinya berharap dia segera bangun dari mimpi buruknya yang panjang. Ewa Lani berjalan di koridor dan menunjukkan sebuah kamar di salah satu sudut istana itu. Kamarnya sangat luas, ada ranjang yang terbuat dari batu kristal pipih dan bulat. Kasurnya cukup empuk tapi entah serat tanaman apa yang membuat kain itu sangat lembut dan tampak berpendar.

"Sementara ini kamarmu! Di sana ada baju pria kau pilih saja yang kau suka! untuk makan aku tunggu di bawah, di ujung ruangan ini ada tangga kau bisa turun ke ruang makan dari sana!" jelas Ewa Lani sembari pergi meninggalkan Rei di kamar barunya.

Rei berjalan ke ujung kamar, melihat baju yang bentuknya aneh, tidak ada lubang tangan tidak ada lubang kepala, hanya seperti lembar-lembar kain polos berwarna gelap sesuai karakter pria. Rei mengambil satu, membuka lembar kain dan kain itu bergerak seperti ingin menempel di kulitnya. Rei kaget karena baju di dunia itu ternyata bisa bergerak. Rei mencopot baju bolanya, menempelkan kain berwarna krem, abu dan hitam, kain itu bergerak berputar menutup badan Rei yang berwarna kemerahan.

Rei berdiri di depan kristal kaca, kain itu bergerak sesuai apa yang Rei inginkan, membuat potongan dan lapisan keren seperti model pakaian ala penyihir tampan di film fiksi favoritnya. Sekarang Rei terlihat tampan dengan rambut emas dan mata merahnya. Mungkin rambut dan matanya memang aneh tapi Rei tampak mulai menyukainya. Usai berganti pakaian Rei keluar kamar, berjalan turun tangga untuk mencari dimana ruang makan. Perutnya sudah sangat lapar.

Rei melihat meja makan yang panjang, kursi dan mejanya dari kristal dengan makanan yang tampaknya enak. Ewa Lani menatap Rei dia merasa gaya berpakaian Rei tidak sama seperti lainnya.

"Gayamu berpakaianmu menjelaskan kalau kau memang Dionne," ujarnya.

Rei duduk dan menerima hidangan yang disajikan oleh pelayan yang kepalanya seperti burung bertangan kera. Mereka melayang, membawa nampan-nampan berwarna perak berisi buah, dan makanan lainnya. Mereka tidak tinggi seperti penjaga, tapi pendek dan bulat.

Makanan yang cukup aneh disajikan oleh pelayan yang aneh. Rei mencobanya sedikit, rasanya tidak enak, tapi masih bisa dimakan. Rei mengambil buah, karena menurutnya rasa buah yang paling rasional dari pada masakan para makhluk aneh itu. Rei mencicipi satu persatu ternyata ada bahan yang rasanya mirip kentang dan ikan, Rei mencampur makanannya sendiri, ternyata masih ada rasa yang sedikit familiar di lidahnya. Ewa Lani melihatnya, tampak wajah gadis itu heran dengan cara Rei makan.

"Kalau kau sudah kenyang kita berangkat!" ujar Ewa Lani.

"Berangkat? Berangkat kemana?" Rei heran.

"Ke istana di Iyork, tempat ayahmu berasal!" Ewa Lani menatap Rei serius.

"Maksudmu ke tempat kakek dan saudaraku di Arasely? Wah sepertinya seru!" jawab Rei tanpa tau seperti apa bangsa Iyork itu.

"Tapi jangan senang dulu, bisa jadi mereka tidak senang dengan Dionne, apalagi kalau tau kau putra Anastasia!" jelas Ewa Lani.

"Kalau begitu aku tak mau ke sana!" ujar Rei yang nyalinya menciut.

"Tak masalah, kalau kau ingin tinggal di sini selamanya sebagai pelayan di rumahku!" ujar Ewa Lani tegas.

"Maksudmu?" Rei masih tidak mengerti.

"Kami penjaga gunung Caremella tidak tau bagaimana cara Anastasia bisa kembali ke Bumi, tapi William dari bangsa Devoj berhasil tinggal dengan Anastasia di Bumi dan melahirkan seorang Dionne, itu artinya bangsa Devoj mengetahui letak portal ke duniamu!" jelas gadis itu dengan ekspresi wajah dinginnya.

"Lalu apa yang terjadi jika ternyata mereka tidak menginginkanku?" tanya Rei.

"Bisa saja mereka menyingkirkanmu!" jawab Ewa Lani yang langsung membuat bulu kuduk Rei berdiri.

"Apa ibumu yang mulia Calestyn tidak punya solusi lain?" Rei penasaran.

"Kau tidak dengar tadi? Ibuku menyuruhmu istirahat di sini, itu artinya dia tidak punya rencana apapun untuk membantu mu!" ujar Ewa Lani. "Sama, seperti dulu saat Anastasia datang kemari!" Ewa Lani tampak sedih.

"Apa kau dekat dengan ibuku?" tanya Rei.

"Aku bertemu dengannya di bawah pohon Igdrasil, dia seumuranmu saat itu, karena aku tidak bisa menemukan portal menuju ke Bumi dia tinggal denganku dan kita berteman cukup akrab, hanya saja dia rindu dengan orang tuanya dan tanpa sepengetahuanku dia meminta bantuan peramal tua dari Niflheim lalu pergi diam-diam ke sebelah utara Arasely, tempat para bangsa Iyork tinggal!" jelas Ewa Lani serius.

"Lalu? Apa yang terjadi dengan ibuku?" Rei penasaran.

"Aku mencarinya ke sana, bertahun-tahun aku mencarinya tapi aku tidak pernah menemukannya," Ewa Lani tampak kecewa.

"Mungkin dia bertemu dengan ayahku, mereka jatuh cinta, menikah dan tinggal di Bumi!" ujar Rei meneruskan cerita Ewa lani yang belum tuntas.

"Kau tak tau bangsa Iyork! Mereka makhluk paling aneh di Arasely!" ujar Ewa Lani lantang. "Kami penunggu gunung Caramella tidak punya kekuatan yang besar dibandingkan kekuatan Bangsa Devoj dari Iyork, hanya saja karena pohon Igdrasil yang kami jaga membuat tanah ini suci dan tidak bisa diserang oleh siapa saja!".

"Tapi ayahku, dia pria yang sangat baik, Ibu dan aku sangat menyayanginya!" ujar Rei.

"Tapi kematian Ibu dan Ayahmu di Bumi bisa jadi sebuah penjelasan kalau seseorang sedang mencari mereka! Apa kau lihat dengan matamu kalau ayah dan ibumu meninggal?" tanya Ewa Lani.

"Tidak, jenazah mereka sudah disemayamkan saat aku sadar dari komaku," jelas Rei.

Wajah Ewa lani makin serius." Aku yakin Anastasia dan William tidak meninggal! Bisa saja mereka masih hidup dan ada di sini di Arasely!"

Nächstes Kapitel