Setelah melihat Najimi dan Komi yang mulai akrab, Shin merasa lega. Dia meminta Najimi untuk menjaga sekaligus meyakinkan Komi agar bisa berteman dengan banyak orang. Bagaimanapun juga, Najimi sudah Profesional dalam bergaul.
Tapi tak lama setelahnya, jam pelajaran dimulai. Semua Murid masuk ke kelasnya masing-masing, Guru memasuki kelas, dan Komi menjadi agak kecewa karena waktunya mengobrol sudah habis. Shin berkata kalau masih banyak waktu untuk bermain, jadi Komi tidak boleh mengeluh.
Guru di depan memberi tahu mereka Jadwal Pelajaran, juga memberi tahu Sistem Pelajaran di Sekolah ini. Memang agak sama, namun juga agak berbeda. Dan beberapa Minggu lagi akan ada Pemilihan Ketua OSIS.
Banyak Murid yang menginginkan Posisi Ketua OSIS, atau bahkan Anggotanya saja sudah cukup, karena mereka akan mendapatkan Hak Istimewa dari Sekolah.
Guru itu terus mengoceh di depan sampai Jam Pelajaran habis dalam sekejap. Semua Murid mencatat apa yang dia katakan, tak terkecuali Shin dan Komi.
*DINGGG*
Bel berbunyi sangat keras, menandakan waktunya Istirahat. Hanya dalam beberapa menit, Najimi sudah berada di kelas Shin lagi untuk bermain dengan Komi.
Najimi mengajak Komi untuk berkeliling, memperkenalkan teman-temannya satu persatu. Walaupun Komi agak ragu, tapi setelah diberi kata-kata semangat oleh Shin, dia menjadi bersemangat serta percaya diri.
Melihat Najimi dan Komi yang keluar dari Kelasnya, Shin merenggangkan otot-ototnya sambil menghela nafas. "Aku juga akan pergi." Ucapnya sebelum berdiri dan meninggalkan kelas.
Tadinya dia berpikir mau ke kelas Shirogane untuk mengajaknya makan, tapi pastinya setelah diberitahu bahwa akan ada Pemilihan Ketua OSIS, Shirogane akan menolak ajakannya dan memilih untuk belajar meskipun ada makanan gratis yang menunggunya di kantin.
Shin berjalan di lorong sendirian, melihat kesana-kemari, tapi tidak ada yang membuatnya tertarik. Jadi dia memilih untuk pergi ke tempat lain dimana dirinya bisa tenang, sebelum seseorang menepuk bahunya.
"Sasaki-san!"
Shin tidak terlalu terkejut, matanya melirik kebelakang dan melihat gadis berambut merah muda. "Shikimori-san ... Ada apa?"
"Tidak. Kamu mau kemana?"
"Ke tempat yang tenang."
"Mau ke gedung olahraga? Katanya ada Pertandingan Basket sebentar lagi."
Mata Shin sedikit melebar, ekspresinya agak terkejut sebelum berubah menjadi biasa kembali. "Tidak. Aku tidak tertarik dengan sesuatu yang berhubungan dengan Bola. Itu merepotkan." Katanya dengan nada tak peduli.
"Apa jangan-jangan gara-gara kemarin?! Maafkan-"
"Tidak, tidak. Aku memang tidak tertarik. Sudah sejak lama aku tidak tertarik dengan Basket atau apapun itu."
"Begitu, ya. Bagaimana kalau kita ke atap? Di sana tempatnya lumayan nyaman."
Shin menatap Shikimori sejenak, tapi tatapannya membuat Shikimori salah tingkah dan terlihat malu saat ditatap. Shikimori mengalihkan wajahnya ke arah lain dengan wajah agak memerah.
"Kamu ini .." Shin mendekatkan wajahnya ke wajah Shikimori.
"E - Eh! A - Ada apa?"
Shin menjauhkan wajahnya ketika merasa bahwa Shikimori mereka tak nyaman, lalu berkata. "Kamu ini ... kenapa seperti memaksa? Aku ingin ke tempat yang benar-benar sepi untuk berpikir."
"I - Itu ... Aku cuma ... cuma ingin minta maaf saja."
"Kemarin kan sudah. Jangan merasa bersalah kepadaku, itu membuatku terganggu."
"Uhh." Shikimori menundukkan wajahnya, terlihat murung dan sedih. Melihat itu jelas membuat Shin merasa tak nyaman dan menjadi kesal.
"Tsk. Baiklah, mau ikut ke atap? Aku ingin mengambil makanan di kantin dulu."
"Eh, benarkah?! Aku ikut."
"Ayo."
Shin dan Shikimori berjalan berdampingan, langsung menarik perhatian banyak orang. Puluhan mata memandang mereka seolah-olah bertanya siapa laki-laki yang berjalan bersama gadis manis itu? Pacarnya? Itu terlihat agak tidak ... mungkin, karena keduanya berbeda.
Begitulah kenyataannya. Shin tampak seperti laki-laki biasa tak berkemampuan dan pemalas, berbeda dengan gadis di sampingnya yaitu Shikimori, yang memiliki aura bersemangat, ceria dan tentunya menawan.
Meskipun sadar dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, tetapi Shin tidak mempedulikannya. Baginya mengurusi pandangan orang-orang terhadapnya sama saja merusak jati dirinya sebagai Sasaki Shin, dia akan kehilangan dirinya sendiri.
"Ah."
Shikimori terkejut ketika menyadari ada seseorang di sampingnya, bahkan dia tak menyadarinya ataupun melihatnya tadi seolah-olah keberadaan orang ini samar-samar.
"Maafkan aku." Shikimori langsung meminta maaf setelah menyenggol laki-laki itu.
"Tidak apa-apa, tapi ... laki-laki di sebelahmu.." Dia adalah laki-laki yang tinggi tubuhnya lebih pendek dari Shin. Memiliki mata biru dan rambut biru yang seharusnya menarik perhatian, tapi karena sesuatu membuatnya tidak mampu dilihat atau disadari oleh orang-orang.
Kemudian ada laki-laki tinggi di belakangnya, menepuk tubuh laki-laki berambut biru itu sebelum bertanya. "Oi, ada apa, Kuroko?"
Ternyata di belakang laki-laki tinggi itu ada kelompok laki-laki bertubuh tinggi dan agak kekar. Mereka juga bersamaan, bertanya-tanya apa yang terjadi pada teman mereka.
Sementara Shin yang ditatap oleh laki-laki bernama Kuroko itu, hanya tersenyum kecil. "Lama tak bertemu, Kuroko."
Kuroko memiliki wajah datar, mengangguk sebagai jawaban. "Lama juga tak bertemu, Shin-kaichou."
"Jangan memanggilku seperti itu lagi. Hubungan kita sudah bukan seperti itu lagi. Siapa sangka kita akan bertemu di sini ... Apa kau mendapatkan Beasiswa jalur Olahraga?"
"Ya. Hanya aku."
"Begitu. Jadi Akashi dan lainnya tak mendapatkan, ya. Sayang sekali.."
"Yah."
"Kalau begitu, ayo, Shikimori-san. Aku sudah lapar dan ingin makan."
"Y - Ya!"
Sosok Shin dan Shikimori menjauh dari pandangan Kuroko, mereka sudah tak terlihat lagi di kerumunan para Murid yang memenuhi lorong ini.
"Apa kau mengenalnya, Kuroko?" Yang bertanya adalah laki-laki tinggi yang menepuk Kuroko tadi, panggil dia Kagami. Seorang laki-laki tinggi, kekar dan mempunyai ciri-ciri fisik Pemain Basket.
"Sangat kenal. Aku, begitu juga dengan Kiseki no Sedai (Generasi Keajaiban)."
Mata Kagami dan yang lainnya melebar, mereka bertanya-tanya kembali siapa Shin? Apa dia juga termasuk ke dalam Kiseki no Sedai seperti Kuroko? Karena Kuroko bilang sangat mengenalnya.
"Ini cerita yang memalukan bagi Kiseki no Sedai ... Sebuah cerita yang bisa merusak harga diri kami."
"Kenapa ..?" Hanya satu pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepada semua orang.
"Kiseki no Sedai yang dulu sudah berada di Puncak, jatuh ketika kami merasa sombong. Ada Murid dari Sekolah lain yang secara kebetulan berpapasan dengan kami, mengajak kami bertanding dengan alasan dia tertarik."
"Bodoh. Dia pasti kalah-"
"Tidak. Dia memenangkan pertandingannya."
"Hah?" Semua orang bingung dan juga terkejut saat mendengarnya.
"... Dia menang, sendirian melawan kami berenam. Bahkan tidak ada satupun skor yang mampu kami masukkan ke Ring Basketnya."
"!!!" Mereka sangat terkejut, tapi tidak percaya dengan cerita itu. Kiseki no Sedai dikatakan sangat hebat dan melibas semua Pertandingan dengan kemenangan Mutlak, lalu Kuroko baru saja bercerita kalau Kiseki no Sedai kalah melawan satu orang saja?! Tidak mencetak skor satupun?! Itu omong kosong!
"Memang seperti itu kenyataannya. Dia adalah sosok yang memberikan kami rasa pahit akan kenyataan, tapi juga ... Sasaki Shin, adalah orang yang memberikan kami Pelajaran dan menjadikan kami Kiseki no Sedai sebenarnya."
"O - Orang itu?" Kagami bahkan tak percaya, tapi dia tahu betul kalau Kuroko tidak suka berbohong kepada teman-temannya.
"Kalian.." Kuroko menatap teman-temannya, lalu memandang lantai. "Jangan memaksanya untuk ikut ke Klub Basket setelah mendengar ini. Dia tak suka dipaksa. Lebih baik, buat dia tertarik atau buat dia tertantang." Ucap Kuroko dengan pelan.
"Tapi, Kuroko, bukankah ini kesempatan emas untuk meningkatkan Tim Basket kita? Kita juga sedang kekurangan Tim Cadangan."
"Tidak. Dia adalah satu-satunya orang yang berdiri di Atas Puncak. Dia kebosanan, oleh karena itu lebih baik membuatnya tertarik dengan kita ketimbang mengajaknya bergabung. Kesan orang itu sangat berpengaruh besar terhadap Tim Basket kita kedepannya."
"Heh." Kagami berkeringat dingin, membayangkan sekuat apa Shin. Bahkan sudah menjadi omong kosong kalau Kiseki no Sedai kalah, tapi Kuroko sudah menjadi orang yang cerewet, dia tak seperti biasanya, maka ... "Pasti dia sangat kuat!"
***
"Apa kamu mengenalnya, Sasaki-san?"
"Temanku dulu. Jangan pikirkan itu dulu. Aku sudah lapar."
"Baik."
Shin tidak mau membahas tentang masa lalunya. Bukan berarti dia memiliki masa lalu yang buruk, hanya saja dia tak suka mengusik tentang masa lalunya yang penuh dengan kebosanan.
Kemudian, Shin dan Shikimori memesan makanan. Tapi, Shin baru tahu kalau Shikimori juga Murid yang mendapatkan Beasiswa jalur Olahraga. Jadi mereka berdua bisa mendapatkan makanan gratis saat ini, lalu langsung pergi ke atap.
Mereka duduk di lantai, bersiap-siap menyantap makanan mereka. Shin menyeruput Mie hangat di mangkuk, lalu merasakan bahwa ... dia sudah tenang dan lebih santai.
"Shikimori-san ... apa kamu sudah punya pacar?"
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Shikimori tersedak ketika mendengar pertanyaan itu, dia langsung mengambil botol berisi air dan meminumnya. "Apa apa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Tanyanya dengan wajah memerah.
"Tidak sih. Aku merasa tidak enak kalau secara diam-diam makan bersama dengan pacar seseorang."
"Ahahaha, begitu. Tidak, kok. Aku belum mempunyai pacar. Aku ingin fokus Sekolah dan naik ke kelas 2, setelah itu baru memikirkan hal lainnya."
"Begitu, ya."
Apa Motivasinya bersekolah ... Shin bahkan tidak tahu. Baginya terlalu merepotkan untuk memikirkan tujuan dan menetapkan hatinya untuk tujuan itu, namun dia tahu kalau Motivasi dan Tujuan itu penting agar membuat seseorang menjadi lebih bersemangat belajar.
Tapi ... Dia hampir kehilangan emosinya. Tidak sepenuhnya, tapi hampir.
'Sudah kuduga ... Aku cuma ingin hidup tenang saja. Lulus Sekolah, masuk Perguruan Tinggi, Pacaran, Menikah, Punya anak, Hidup tenang ... Itu sangat indah.'
"Kalau kamu, Sasaki-san?"
"Tidak ada yang spesial. Aku cuma ingin menjalani hari-hari biasa seperti yang dilakukan Ayahku saja. Dia adalah sosok yang mengagumkan dan juga keren, suka sekali menantangku bertanding."
"Terdengar hebat. Mungkin cuma dia satu-satunya yang kamu kagumkan, Sasaki-san."
"Benar sekali."
Mereka terus mengobrol berdua sambil memakan makanan mereka. Shin perlahan-lahan bisa sedikit terbuka dengan Shikimori, meskipun dia masih waspada dengannya, karena dia takut kalau Shikimori memiliki alasan tersembunyi untuk berinteraksi dengannya.
Tiba-tiba pintu di belakang mereka terbuka, berbunyi yang membuat Shikimori dan Shik menghentikan obrolan mereka. Dari sana, keluar gadis cantik lainnya yany memiliki tubuh tinggi dan menawan.
Gadis itu memiliki rambut pendek berwarna hitam biru, wajahnya sangat cantik dan kalem, tatapan matanya lembut tapi terlihat palsu seperti senyumannya. Sosoknya seperti Serigala kesepian.
Tapi, Shikimori mengenalnya.
"Kamiya-san!"
"Shikimori-san, ternyata kamu di sini. Aku mencarimu kemana-mana."
"Eh, ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu makan bersama, tapi sepertinya aku didahului oleh seseorang."
"Ah." Shikimori melirik kebelakang, lalu bertingkah malu-malu yang membuat alis Kamiya terangkat.
"Apa dia pacarmu, Shikimori-san?"
"Eh?! Bukan, bukan, bukan!"
Kamiya tersenyum sebelum menghampiri mereka berdua. Dia menatap Shin dari dekat, dan menyadari bahwa Shin terlihat agak sama sepertinya, hanya saja dia tak menunjukkan senyum palsu dan tatapan palsu kepada orang-orang.
"Salam kenal, namaku Kamiya."
"Ah, namaku Sasaki Shin. Salam kenal juga."