Taka terus menatapnya tajam dan menunggunya sadar. Ada kilatan merah di matanya. Ia memang hampir tidak bisa menahan amarahnya. Rey masih batuk batuk sembari memegang lehernya kesakitan. Dirinya seolah hampir mati, wajahnya pucat seperti mayat, ia seperti pengguna narkoba yang kecanduan dan penyakitan. Setelah agak lama Rey duduk dengan tegap, ia menarik napas dan barulah ia bisa menatap Taka dengan benar.
"Tidak usah sok pura pura takut denganku. Kau takut kuburu dan kubunuh? Cih yang benar saja.
Kau tahu…aku punya banyak kenalan manusia fyber sampah sepertimu, dan mereka tidak sepengecut dirimu. Katakan yang sebenarnya," Taka mengangkat tangannya seolah akan memukul, Rey reflek mengangkat kedua lengannya untuk melindungi kepalanya dan menunduk ketakutan. Namun ternyata Taka hanya memegang bahunya, ia remas hingga tulangnya berbunyi, Rey meringis menahannya.
"katakan, Siapa yang kau hindari sebenarnya? Apa kekuatanmu? Bagaimana bisa kau ada di tubuh orang ini Dan alasanmu menyerang Arvy. Aku bersedia mendengarkan semuanya sampai subuh nanti."
Rey menatapnya dan mulai menceritakannya kepada Rataka satu persatu pertanyaannya.
Flashback
Rey tersenyum licik.
Ia menutup panggilannya. Lalu ia naik ke atas ranjang. Di sentuhnya pipi Gita dengan nafsu. Ia memandangi gaun Gita yang terlalu pendek. Dirabanya pahanya yang halus dan lembut.
"Sepertinya ini akan mudah."
Rey turun dari ranjang dan berdiri di samping Gita. Ia membuka kemejanya dan kaus dalam hingga telanjang dada. Diulurkan tangannya lalu meletakkannya di atas dahi namun tidak menyentuhnya, hanya awang-awang. Ia merapalkan mantra yang entah apa artinya. Sembari memejamkan mata, tangannya ia gerakkan pelan-pelan dari dahi sampai ke ujung kaki Gita. Dari tangannya muncul warna kehitaman.Warna mata Rey berubah merah.
Whussshh
Gaun Gita rusak dan robek-robek. Dengan sekali rapalan mantra.
"Apa? Kenapa pakaiannya tidak terlepas semua? Sebelumnya ini kan mudah?"
Rey meneruskannya hingga pakaian Gita rusak dan beberapa bagian tubuhnya terekspos. Rey menatapnya sembari menjulurkan lidahnya puas.
"Dia benar-benar gadis yang suci dan polos. Mudah sekali mendapatkannya." Rey mendekatkan wajahnya ke wajah Gita hendak menciumnya, namun tiba-tiba hal anomali terjadi.
Tubuh Rey terpental hingga menabrak cermin, seolah ada seseorang yang meninju perutnya. Akibatnya badannya luka-luka karena pecahan cermin. Ia memegang dadanya yang nyeri.
"Sialan! Siapa yang mempermainkanku? Keluar kau!" Rey menyadari ada yang aneh sejak dia melakukan ritual tadi. Ia melihat langit-langit dan kembali merapalkan mantra, kali ini lebih cepat. Namun lagi-lagi tubuhnya terangkat dan menabrak almari kayu kecil di sudut ruang.
"Argggghh!" napasnya tersengal.
Seseorang membuka pintu. Padahal pintu sudah Rey kunci. Seorang pria berdiri di sana. Matanya membiru dan taring giginya keluar, menggertak berkali-kali. Kedua telapak tangannya mengeluarkan aura aneh keemasan. Rey terbelalak melihat pria itu adalah orang yang dikenalnya.
Rey terjungkal hingga terduduk di lantai. Tangannya sedikit gemetaran.
"Kau! Tidak mungkin!" (bab 20)
"Inikah yang katanya pria robot sok dingin dan cuek pada orang lain, ternyata bisa marah juga. Kau kemari karena gadis itu atau karena…"
"Kau adalah manusia fyber."
Degh
Rey tidak menyangka kata itu akan terucap dari mulut Arvy. Padahal tidak ada yang mengetahui identitasnya selama ini, bahkan tidak ada manusia yang bisa mendeteksinya.
"Siapa kau sebenarnya Arvy?" (bab 21)
Rey menceritakan kejadian yang sebenarnya saat itu. Ia menyerang Arvy karena awalnya, dia yang mendekati Gita lebih dulu. Ia ingin menyerap energi dan jiwanya yang spesial, namun Arvy melindunginya karena ia menyukainya. Dan lebih gilanya lagi, Arvy memiliki kilatan biru aneh di matanya. Dan tiba tiba anak yang biasanya pendiam di kampus, dingin dan berekspresi datar tiba tiba peduli pada seorang gadis bahkan melindunginya. Ia marah besar karena mangsanya merasa di rebut, dan akhirnya dia menyerang Arvy dan berniat menculik Gita, namun yang terjadi Arvy menyebabkan separuh wajahnya menjadi rusak.
"Orang yang kau hindari sebenarnya…apa itu Arvy?"
"Bukankah kau yang harusnya lebih tahu? Fyber takut dengan bangsa penyegel mantra, dan Arvy memiliki mata biru yang tendensi akan hal itu. Bagaimana bisa aku tidak takut?"
"Apa maksudmu? Kau bersembunyi di apartemennya dan meminta pertolongannya tapi dialah musuhmu sebenarnya? Maksudmu begitu?" Taka meluruskan keanehannya.
"Itu karena dia marah padaku karena Gita, gadis yang hilang beberapa tahun sialan. Gadis itu hilang tepat saat kami ada cekcok, jadi Arvy mengira akulah yang menyembunyikannya dan membunuhnya. Karena itu aku sengaja datang kepadanya, mencari perlindungan gar kau tidak memburuku sekaligus membuatnya yakin bukan aku yang membunuh gadis itu. Asal kau tahu, Arvy sangat terobsesi padanya."
"Apa itu penting untukku? Kau bersikap seolah olah aku akan memakanmu sialan!"
"Aku memang menghindarimu. Kau menakutkan."
"Jadi…" Taka menyipitkan mata. "Kau yang membunuh pacarnya Arvy?"
"Apa?! tentu saja bukan!"
"Terus…apa kekuatanmu? Bagaimana bisa kau ada di tubuh orang ini? Berapa banyak jiwa yang sudah kau makan?"
Rey menunduk dan memalingkan wajahnya.
"Cepat jawab sialan! Kau menghindar? Kau mau mati?!"
"Memangnya kau mau apa sih? Apa kau akan mengeluarkanku dari ini dan menjadikanku budakmu?! huh!"
"Kau meneriakiku? Kau berani padaku sekarang?!!" teriak Taka.
"Katakan yang sebenarnya ini tempat apa?" Rey menoleh kanan kiri. "Aku memakai pakaian putih seperti rumah sakit, Kau berteriak dari tadi tapi tidak ada suster yang datang? Kau menyekapku kan?"
"Iya! Kalau iya mau apa?!" namun Tak berusaha mengontrol emosinya. Ia kembali duduk dengan tenang. "Baiklah, kau jawab saja, mantra apa yang kau miliki? Kau fyber tapi memiliki mantra?" Taka heran. "Dia sejenis dengan Marina rupanya, namun Marina tak memiliki kekuatan yang spesifik kecuali kekuatannya yang di atas rata rata." batinnya.
Jadi Rey dan Marina adalah spesies manusia fyber yang sama. Mereka memiliki kesadaran layaknya manusia normal, namun sebenarnya sudah meninggal, dan tubuh mereka diambil alih oleh jiwa jiwa yang haus aka hasrat, obsesi dan keinginan yang lahir dari ketamakan manusia. Sama seperti Marina, Rey juga hanya memakan jiwa spesial, seperti kasus Marina yang ingin memakan Amy di panti asuhan dan juga dengan mudah membunuh Jhony. Sedangkan Jhony merupakan manusia fyber namun tingkatan biasa, Jhony juga memiliki rupa yang tidak sama dengan manusia, tidak memiliki kesadaran dan akal juga kekuatan tertentu. Namun orang orang bawahan Ramon banyak yang manusia bercampur Fyber, seperti kasus Rowlett, dia adalah manusia bercampur fyber, dan juga Amy, fyber fyber yang sangat kuat dan inang dalam tubuh mereka. Dari luar mungkin terdengar gila dan terlihat seperti orang berkepribadian ganda, namun it adalah jiwa jiwa parasit yang entah memiliki niat apa dalam tubuh inangnya.
"Orang ini…" kata Rey. "Dibunuh oleh ayahnya sendiri."
"Apa?!" Taka kaget mendengarnya.
"Dia memiliki dendam dan menarik semua energi jahat termasuk fyber yang haus dendam. Karena itu ayahnya tidak pernah mencarinya, karena orang ini lah yang menyiksa anaknya sampai mati. Dia adalah putra haram dari keluarga Nayan, pemilik bank terbesar di negara ini."
Degh.
Taka tahu bahwa Rey adalah anak haram dan dari keluarga bangsawan terkenal, namun ia tidak menyangka itu adalah orang nomor satu di negara ini.
"Mantra yang kumiliki adalah penghancur, sama seperti keinginan Rey. Ia ingin menghancurkan ayahnya, keluarganya dan semua orang yang menentangnya dan menyiksanya. Aku telah lahir bersamaan dengan mantra itu."