webnovel

Sebuah Rahasia

Beberapa Bulan Kemudian...

" Happy 1st Anniversary sayang!" ucap Ikram mengejutkan Rere yang baru bangun dari tidurnya.

" uda? kenapa pagi-pagi bisa kerumah? enggak kena marah sama papa?" tanya Rere heran papanya membolehkan Ikram untuk masuk kekamar anak gadisnya.

" uda udah minta izin kok, tenang saja.. hehe" balas Ikram sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Rere terharu dengan kejutan itu, padahal seharian ia tidak mendapatkan kabar tentang keberadaan kekasihnya. Tapi tau-taunya Ikram memberikan kejutan seperti ini. Ikram tidak hanya membawa kue, ia juga memberikan beberapa hadiah yang disukai Rere, seperti jam tangan berawarna hitam, Kacamata berwarna hitam, skincare yang diimpikannya dan juga sepatu couple yang pernah ia ingin. Ikram mengabulkannya, Rere membuka satu persatu-satu hadiah itu dihadapan kekasihnya. Rere memeluk Ikram dengan erat.

" kakak... enggak boleh peyuk peyuk dicini." ucap Amel yang tiba-tiba datang ke kamar sambil memeluk bonekanya.

" eh ada adek amel, masih ingat sama uda?" tanya Ikram pada Amel seolah tak suka.

" amel lupa, amel taunya kak ony aja." balasnya sambil berpikir.

" ony?" tanya Ikram.

" uda sonny sayang." jawab Rere dengan lembut.

" kak dipanggil mama untuk nyiapin sarapan." ajak Amel sambil melirik ke arah Ikram dengan melotot. Ikram hanya membalas dengan tersenyum kikuk. Mereka pun bertiga keluar dari kamar.

" ayo kram makan dulu sini." ajak mama Rita

" eh enggak usah ma, kram makan dirumah saja." tolaknya.

" yahh padahal yang masak Rere nih untuk Ikram." balas mama rita dengan raut kecewa.

Ikram dengan tak enak hati, ia mengiyakan ajakan mama Rita dan duduk berhadapan dengan Amel. Sikecil bontot itu terus menatap Ikram dengan penuh selidik, seolah Ikram adalah penjahat yang akan menghancurkan keluarganya. Ikram memang jarang bermain kerumah Rere, karena Rere tidak ingin Ikram tidak nyaman atau tidak biasa dengan suasana kekeluargaan Rere yang terlihat sangatlah kompak dan romantis.

" hey! mel ngapain segitu amat natap uda ikram?" tanya Rere melihat raut adeknya yang aneh.

" adek jangan kayak gitu menatap mata orang! papa enggak suka ya." ucap Papa teguh menasehati anak bungsunya.

" habis dia enggak mau deketin amel. " balas Amel memberontak.

Semua orang dewasa disana melirik satu sama lain, lalu tak berselang waktu mereka saling tertawa mendengar jawaban Amel dan raut sibungsu yang cemberut dengan pipi yang penuh dengan nasinya.

" astaga anak mama ternyata mau diperhatiin juga ya." sahut mama Rita menggoda anaknya.

" ihh... masa yaa kakak aja yang dibeliin hadiah, untuk amel mana?" berontaknya pada Ikram dengan tatapan sungutnya.

Ikram tak mampu menjawab seperti apa karena ia tidak tahu harus berkata seperti apa agar tidak menyinggung bocah kecil satu ini.

" tuh udaaa.. amelnya mau juga dibeliin barang-barang kayak Rere." ucap Rere seolah membela Amel.

" ish apaan sih kakak, enggak boleh kayak gitu." sahut Mama Rita menengahi pembicaraan.

" ya sudah amel nanti papa aja yang beliin mainannya ya." balas Papa Teguh menenangkan Amel. Dan sibocah kecil itu langsung mengangguk riang sambil melebarkan senyumnya tampaklah deretan giginya yang sejajar dan rapi. Dan makan bersama berlangsung khidmat.

**

" enggak nyangka ya udah setahun kita jalani hubungan ini ." balas Rere sambil memeluk Ikram dari belakang. Ikram hanya mendengar namun tak membalas perkataan Rere saat itu.

" uda senang enggak sama hubungan yang kita jalani saat ini?" tanya Rere.

" apa? enggak kedengaran." tanya Ikram balik.

" ah enggak jadi." balas Rere ketus.

Abrar membawa Rere ke sebuah cafe romantis. Ia sengaja memesan satu ruangan full dengan set anniversarynya. Rere terkesima melihat dekorasi yang dipersembahkan Abrar untuknya. Seikat bunga Abrar berikan untuk Rere dengan cara yang membuat semua orang yang melihat mereka takjub dan iri. Abrar begitu pandai dalam membuat Rere jatuh cinta berulang kali dengannya.

" terima kasih masih bersamaku hingga detik ini." sahut Abrar sembari tersenyum. lalu dibalas Rere dengan sebuah kecupan dipipi kanan Abrar. Wajah Abrar berubah menjadi memerah karena malu dan tak menyangka Rere akan berani mengecupnya di depan banyak orang meski mereka hanya pelayan cafe. Sorot kamera banyak memfoto dan memvideokan keromantisan mereka berdua, bak selebriti Rere menikmati waktu saat ini bersama dengan Abrar.

" apakah kamu masih mencurigai ketulusanku, re?" tanya Abrar saat mereka sedang menikmati santapan makanan ala eropa ditemani dengan musik jazz.

" tidak.. gue semakin yakin kalau selama ini persepsi gue salah tentang loe." balas Rere.

" alhamdulillah syukurlah. lain kali jangan terus menerus berpikiran buruk tentang gue ya." ujar Abrar. Kemudian dibalas anggukan oleh Rere.

Keduanya larut dalam asmara, sepanjang waktu ia menghabiskan hari liburnya bersama kekasih tercintanya. Meski saat ini Abrar sedang melakukan penelitian untuk tugas akhirnya, ia tidak pernah lupa tentang hari pentingnya bersama dengan Rere. Abrar cukup senang melihat Rere yang tersenyum manis saat didepannya, ia akan merasa risau bila wajah rere kusam dan cemberut padanya.

" gue enggak mau loe terluka gara-gara gue re. sebentar lagi re.." monolognya sambil menatap Rere yang sedang asyik menikmati makanannya.

**

Hal terindah dalam sebuah percintaan adalah ketika kita tahu dengan siapa kita mencintai dan menyayangi. Meskipun kau yakin mencintainya namun hatimu berbelok ke arah yang lain itu belum dikatakan kau benar mencintainya melainkan kau sedang belajar mengkhianatinya. Untuk seseorang yang tulus bukan berarti ia mampu menjaga hatinya namun, ketika godaan datang ia tahu untuk siapa hatinya tertuju dan terjaga. Banyak orang mengira bahwa setia itu rumit, tidak setia itu tidak rumit yang rumit hanyalah pemikiran para pemain yang sudah terbiasa mengkhianati pasangannya.

"ciee ciee yang habis anniv tuuu!" sorak Jenner ketika melihat sahabatnya itu berbunga-bunga siang ini.

" apaan sih jen, salah gue senyum-senyum gitu." balas Rere dengan ketus.

" hahahah loe semenjak enggak sekelas sama gue, loe jarang nemui guee yaa jenn.." ucap Rere lagi.

" habis jadwal kita beda bangettt,, dan lagian loe ngejar 3.5 tahun sedangkan gue sanss aja." balas Jenner sambil menyantap makanannya.

" iyaa habis loe sanss amatt.. gue mana bisa kayak gitu." balas Rere.

" eh itu bukannya Uda Abrar ya?" tanya Jenner yang sedang menunjuk ke arah sosok lelaki berkemeja kota-kotak yang tengah merangkul seorang perempuan berhijab.

Rere melihat dengan jeli hingga makanan yang hendak ia makan tadi ia letakkan ke tempatnya. Lalu wajah gadis itu memerah entah itu karena marah atau karena sesuatu hal yang lain. Jenner yang duduk disampingnya tampak terkejut perubahan ekspresi dari secepat itu. Rere tak menggubris itu semua, ia langsung menyantap makanannya lagi. Jenner selaku sahabatnya tahu bahwa ada sesuatu hal yang disembunyikan Rere darinya.

" loe lagi ada masalah ya sama abrar?" tanya Jenner langsung.

" enggak.. enggak ada." jawabnya seolah mengelak.

" jujur aja deh sama gue." balas Jenner.

" sebenarnya.."

***

Nächstes Kapitel