webnovel

Seperti Hantu : Selalu Ada Dimana-mana

" terima kasih sudah membantuku uda." sahut Rere dengan segan.

" tak perlu berterima kasih, cukup traktir aku besok." balasnya dengan angkuh.

" ada ya orang menolong tapi minta pamrih!" gerutunya.

" jangan kayak gitu, aku semakin gemas lihat ekspresimu seperti itu." ledeknya pada Rere yang sedang berwajah kusamnya.

" sudah jam 7 malam, kamu belum shalat magrib bukan?" tambahnya.

Rere menggeleng dengan pelan.

" ya sudah ayo! kita cari masjid terdekat." ajaknya dengan diboncengi uda Ikram. Rere duduk dikursi penumpang kali ini. Ia hanya menuruti uda Ikram tanpa banyak berkata-kata.

Setelah selsai shalat magrib, Rere menghubungi mamanya. Takut jika mama Rita akan khawatir tentang keberadaanya. Rere menjelaskan kepada mama Rita bahwasanya motornya mengalami pecah ban dan harus diperbaiki butuh waktu setengah jam rere menunggu motornya pulih kembali. Rere juga bercerita kepada mama Rita bahwa ada seorang lelaki sekampus dengannya yang membantunya. Ada banyak drama dan gelak tawa ia habiskan ketika menghubungi mama Rita. Sehingga ia tak sadar bahwa Ikram sedari tadi menunggunya diatas motor maticnya.

" asyik banget nelpon mamanya kayak nelpon pacar aja." sindir Ikram.

" bukan urusan uda!" sanggahnya.

" mau kemana lagi nih?" tanya uda Ikram.

" gue yang harus tanya loe uda. kan ini motor gue." kesalnya lagi.

" astaga iyaa! maaf yaa re lupaa.. maklum umur." ngelesnya.

" ya udah arahin kerumah loe aja." pinta Rere.

Ikram mengangguk paham. Ia mengendarai motor Rere dengan pelan seolah ia tidak ingin momen berdua dengan perempuan yang disukainya terlewat begitu saja. Rere hanya diam duduk menyamping dibelakang Ikram. Ia sengaja memberi tas sandangnya ditengah, agar Ikram tidak sengaja rem mendadak.

" ini rumah gue." tunjuknya.

kemudian motor itu berhenti, si pengemudi laki-laki itu beralih menjadi pengemudinya Perempuan. Ada rasa kagum yang dirasakannya ketika tatapan perempuan itu pada rumah bertingkat dua terkesan sederhana namun dia yakin ada banyak barang mewah didalamnya.

Ikram tinggal di perumahan elit di kota Padang. Perumahan yang banyak dihuni oleh para pengusaha-pengusaha besar didaerah ini. Sudah dipastikan bahwa Ikram berasal dari keluarga yang kaya dan pengusaha.

" makasih ya sudah membantu gue." ucapnya

" sudah jangan banyak bilang makasih sudah muak gue dengarnya, pokoknya besok loe traktir gue dikantin belakang!" pintanya dengan paksa.

" oke gue akan traktir loe!" balas Rere dengan senyum sumringahnya.

" kalau gitu gue pamit dulu ya uda." katanya sambil memperbaiki helmnya yang sempat ia buka.

" hati-hati loe kalau dijalan!" teriaknya sambil melambaikan tangannya ke arah Rere yang sudah berjalan jauh meninggalkannya.

Rere tersenyum senang. Sepanjang jalan jantungnya berdegup kencang. Ini adalah kali keduanya ia merasakan jantung yang berdegup kencang dan cepat. Saat sebelumnya terakhir kelas 2 SMA, dimana ia menganggumi seorang laki-laki yang paham akan agama. Ia mengagumi kesholehan yang ada pada diri laki-laki tersebut.

Cukup lama ia memendam rasa kagumnya, sampai ia mengetahui bahwa laki-laki itu sedang proses taaruf dengan teman sekelasnya. Hatinya gundah, cintanya ternyata tak terbalas. Padahal ia sangat yakin kecantikannya bisa mengalahkan teman sekelasnya itu. Namun, mungkin karena cinta tidak hanya dilihat dari fisik saja. Lagian, ia juga sadar jiwa kelaki-lakiannya membuat laki-laki yang dia suka enggan untuk mendekatinya.

Semenjak saat itu ia menjadi takut untuk dekat ataupun menganggumi laki-laki meskipun ia gagah sekalipun. Dan itu terjadi lagi di malam ini, Jantungnya berdegup kencang kembali saat Ikram mencoba mendekatinya dan berbicara baik padanya. Siapa yang tidak tergoda dengan Ikram situbuh atletis, berhidung mancung seperti keturunan raja-raja arab. Kulit putih dan tinggi sekitar 184 cm, terlalu sempurna makhluk Tuhan yang satu itu.

" cie.... cieee yang dibantu sama cowok arab." goda mama Rita padanya.

" apaan sih ma.. kan kakak jadi malu." balasnya sambil menutup pipinya sedang merah merona.

" jadi anak mama udah normal lagi ya?", ledek mama Rita.

" ya Allah ma sejak kapan anak mama ini enggak normal?" tanyanya balik.

" sejak kamu galau waktu SMA haha." ledek mama lagi

Rere bersungut manja pada mamanya. Ia memang dekat dengan mama Rita. Papanya seorang Angkatan Laut jadi jarang bersua dengannya dan adiknya. Mereka bertiga saling melengkapi dan mensupport satu sama lain.

" kak rere, kaka rere." panggil amel dengan manja.

" iya adek ada apa?" tanyanya.

" kak tadi gulu mel beli mel nilai cembilan uluh poin untuk gambal amel." ucapnya memamerkan nilai 90 kepada Rere.

" alhamdulillah, adek kakak pintar banget ya... semangat yah belajarnya semoga amel jadi pelukis yang hebat dan mendunia nanti." sahutnya sambil mengusap rambut amel yang keriting.

Amel tersenyum bahagia mendengar kata-kata Rere. Ia memeluk Rere dengan erat. dan Rere membalasnya.

" kakak sayang amel selamanya." bisiknya pada adiknya.

" amel juga. jangan pergi jauh-jauh ya kak." pinta amel serius.

" kakak akan selalu ada untuk amel." balasnya kemudian ia mencium kening Amel.

Rere berkaca didepan cermin. Ia kembali teringat dengan wajah Ikram, senyumnya dan tatapan tajamnya. Setiap kali ia mengingat itu, ia menjadi sesak napas dan jantungnya seakan mau copot.

" gilaaa! jangan-jangan gue suka sama tuh cowok!" monolognya.

" aaaa jangan!!! tidak mungkin... cowok belagu kayak dia tidak pantas untuk gue suka.!!" monolognya lagi.

Ia merasa kaca itu menghiponotisnya untuk mengingat kembali wajah Ikram, ia berlari terbirit-terbirit takut kaca itu ada penghuninya.

" kakak kenapa?" kaget mama Rita.

" eh.. nggak apa-apa ma.. tadi ada kecoa." balasnya ngeles.

" ya sudah bantu mama sini packing beberapa keripik yang sudah mama bikin, besok mau mama kirim ke beberapa daerah." pinta mama Rita.

" oke bu bos!." balasnya.

***

Kali ini Jadwal kuliahnya hanya satu mata kuliah saja yaitu pukul tiga sore sampai jam lima sore. Mata kuliah hari ini adalah mata kuliah yang paling ia senangi disemester 4 ini mengenai business strategy. Dan dosen yang mengajarinya pun lumayan asyik dan tidak membosankan seperti pak Yasmi dan Bu Mega.

" Re!!!!." sorak Jenner diparkiran motor.

" ngapain loe manggil gue kayak gitu." risihnya.

" emang enggak boleh?" tanyanya

" iya boleh aja sih." sahutnya.

" jen, kita ada tugas enggak ya dari Pak Abdul?" tambahnya.

" kayaknya enggak ada deh.. soalnya gue juga dari kemarin enggak ada nyontek tugas." ucapnya terlihat polos dan bego.

" enggak usah dibilang juga kali jen.." kesal Rere.

" kan gue jujur hahaha." tawanya.

" jujur tapi bego!" batin rere dengan senyum seringainya.

Rere termasuk perempuan yang tidak terlalu akrab dengan teman perempuan lain. Karena baginya, mereka jika berkumpul hanya tujuan ajang gosip dan banyak wajah fake yang mereka berikan ke sesama. Rere tidak butuh teman seperti itu. Jenner, salah satu teman yang berhasil ia dekati setelah sekian lama ia seleksi.

Ternyata Jenner banyak dimanfaati oleh teman-temannya yang lain dikarenakan keluguannya meskipun ia terlihat heboh tapi dia memiliki sifat lugu yang tidak tertolong. Jenner juga royal kepada teman-temannya, makanya Rere kadang kasihan melihatnya harus dimanfaati seperti itu.

" Permisi bu numpang lewat." ucap seorang lelaki yang berjalan dihadapannya.

" ibu? emang gue emak lo?" sanggahnya.

" eh ternyata adek gue rere..." ledek Ikram dengan menampilkan gigi putih dan rapinya.

" apaan sih uda..." kesalnya.

" mau kemana dedek?" tanya Ikram yang baru saja keluar dari kelas yang akan ditempati Rere nanti.

" mau masuk kelas gue. kenapa?" tantangnya dengan tatapan yang tajam.

" traktiran loe jangan lupa ya dedek.. gue tunggu sehabis loe kuliah dibelakang kantin oke!." ucapnya lalu berlalu pergi mengikuti teman-temannya yang lain.

Rere mendengus kesal. lagi dan lagi Ikram membuat jantungnya hampir copot dan sekejap itu pula rasa kesal menghinggapinya melihat tingkah Ikram.

Waktu masih menunjukkan pukul tiga kurang, sebentar lagi pak Abdul akan masuk kekelasnya. Rere dengan kesiapannya menghapus papan tulis bekas coretan dari kelas sebelumnya. Ia membersihkan meja dosen dan menatanya dengan baik serta rapi. Meskipun ia tomboi, jiwa keibuannya sangat melekat pada dirinya.

" bisa saya bantu bu?" tanya seorang laki-laki padanya saat ia sedang menghapus papan tulis.

" membantu aap." ucapannya terputus, ia sedikit tercengang ketika laki-laki itu adalah Ikram.

" ngapain lagi sih loe disini udaaa." hardiknya.

" santaiii gue hanya bosan menunggu loe sampai jam lima jadi gue putuskan gue masuk ke kelas loe. daripada loe main kabur aja nanti." balasnya dengan santai.

Rere hanya bisa pasrah. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Ia tidak ingin teman-temannya akan berpikir tentang dirinya yang sok jual mahal. Sampai akhir kelas ia membiarkan Ikram berada disampingnya.

***

Nächstes Kapitel