webnovel

Apa Benar Dia Beruntung?

Aleandra terbangun dengan keringat dingin mengalir di dahi, dia bahkan terengah karena dia baru saja bermimpi buruk. Tragedi yang menimpa keluarganya mulai menjadi mimpi buruk baginya hampir setiap malam. Peluru yang menembus kepala ayahnya masih terngiang jelas diingatannya, dia bahkan merasa berada di rumahnya dan melihat kejadian itu lagi.

Aleandra mengusap keringat yang membasahi dahi, dia kembali berbaring dan menutupi matanya dengan lengan tangannya. Air matanya mengalir, Aleandra menumpahkan kesedihan hatinya. Rasa rindu dengan keluarganya yang sudah tiada memenuhi hati, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarganya lagi.

Apa jasad kedua orangtuanya di makamkan dengan layak? Apa kakaknya masih hidup? Sungguh dia sangat ingin tahu apa yang terjadi setelah dia melarikan diri dan memang saat itu, garis polisi sudah terpasang di rumahnya. Para polisi masih menyelidiki kejadian itu karena mereka tidak menemukan bukti apa pun.

Para penjahat itu menghancurkan segalanya sehingga tidak meninggalkan bukti apa pun. Para polisi tidak bisa menemukan pelaku yang melakukan pembantaian. Mereka hanya mengevakuasi korban sehingga kejadian itu masih dalam proses penyelidikan.

Aleandra masih menangis untuk menumpahkan kesedihan di hatinya. Dia membutuhkan itu, sangat membutuhkannya. Dia juga membutuhkan seseorang tapi dia hanya sendirian. Tidak ada siapa pun benar-benar membuatnya kesepian. Dia juga tidak memiliki teman yang bisa dia percaya di kota itu karena dia masih takut.

Walau selama ini dia berusaha bersikap tegar tapi tetap saja dia membutuhkan waktu untuk mencurahkan kesedihan hatinya apalagi tiba-tiba hidupnya yang nyaman berubah menjadi seperti itu. Pekerjaan, sahabat dan juga keluarga, dia kehilangan semua itu dalam satu malam.

Aleandra mengusap air matanya yang tersisa, menangis seperti itu bukanlah gayanya tapi akhir-akhir ini dia jadi cengeng. Setelah semua yang dia alami membuatnya seperti itu. Tapi tidak masalah, setelah menangis perasaannya akan menjadi lebih baik. Bagaimanapun dia sudah lolos beberapa kali dari kematian, itu berarti Tuhan masih sayang dengannya dan dia harus menghargai hidupnya dengan baik.

Air mata yang tersisa pun diusap, Aleandra merapikan rambut pendeknya. Setelah mandi dan sarapan, dia ingin menghubungi Rebeca untuk menanyakan pekerjaan yang dia tawarkan padanya. Dia sangat membutuhkannya, pelayan dan cuci piring tidak jauh berbeda. Yang penting tidak bekerja dikeramaian dan bertemu dengan banyak orang.

Sudah lolos dari kematian beberapa kali, dia tidak yakin bisa meloloskan diri lagi. Hari sial bisa datang kapan saja jadi dia harus waspada. Aleandra beranjak, kamar mandi adalah tujuan. Setelah baju terlepas, Aleandra melihat bahunya di mana bekas luka tembakan berada. Tangannya meraba pelan bekas luka itu, selain mewaspadai orang-orang yang mengejarnya, dia tidak boleh lupa untuk mewaspadai pria bernama Maximus Smith.

Entah siapa yang akan menangkapnya terlebih dahulu, entah dia akan berakhir di tangan siapa, dia tidak tahu yang pasti dia akan selalu waspada.

"Ck, bekas luka ini tidak akan bisa hilang," gumam Aleandra.

Walau begitu bekas luka itu akan menjadi kenangan-kenangan jika dia sudah bisa pergi dari kota itu. Terus terang saja, dia sudah berusaha untuk pergi dari kota itu tapi tidak bisa. Ada saja orang yang menghalanginya, dan sepertinya orang-orang itu dari kelompok yang sama. Usahanya selalu sia-sia, dia bahkan lelah melarikan diri dari orang-orang itu lagi.

Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, sarapan adalah hal pertama yang dia lakukan. Dia membutuhkan tenaga ekstra setiap hari bahkan tiga botol susu dia habiskan. Itu dia butuhkan agar dia kuat saat melarikan diri dari kejaran orang-orang yang akan mengejarnya kapan saja.

Stamina sudah terisi, tinggal menjalani hari yang akan selalu dia lewati dengan berat. Aleandra masuk ke dalam kamarnya, dia ingin mengambil ponsel untuk menghubungi Rebeca. Dia bahkan mencari kartu nama yang diberikan oleh Rebeca. Setelah mendapatkannya tentu dia langsung menghubungi Rebeca.

Tidak perlu menunggu lama, sudah terdengar suara Rebeca. Aleandra terlihat senang, semoga saja pekerjaan yang ditawarkan oleh Rebeca masih ada karena dia sangat membutuhkannya.

"Hy, aku Amy. Apa aku berbicara dengan Rebeca?" tanya Aleandra.

"Hy, Amy. Ini aku. Aku sudah sangat menunggumu menghubungi aku. Apa kau berminat dengan tawaranku?" tanya Rebeca pula.

"Tentu saja aku berrminat, sebab itu aku menghubungimu."

"Bagus, aku kira kau akan menolaknya sehingga aku harus mencari yang lainnya."

"Tidak, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Kapan aku bisa bertemu denganmu?" tanya Aleandra. Dia merasa lega karena tidak terlambat menghubungi Rebeca.

Jika Rebeca memberikan pekerjaan itu pada orang lain maka dia akan mengalami kesulitan karena sudah melewatkan kesempatan emas. Dia harus kembali mencari pekerjaan dari satu restoran ke restoran lainnya dan tentunya dia harus kembali menantang bahaya karena dia harus melarikan diri dari kejaran orang-orang yang selama ini mengejarnya.

"Aku senang menengarnya, Amy. Bosku memang sudah sangat membutuhkan seorang pelayan pribadi jadi kita tidak perlu membuang waktu. Kita bertemu di dermaga waktu itu. Di sana ada Startbucks jadi tunggulah aku saat jam makan siang. Aku akan mengatakan apa saja yang akan kau kerjakan dan apa yang tidak boleh kau lakukan. Aku juga akan menngatakan gaji yang akan kau dapatkan nanti dan tentunya jika kau setuju kau akan terikat dengan kontrak," ucap Rebeca.

"Apa maksudmu terikat kontrak?" tanya Aleandra tidak mengerti.

"Bosku menginginkan seseorang yang serius bekerja, Amy. Bukan orang yang bermain-main. Jika kau memang butuh pekerjaan ini aku rasa kau tidak akan keberatan terikat dengan kontrak kerja yang hanya berjangka dua tahun saja. Kau juga akan mendapatkan gaji yang tinggi, percayalah. Kau bisa melihat apa saja yang akan kau lakukan sebelum menandatangani kontrak kerja itu dan tentunya tanpa unsur paksaan sama sekali."

Aleandra berpikir sejenak, harus terikat kerja selama dua tahun? Waktu dua tahun waktu yang cukup panjang, dia rasa tidak ada salahnya dia terikat dengan kontrak kerja itu. Mungkin setelah dua tahun orang-orang yang mengejarnya selama ini tidak melakukannya lagi. Ini kesempatan yang bagus baginya untuk menyembunyikan diri.

Dengan begini para penjahat yang mengejarnya tidak akan menemukan keberadaannya begitu juga dengan Maximus Smith. Mungkin juga setelah masa kontraknya sudah habis, dia bisa membayar uang pria itu yang dia curi.

"Bagaimana, Amy? Kau hanya melayani seorang pria cacat saja, aku yakin kau bisa."

"Tentu saja aku bisa, aku memang membutuhkan pekerjaan seperti ini. Aku akan menemui dirimu di Starbucks nanti siang," ucap Aleandra.

"Aku senang mendengarnya, Amy. Sampai jumpa nanti siang," ucap Rebeca.

Aleandra menghembuskan napasnya lega, setelah percakapan itu selesai. Hampir saja dia terlambat dan kehilangan kesempatan emas itu. Dia benar-benar beruntung, sekarang dia tidak perlu bersusah payah untuk mencari pekerjaan lagi. Sebaiknya dia segera bersiap-siap karena dia sudah tidak sabar bertemu dengan Rebeca tapi apa benar dia beruntung?

Sementara itu, Rebeca sudah melangkah menuju ruangan bosnya untuk memberi laporan jika rencana berjalan dengan baik dan tentunya, Amy benar-benar sudah masuk ke dalam rencana itu.

Rebeca menghampiri bosnya yang terlihat dingin dan menakutkan, bosnya memang tidak suka banyak bicara, hanya matanya saja yang menatap Rebeca dengan tajam.

"Sir, dia sudah setuju untuk bekerja. Kami akan bertemu nanti siang untuk membahas pekerjaannya nanti," ucap Rebeca.

"Bagus," laci ditarik dan sebuah map diambil dari laci itu.

"Lakukan dengan baik!"

"Yes Sir," Rebeca mengambil map yang diletakkan di atas meja dan melangkah pergi. Dia akan segera pergi menemui Amy untuk menandatangani surat kontrak dan sayangnya Amy tidak tahu jika dia sedang dijebak. Entah ada salah apa gadis itu pada bosnya, yang pasti Amy tidak akan lepas dari si bos yang memang tidak pernah melepaskan siapa pun yang dia inginkan.

Nächstes Kapitel