Tunggu." Amanda menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Roy.
"Biar gue yang antar pulang," ujar Roy.
"Nggak usah, gue bisa naik taksi," tolak Amanda.
"Tapi_" kalimat Roy terhenti saat Amanda menatapnya penuh makna lalu pergi dari hadapannya.
Roy menatap punggung Amanda dengan perasaan menyesal.
"Maafin gue, Da, " lirih Roy.
Amanda sampaibdi halte yang tak jauh dari sekolahnya. Air mata yang sedari tadi dia taha. Turun begitu saja mengingat kejadian yang selama ini terus menimpanya di tambah kejadian tadi bersama Roy.
"Nggak adil banget," lirih Amanda menatap langit yang kini agak mendung.
Amanda mengingat kejadian di sekolah lamanya, dia pernah mempunyai sahabat yang dia anggap sebagai keluarga tapi hubungan itu hancur.
""Dasar cewek nggak tahu diri lo!" Amanda yang saat itu mengerjakan tugas terlonjak ketika Sela dan Lina menggebrak mejanya.
"Sela, lo kenapa?" Tanya Amanda bingung ketika salah satu sahabatnya tampak marah.
"Lo cewek penggoda," bentak Sela menunjuk wajah Amanda.
Mendengar ucapan Sela membuat Amanda berdiri dan mengepalkan tangannya. Tanpa Amanda sadari sebenarnya tangan Sela gemetar melihat Amanda.
"Jaga, ya, mulut lo atas dasar apa tuduh gue kayak gitu hah!!!" Bentak Amanda tak terima.
"Lo memang cewek ganjen da," ujar Lina.
Sila dan Lina adalah sahabat terbaik yang Amanda miliki saat dia sekolah di SMA CEMPAKA. " gue nggak ngerti sama sekali apa yang kalauan maksud," geram Amanda.
"Lo udah godain pacar gue, lo jadi perebut pacar orang?" Tanya Lina memegang tangan Sela gemetaran.
Amanda yang tidak mengerti berusaha mencerna perkataan jedua sahatnya itu.
"Gue nggak pernah gidain pacar orang asal kalian tahu. Lagi pula gue nggak merasa godain salah satu pacar kalian."
"Nggak usah sok polos, deh, da. Gara-gara lo, Ardi putusin gue, tahu nggak?!"teriak Sela
Amanda tersenyum miring, maksud lo gue goda Ardi terus dia putusin Lo karena gue gitu?"
"Gue nggak habis pikir ternyata lo godain pacar orang, da. Gue kira lo cewek yang baik hati. Ternyata luarnya aja polos, tapi dalamnya munafik!" Sinis Lina.
Semua orang di dalam kelas menyaksikan perdebatan antara tiga sahabat ini. Mereka tak menyangka jik Amanda setega itu. Benerapa mulai berbisik-bisik hingga membuat Amanda Risi.
"Gue kecewa sama lo, da. Gue udah anggap lo sahabat gue, tapi lo menusuk gue dari belakang!" Sela terus saja berteriak di depan wajah Amanda.
"Justru gue kecewa sama lo berdua, karena udah tuduh gue bahkan yang nggak gue lakuin.
Lo berdua tahu, kan, sifat gue gimana, dan gue nggak pernah godain pacar lo, Sel, gue nggak pernah kenal sama pacr lo Ardi, dan lo udah tuduh gue kayak gini?" Tanya Amanda tak habis pikir. "Lagian lo dapat info kalau gue godain pacar Sela dari siapa ?" Lanjut Amanda.
"Lo nggak perlu tahu, setidaknya orang itu bisa menyadarkan gue dan Lina kalau kami berdua nggak cocok jadi sahabat lo," ucap Sela.
"Persahabatan kita udah lama, kita berdua udah paham sikap satu sama lain, dan lo malah percaya sama orang daripada sahabat lo sendiri ? Haha. Nggak sangka gue," kecewa Amanda.
"Sahabat juga bisa menusuk dari belakang, kok. Nggak selamanya sahabat itu baik ke kita."
Seruan itu membuat mereka bertiga menoleh, di san ada Fiona tersenyum sinis, Fiona adalah orang yang tak menyukai Amanda sejak bersekolah di sini karena menurutnya Amanda cantik dan pintar.
"Gue juga nggak sangka kalau nih cewek ternata punya bakat jadi penggoda polos tapi munafik lo," lanjut Fiona memanasi keadaan.
Amanda geram dengan sifat Fiona yang semena-mena menilai orang yang bahkan tidak sesuai fakta.
"Jaga mulut lo, lo bukan siapa-siapa jadi lo nggak perlu ikut campur dalam urusan gue dan sahabat gue," kata Amanda.
"Sahabat? Lo masih berani sebut mereka sahabat lo?" Tawa Fiona membuat Amanda semakin kesal.
"Sorry, da, mulai sekarang lo bukan sahabat kami lagi. Kami berdua nggak mau punya sahabat yang munafik tega menusuk sahabatnya dari belakang," ucap Lina.
Amanda tidak menyangka ucapan Lina membuatnya sakit hati, sahabat yang selalu bersamanya selama dua tahun memutuskan tali persahabatan itu karena lebih memilih percaya omongan orang lain.
"Lin, sil, kalian berdua kenapa sih? Ingat kita udah sahabatan lama banget kalian memutuskan tali persahabatan kita dannlebih percaya ke orang lain?"tanya Amanda tak habis pikir.
"Stop! Mulai detik ini lo bukan sahabat kami lagi. Anggap aja kita nggak pernah kenal dan nggak pernah bertemu,"ujar sela.
"Tapi lo harus percya kalau gue nggak pernah godain pacar lo.
Gue bahkan nggak kenal sama pacar lo Arsi itu, dan kalian nggak punya bukti kalau gue memang udah godain pacar lo dampai dia putusin lo, Sel," kata Amanda mencoba menjelaskan.
"Lo mau bukti ? Nih, lihat. Lo godain pacar gue sampai lo chat pacar gue dia pakai sayang-sayangan dan lo suruh dia putusin gue," Sela menyodorkan ponselnya.
Amanda melihat isi pesan yang menunjukan bahwa chat itu adalah chat-nya dengan Ardi pacar Sela. Dan Nomor itu memang benar nomor Amanda, tapi Amanda tidak pernah mengirim pesan itu.
"Tuh baca, gue punya bukti kuat kalau lo itu menggoda."
"Sumpah, Sel, gue nggak pernah kitim pesan itu ke Ardi, bahkan kue nggk pernah save nomor dia," elak Amanda.
"Bukti udah di depan mata. Da, lo udah merusak hubungan gue sama Ardi. Apa salah gue ke elo, da!?" Tangisan Sela akhirnya pecah.
"Sel, lo harus percaya sama gue. Mungkin ada yang jebak gue, dia sengaja kirim pesan itublewat ponsel gue supaya persahabatan kita hancur.
"Udah, da, kami berdua udah nggak percaya lagi sama lo. Mungkin sekarangbkita anggap nggak pernah jadi sahabat dan anggap saja kita nggk pernah kenal. Gue sam Sela kecewa banget sama lo.
Apa gara-gara Rendy pilih Tika, lo mau jadi perusak hubungan orang? Lo mau jadi cewek penghoda? Apa karena lo udah nggak laku terus lo mau rebut milik orang? Atau memang lo yang udah rebut Rendy dari Tika? Kasihan amat, sih, lo jadi cewek, maunya jadi penggoda dan perebut.
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Lina. Amanda tidak terima dengan kalimat gadis itu.
"Jaga ucapan lo!!! Gue nggak sangka omongan lo seperti orang yang nggak punya pendidikn oke fine. Kalau kalian nggak anggap gue sebagai sahabat nggak apa-apa, kok, masih banyak di luaran sana yang baik. Suatu saat nanti kalian akan tahu kebenarannya dan kalian akan menyesali ini semua, tapi ingat kalian jangan pernah untuk temui gue lagi, karena lo yang minta kalau kita tidak pernah saling kenal."