Seperti rintik hujan yang tak kunjung reda, bahkan setelah dua musim terlewati. Sorot mata yang Ayano perlihatkan, bukanlah sesuatu yang sederhana. Mata itu dipenuhi oleh harapan, cinta dan kasih.
Selayaknya burung dalam sangkar, selalu kesepian dan butuh perhatian. Benar, kicau yang indah adalah bahasa kalbu bagi hati yang pilu. Sama halnya dengan Ayano saat ini.
Dia mungkin terlihat tersebut manis, seolah dipenuhi rasa bahagia. Nyatanya, dia benar-benar kesepian karena tidak ada siapa pun dan apa pun yang bisa ia jadikan sebagai tempat untuk bersandar. Semua hanya bisa dipendam, menahan rasa sakit seorang diri.
Sungguh dia telah melewati masa-masa sulit sendirian, sementara semua orang percaya jikalau dia baik-baik saja. Padahal hatinya serapuh kertas, mudah terbakar ataupun dihancurkan. Tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka lakukan, Ayano duduk sembari menyantap kue di hadapannya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com