webnovel

Chapter 9 Lead The Way

"Ah, ternyata soal Mbak Kella... Kupikir masalah dengan Mbak Uminoke... Lalu apa yang terjadi pada Mbak Kella?" Tatap Imea.

"Aku sangat curiga padanya... Jika dia lemah, harusnya dia sudah mati di tempat di mana aku selamatkan... Sekarang dia selamat dari tempat itu, kan? Itu berarti dia bukan orang yang pantas dianggap polos," kata Line.

"(Apa itu berarti Mbak Kella... Sebenarnya tadi aku juga melihat sesuatu di sakunya... Seperti sebuah senapan... Haruskah aku bilang pada Mas Line?)" Imea terdiam khawatir.

"Kau baik-baik saja? Ingin mengatakan sesuatu?" Tatap Line.

"Ti tidak jadi hehe... (Aku benar-benar sudah salah paham sama Mas Line,)" Imea membalas.

Lalu Roland datang dan melihat wajah Imea yang khawatir. Ia baru saja mengerti apa yang terjadi. Lalu ia naik mobil dan merogoh sakunya.

". . . Sepertinya rokokku habis, bisa kau ambilkan untukku, Line?"

"Kenapa kau jadi menyuruh-nyuruh aku?"

"Aku hanya meminta tolong. Apakah juniormu ini tidak kau pedulikan, Senior?" Roland menatap. Lalu Line turun dari mobil dan meninggalkan mereka. Tak disangka, Roland masih punya rokok dan menyalakannya.

"Hah, Mas Roland, kau berbohong," Imea terkejut.

"Aku sudah tahu apa yang kau pikirkan soal tadi," Roland menyela, membuat Imea terdiam.

"Line, dia itu tidak pernah mempunyai kekasih," kata Roland seketika, ia membuat Imea terkejut.

"(Tidak disangka... Padahal wajah dan kemampuan Mas Line sangat bagus, kenapa tidak punya kekasih?!)"

"Dia tidak memiliki kekasih karena dia sadar bahwa dia sedang berada di dunia yang berbeda. Tak baik menjalin hubungan pada dunia dan tubuh yang berbeda... Itu karena Line bisa dikatakan atau diistilahkan, dia bukan manusia biasa..." kata Roland.

"Itu sungguh plot twist sekali, aku benar-benar tidak tahu hal itu."

"Kau jangan cerita pada siapa-siapa ya, ini sangat privasi untuknya."

"Baik, Mas Roland, aku akan menjaganya. Aku juga kasihan pada Mbak Uminoke, dia juga agak aneh akhir-akhir ini."

Sementara itu, di supermarket yang agak jauh, Line melihat ada lemari pendingin yang lampunya rusak berkelap-kelip. Ia melihat dengan mata yang sangat dingin. Lalu akan membukanya, tapi belum beberapa detik memegang gagang lemari pendingin itu, ia langsung menarik tangannya lagi. Ia melihat telapak tangannya, dan rupanya ada goresan yang agak besar di sana.

Ia bingung sendiri lalu kembali membuka dengan tangan satunya, tapi ia mendengar sesuatu dari halaman samping supermarket.

Di sana ada sebuah mobil dikeroyok zombie kelaparan, dan di dalam sana ada kakak beradik perempuan sedang ketakutan. "Kakak, apa kita akan mati?"

"Jangan khawatir, kakak ada di sini."

Tapi tiba-tiba kaca mobil yang ada di depan mereka retak dan pecah. Mereka berteriak ketakutan, tapi tak disangka zombie yang mencoba meraih mereka itu terdiam dan mati lemas, di kepala belakangnya ada pisau menancap. Dua orang ini bingung, lalu zombie yang lain pun juga sama, mereka semua tergeletak dengan pisau menancap di kepala mereka.

"Apa yang terjadi?!" Wanita dewasa itu keluar dengan bingung. Padahal di sisi dinding supermarket, Line duduk bersender lalu berjalan meninggalkan mereka. Ia menolong tanpa mengharap budi.

Sementara itu, di tempat aman, Uminoke terlihat termenung di meja makan, lalu Mera datang.

"Apa kau baik-baik saja, Umin?"

"Aku, hanya tidak enak badan, Senpai. Apa mereka belum pulang?"

"Sepertinya belum."

"Oh ya... Umin... Sebelum kejadian ini terjadi, apa kau mendengar sesuatu seperti gempa pada malam hari itu sebelum dunia ini hancur dalam satu malam?"

"Apa maksud Senpai... Meteor?"

"Kurang lebihnya seperti itu karena aku juga mendapatkan video ada meteor jatuh di tengah ladang jauh, dan sekarang mungkin masih diselidiki. Aku melihat meteor itu saat ada di kereta dan ukurannya juga tidak main-main."

"Mbak Mera, Mbak Uminoke bisa kesini sebentar?" Kella tiba-tiba memanggil, menyela Mera dari kamar, lalu mereka berjalan masuk ke kamar. Dan tidak disangka-sangka, Kella menodongkan dua pistol ke kepala mereka yang terkejut. Kella memasang wajah licik.

"Kella, apa yang kau lakukan?!"

"Sebenarnya, aku ini adalah agen mata-mata dari Iran. Semua yang kuceritakan soal orang tuaku semuanya bohong. Aku datang ke negara ini hanya untuk mencari satu orang. Orang itu adalah pembunuh iblis. FBI sudah mencarinya selama 15 tahun, CIA sudah mencarinya 10 tahun, dan aku sudah mencarinya 5 tahun. Dia tidak lain adalah Line," kata Kella.

Mera dan Uminoke yang mendengar itu langsung terkejut.

"Masih bisa terkejut ya... Ya tentu saja... Orang biasa seperti kalian mana paham dunia intel seperti ini. Line bekerja di semua tempat dengan identitas yang selalu berganti. Aku menghitung semua identitasnya selama 1 tahun, dan dia telah mengganti identitas sebanyak 509 kali selama hidupnya, sangat banyak dan sangat pandai. Dia menggunakan identitas palsu untuk mengkhianati berbagai aspek."

"Apa maksudmu?"

"Semisalnya, dia pernah bergabung dengan FBI, tapi dia keluar dengan identitas palsu lain dan malah berganti posisi di CIA... Dia seperti mempermainkan kita para penegak badan intelijen. Sekarang dia harus ditahan oleh beberapa pihak tadi untuk diminta keterangan dan sekarang sedang diburu banyak pihak."

"Ta... Tapi Line bilang dia adalah mantan militer!!" Uminoke menyela.

"Dia memang mantan militer. Tapi yang namanya mantan militer itu akan mengarah ke kata pembunuh... Kalian sudah tahu bukan kasus mantan militer... Untuk melanjutkan perjuangan, mereka menjadi pembunuh bayaran, tapi Line tidak... Dia berencana bergabung dengan aliansi militer yang lain... Tapi sepertinya kiamat ini terjadi. Pangkat miliknya juga tak main-main. Hanya dengan mengalahkan kapten... Dia bisa naik pangkat menjadi A/0. Itu artinya pangkat tertinggi dari segalanya. Aku sangat heran karena dia adalah pendatang baru... Tapi aku yakin... Dia meretas informasi dari berbagai intel untuk menjadi yang tertinggi... Tidak... Tapi yang terdepan," balas Kella dengan tatapan seringai. Hal itu membuat Uminoke terkaku karena dia sudah tahu semuanya tentang Line. Dia bukan manusia biasa.

"Line, bukan pembunuh!!" teriaknya dengan keras kepala, mencoba membela Line.

"Uminoke, apa kau tidak berpikir? Dilihat dari gaya bertahan hidupnya, dia sangat handal dalam menggunakan senjata manapun. Apa kau tidak berpikir bahwa dia punya pengalaman yang seperti itu?"

"Tapi, Line melindungi kita."

"Aku tidak peduli dia baik atau jahat, itu urusannya sendiri. Yang aku mau adalah aku dapat membawanya hidup-hidup untuk diserahkan kepada atasan ku."

"Kenapa kau menghianati kami, Kella?!" Mera menatapnya tajam. Lalu Kella mendekatkan moncong pistol ke dada Mera.

"Ini bukan pistol mainan loh, aku ingin salah satu di antara kalian mati agar aku tidak susah membawa sandera nantinya."

"Kella, jangan tembak senpai," kata Uminoke.

"Kalau begitu, kamu saja yang mati," Kella menodongkan hal yang sama pada Uminoke. Mera yang melihat itu langsung menarik pelatuk pistol yang dibawa Kella. Peluru itu mengenai dadanya sendiri.

"Hah, Senpai!!!" Uminoke terkejut dan menahan kepalanya.

"Uminoke, aku-mohon tetaplah-hidup, kau-adalah juniorku-yang paling-lucu," Mera memegang pipi Uminoke dengan tangannya yang penuh dengan darah, lalu tangannya terjatuh dan Mera meninggal di tempat.

"Senpai, senpai, aku mohon jangan pergi," Uminoke menangis.

"Tidak ada waktu lagi... Cepat," Kella menarik rambut Uminoke, membuatnya kesakitan.

"Akh... Lepaskan..."

Lalu mobil jeep telah sampai di depan. "Sepertinya jalan nanti bakalan aman," kata Roland sambil turun dari mobil dan segera membuka bumper mobilnya.

"Mas Line, di mana suara gadis yang ada di dalam?" Imea bingung, lalu Line melihat pintu yang terbuka dan mencium bau seperti darah. Seketika, ia terkejut.

"Aku akan ke dalam dulu," Imea berjalan melewatinya, tapi Line menarik lengannya.

"Imea, jangan masuk ke dalam."

"Eh, kenapa?"

"Roland, bawa Imea pergi," kata Line.

"Apa maksudmu? Kita sudah pergi tadi."

"Pergi saja, ajak dia berkencan," Line mendekat dengan senyuman kecilnya, tapi ia mendekat sambil berbisik. "Di dalam ada bahaya."

Roland yang mendengar itu menjadi terdiam.

". . . B-baiklah, ayo Imea, kita harus membeli sesuatu."

"Eh, lagi? Kenapa tidak dengan Mas Line saja?" Imea mengeluh.

"Dia ada urusan," kata Roland sambil menaiki mobilnya. Lalu ia membawa Imea pergi, Line yang melihat mereka pergi masih berdiri membelakangi rumah. Seketika muncul peluru dari pintu yang terbuka, tapi untungnya Line tahu dan menangkisnya dengan hanya satu pisau. Lalu melihat ke belakang dengan tatapan tajam.

Terlihat Kella mengikat Uminoke seperti anjing dan menutupi mulutnya dengan lakban.

"Mas Line~ aku sudah lama mengejar mu tahu..." ia menatap dengan centil.

"Bisa kau lepaskan Uminoke, aku akan membiarkanmu menyakitiku," kata Line. Tapi Uminoke mencoba mencegah dengan menangis.

"Dalam 5 menit, akan ada helikopter membawa banyak sekali tentara Iran mengepungmu. Dan Uminoke juga tidak akan selamat nantinya, kamu paham kan?"

"Aku bilang, lepaskan Uminoke baru kau bicara padaku!!" teriak Line.

"Ok, aku akan melepasnya," Kella melepas penutup mulut Uminoke dan tali pengikat. Seketika Uminoke berlari memeluk Line.

"Senpai terbunuh, hiks-hiks," ia menangis tersedu-sedu. Kella kemudian bicara di walkie-talkie dengan bahasa Iran. Seketika ada banyak sekali tentara bersenjata.

"Uminoke, dalam hitungan ketiga, kau lari dari belakangku," kata Line sambil berkata pelan.

"Tapi, bagaimana denganmu?"

"Jika kau selamat, aku juga akan selamat," Line membalas.

"Ayo Line, kita harus pergi, tinggalkan gadis itu di sini dan ikutlah kami," Kella mengulur tangan.

"Pergilah sekarang," kata Line yang berbicara pada Uminoke sambil akan berjalan menuju Kella.

"(Line...) Uminoke merengek lalu mundur perlahan. Line dihadang dua tentara, mereka meraba tubuhnya untuk mengambil semua senjata, termasuk pistolnya maupun pisaunya. Ketika sudah selesai, ia kembali mendekati Kella.

"Kau menurut juga ya, nanti kau akan aku jadikan anjing peliharaan, mau kan?" kata Kella sambil memborgol besi tangan Line.

"Bisa aku mengatakan satu hal sebelum aku pergi?" Line menatap lalu Kella menunggunya.

"Gadis sepertimu menjadi mata-mata, itu tidak COCOK!!!" Line memegang tangan Kella, memutarnya dengan salto ke atas, membuat Kella terjatuh smackdown. Semua tentara terkejut dan langsung menembaki Line, tapi dengan mudahnya Line menghindari peluru yang banyak itu dengan gerakan yang lincah padahal tangannya terborgol. Ia perlahan mendekati mereka dengan berlari dan menendang sambil menghabisi tentara berbaju keras itu.

Nächstes Kapitel