webnovel

Memangnya Kalau Marah Bisa Menyelesaikan Masalah?

Redakteur: Wave Literature

Saat Gun Gun semakin menjauh, Su Bei menyadari kalau dia masih memegang susu yang diberikan Gun Gun.

"Susu bayi, sebutan itu sangat lucu". Su Bei berpikir, anak ini dan Da Bao seperti dua lukisan yang sangat berbeda.

Jika kembaran Da Bao masih ada... Lupakan sajalah. Su Bei menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran rumit ini dari benaknya.

"Tuan muda, tuan tadi kemana? Lain kali tuan tidak boleh berbicara dengan orang asing seperti itu. Kalau ada apa-apa nanti aku yang akan disalahkan oleh ayahmu kalau dia tahu." Wanita berusia lima puluhan itu adalah seorang pengasuh. Dia adalah bibi yang selalu yang mengantar Gun Gun ke sekolah.

"Tadi itu bukan orang asing. Dia itu kakak tercintaku, dan dia nanti akan menjadi istriku di masa depan!" kata Gun Gun dengan gembira. Tiba-tiba dia teringat sesuatu, "Tolong hentikan..hentikan mobilnya, aku mau turun sebentar."

Sopir dengan cepat menghentikan mobil. Gun Gun membuka pintu, dan berbalik lari ke arah di mana dia bertemu Su Bei tadi. Ia berlari dan mencari-cari, tetapi ternyata Su Bei sudah tidak ada di sana.

"Di sana tidak ada. Tidak ada dimana-mana!"

"Tuan muda, ada apa?" Pengasuh itu mengikuti dengan terengah-engah.

Wajah Gun Gun tiba-tiba menjadi muram dengan matanya dipenuhi air mata, dia lupa meminta nomor telepon Su Bei!

"Apa aku bisa bertemu dengannya lagi saat umurku delapan belas tahun? Tapi, aku saja tidak tahu bagaimana cara menghubungi dia. Bagaimana dia bisa menungguku kalau begini?"

Ketika Gun Gun kembali ke Luxelakes Eco City, suasana hati Gun Gun sangat buruk.

"Papi." Setelah menyapa pria di sofa, Gun Gun langsung naik ke atas, dengan hanya menampilkan punggung kecil yang kesepian.

Pria yang acuh tak acuh seperti bangsawan yang duduk di sofa itu adalah Lu Heting. Dia memegang koran di tangannya, dan sedikit keraguan muncul di matanya, "Ada apa?"

"Tuan muda tampaknya jatuh cinta dengan seorang gadis." Pengasuh itu buru-buru berbisik.

Lu Heting melangkah ke atas dan menemukan Gun Gun berbaring di tempat tidur sambil merajuk.

"Gun Gun." Lu Heting mengulurkan tangan dan menggendongnya.

Dadanya membuncit karena marah, dan dia berkedip lalu berkata, "Tadi aku bertemu dengan seorang gadis cantik, tetapi aku lupa meminta nomor teleponnya!"

"Jadi kamu marah pada dirimu sendiri?"

"Iya." Dia kesal dengan dirinya. Karena terpesona dengan kecantikan Su Bei, dia sampai melupakan segalanya.

Lu Heting menepuk bahunya, "Memangnya kalau marah masalahmu bisa selesai?"

"Tidak bisa sih." Kata Gun Gun dengan mulut mengerucut. Tapi dia masih marah.

"Tenanglah sebentar. Jadikan itu sebagai pengalaman. Kalau kalian ditakdirkan, suatu hari pasti bisa bertemu dengan dia lagi kok." Suara Lu Heting terdengar rendah dan lembut.

Gun Gun bangkit berdiri, "Aku masih bisa bertemu dia?"

"Aku tidak bisa menjaminnya. Tapi di dunia ini, keajaiban itu selalu ada"

Gun Gun memeluk lehernya, "Papi, apa kamu setuju kalau aku menikahi dia?"

"Papi hanya akan setuju kalau kamu menyukainya dan dia juga menyukaimu." Lu Heting mengangguk.

Gun Gun merasa jauh lebih tenang, setidaknya ayahnya masih di sisinya.

Setelah tes pertama, Su Bei beristirahat selama dua hari. Lalu dia membeli banyak barang untuk dibawa ke rumah Lin Moli, dan memasak banyak makanan enak untuk Da Bao dan Lin Moli.

Beberapa hari ini dia di rumah, tidak menggunakan mobil dan juga tidak menggunakan aplikasi taksi untuk memesan taksi. Dia juga tidak menghubungi Lu Heting sama sekali.

Lu Heting memegang telepon lalu menggeserkan jarinya di layar berulang kali dengan sesekali berhenti. Tetapi setelah beberapa detik layar dibuka kembali, tetapi terus seperti itu untuk jangka waktu tertentu.

Asistennya merasa aneh dan berpikir mungkin belakangan ini mental tuannya bermasalah. Meski semua pekerjaannya bisa ditangani dengan baik, tetap saja mental tuannya ini sungguh berbeda. Tuannya jauh menjadi tidak terkendali seperti sebelumnya.

Nächstes Kapitel